Semua anggota tim harus bisa melihat Papan Skor dan
memperhatikan perubahannya dari saat ke saat, hari ke hari,
atau minggu ke minggu. Mereka harus membahas hal itu
sepanjang waktu. Mereka tidak pernah boleh benar-benar
mengalihkan perhatian dari hal itu. Papan Skor yang menggugah
memiliki efek yang sama dengan mencatat skor pada
olah raga jalanan. Secara tiba-tiba, tempo berubah. Orang
bekerja lebih cepat; pembicaraan berubah; orang beradaptasi
dengan cepat terhadap masalah-masalah baru. Dan Anda
mencapai tujuan dengan lebih teliti dan cepat.
— 425 —
THE 8TH HABIT
GAMBAR 14.5
Disiplin 3: Terjemahkan Tujuan Skala Besar Menjadi
Tindakan-tindakan Spesifik
Membuat tujuan atau strategi baru hanyalah satu bagian. Yang tak
kalah pentingnya adalah benar-benar mengubah tujuan tersebut
menjadi tindakan, memecah-mecahnya menjadi perilaku baru dan
aktivitas pada semua tingkatan, termasuk lini depan. Ada perbedaan
yang amat besar antara strategi yang dinyatakan dengan strategi
yang sebenarnya. Strategi yang dinyatakan adalah apa yang di-
komunikasikan; strategi yang sebenarnya adalah apa yang dilakukan
orang-orang setiap hari. Untuk mencapai tujuan yang belum pernah
Anda capai sebelumnya, Anda perlu melakukan hal-hal yang belum
pernah Anda lakukan sebelumnya. Sekalipun para pemimpin
mungkin mengetahui apa sebenarnya tujuan tersebut, belum tentu
orang-orang di lini depan, di mana tindakan yang sebenarnya ber-
langsung, mengetahui apa yang harus dilakukan. Tujuan tidak akan
pernah bisa dicapai sampai setiap orang di dalam tim mengetahui
— 426 —
Kebiasaan Ke-8 dan Titik Gemilang
dengan tepat apa yang seharusnya mereka lakukan terhadap tujuan
tersebut. Pada akhirnya, lini depanlah yang menghasilkan pendapatan
bagi perusahaan. Mereka adalah para pekerja pengetahuan yang
kreatif. Sekaii lagi perlu diingat bahwa kepemimpinan adalah sebuah
pilihan, bukan posisi; hal itu bisa disebarkan ke mana saja, pada
semua tingkatan organisasi. Juga ingatlah bahwa Anda tidak bisa
menuntut seseorang untuk mempertanggungjawabkan hasil jika
Anda menentukan cara untuk mencapainya. Bila itu Anda lakukan,
Andalah yang bertanggung jawab atas hasil yang dicapai; dan pada
saat yang sama peraturan menggantikan pertimbangan manusia,
kreativitas, dan tanggung jawab.
Untuk mempraktikkan disiplin ini, tim Anda harus menjadi
kreatif, harus mengidentifikasi perilaku-perilaku baru dan lebih baik
yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi, kemudian mener-
jemahkannya menjadi tugas-tugas mingguan dan harian pada semua
tingkatan organisasi. Inilah memberdayakan pada tingkat yang paling
canggih.
Disiplin 4: Saling Menjaga Akuntabilitas, Sepanjang Waktu
Dalam tim-tim yang paling efektif, para anggota melakukan per-
temuan secara teratur—bulanan, mingguan atau bahkan harian—
untuk membicarakan komitmen-komitmen mereka, membahas
Papan Skor, memecahkan masalah, dan memutuskan cara untuk
saling mendukung. Jika setiap anggota tim tidak bisa saling menjaga
akuntabilitas anggota lain—sepanjang waktu—proses ini akan mati
saat tiba di tempat tujuan. Walikota Rudolph Giuliani, yang secara
luas mendapatkan pujian atas kebangkitan kembali New York City,
melakukan "rapat pagi" secara teratur dengan stafnya. Maksudnya
adalah untuk membahas kemajuan setiap tujuan penting setiap hari.
Jika pertemuan dilakukan dengan selisih waktu lebih panjang dari-
pada satu minggu sekaii tim bisa menyimpang jauh dari jalurnya
dan kehilangan fokus.
— 427 —
THE 8TH HABIT
Sebuah tim yang memberdayakan din sendiri akan berfokus dan
melakukan fokus ulang berdasarkan rapat-rapat yang digelar untuk
menegakkan akuntabilitas seperti itu. Rapat-rapat semacam itu tidak
seperti rapat staf biasa, di mana orang-orang berbicara mengenai
tetek bengek dan tak sabar menunggu selesainya rapat agar mereka
bisa kembali mengerjakan pekerjaan yang sebenarnya. Tujuan dari
sesi akuntabilitas yang efektif adalah untuk memajukan pencapaian
tujuan-tujuan utama.
Tiga praktik kunci berikut adalah karakteristik dari sesi
akuntabilitas yang efektif:
• Pelaporan Diagnosis Singkat (Triage Reporting)
• Menemukan Alternatif Ketiga
• Melempangkan Jalan
Pelaporan Diagnosis Singkat (Triage): Di unit gawat darurat
di rumah sakit, Anda mungkin akan sering melihat sebuah pem-
beritahuan besar yang kira-kira berbunyi seperti ini: PASIEN AKAN
DIRAWAT BERDASARKAN URUTAN KEGAWATAN, BUKAN
URUTAN KEDATANGAN. Staf medis akan melakukan sebuah
proses yang disebut diagnosis singkat (triage), di mana para korban
akan diurutkan dan dirawat berdasarkan seberapa parah kondisi
mereka. Inilah sebabnya mengapa lengan Anda yang patah harus
menunggu saat para dokter selesai merawat pasien yang mengalami
cedera otak, sekalipun Anda tiba lebih dulu.
Dalam pelaporan diagnosis singkat, setiap orang melaporkan
secara singkat beberapa masalah vital, dan menyingkirkan masalah
yang kurang penting untuk saat lain. Mereka berfokus pada hasil
penting, masalah utama, dan prioritas tingkat tinggi. Ini tidak berarti
bahwa hanya masalah yang "mendesak" yang dibahas. Hanya masalah
yang "penting" yang dibahas, walaupun sebagian dari masalah
tersebut tidak "mendesak." Tabel 7 membandingkan rapat staf biasa
dengan sebuah sesi akuntabilitas yang efektif:
— 428 —
Kebiasaan Ke-8 dan Titik Gemilang
SESI AKUNTABILITAS EFEKTIF RAPAT STAF BIASA
(PELAPORAN DIAGNOSIS SINGKAT)
Laporan singkat mengenai masalah-
masalah penting
"Putaran Maut" mengelilingi ruangan di
mana orang terpaksa harus berbicara
dan semua orang yang Iain melakukan
penilaian
Meninjau papan skor
Tanpa pengukuran kemajuan
Tindak lanjut
Tanpa tindak lanjut
Akuntabilitas bersama
Hanya manajor yang bisa meminta
akuntabilitas orang-orang
Semua orang melaporkan berbagai
kesulitan dan kegagalan secara terbuka
Orang-orang menyembunyikan berbagai
kesulitan dan kegagalan mereka
Merayakan keberhasilan
Hanya berfokus pada masalah
TABEL 7
Menemukan Alternatif Ketiga: Dalam sesi akuntabilitas yang
efektif, ada fokus yang amat tajam terhadap cara untuk mencapai
tujuan-tujuan utama. Prinsipnya di sini adalah bahwa sebuah tujuan
baru yang belum pernah kita capai sebelumnya akan menuntut kita
untuk melakukan hal-hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya.
Ini berarti bahwa kita akan terus-menerus mencari peri-
laku baru dan lebih baik yang akan membawa kita mencapai tujuan
tersebut. Inilah sebabnya mengapa kita harus menemukan "Alternatif
Ketiga"—arah-arah tindakan yang lebih baik daripada cara saya
atau cara Anda, dan merupakan hasil dari pemikiran terbaik kita.
Ingatlah sekali lagi bahwa kita akan menghasilkan sinergi dengan
menghormati keanekaragaman atau perbedaan—yakni perbedaan-
perbedaan individu dalam konteks kesatuan dalam misi, nilai-nilai,
visi dan tujuan yang benar-benar penting.
Dalam sesi semacam ini Anda akan melihat banyak sekali terjadi
proses curah gagasan (brainstorming); disediakan waktu untuk dialog
kreatif. Tabel 8 membandingkan sebuah rapat staf biasa dengan
sebuah sesi akuntabilitas yang efektif:
— 429 —
THE 8TH HABIT
TABEL 8
Melempangkan Jalan: Dalam amat banyak hal, kepemimpinan
yang efektif terdiri dari melempangkan atau melancarkan jalan
dengan menyingkirkan hambatan dan menyelaraskan tujuan maupun
sistem sehingga orang lain bisa mencapai tujuan mereka. Di dalam
sebuah proses "kesepakatan menang-menang" yang sejati, manajer
sepakat untuk melempangkan jalan, untuk melakukan hal yang
memang hanya dia yang bisa melakukannya, untuk memungkinkan
para karyawan mencapai tujuan mereka. Tentu saja, bukan hanya
manajer yang melempangkan jalan bagi orang lain. Ini adalah tugas
semua orang.
Dengan demikian, di dalam sesi akuntabilitas yang efektif, Anda
akan mendengar orang-orang bertanya, "Bagaimana saya bisa melempangkan
jalan Anda?" atau "Saya mengalami kesulitan dengan masalah
ini dan memerlukan bantuan," atau "Apa yang bisa kami lakukan
bagi Anda untuk membantu Anda menyelesaikan hal itu?" Tabel 9
membandingkan antara rapat staf yang biasa dengan sebuah sesi
akuntabilitas yang efektif:
TABEL 9
Ini adalah penyelarasan dengan cara paling canggih.
— 430
Kebiasaan Ke-8 dan Titik Gemilang
MELEMBAGAKAN PELAKSANAAN
Seperti yang bisa Anda lihat, 4 Disiplin mewakili sebuah metodologi
untuk mengambil sesuatu yang biasanya dianggap sebagai sebuah
faktor variabel yang hanya dilakukan oleh sedikit orang yang ber-
kinerja tinggi—yaitu pelaksanaan yang konsisten—dan mengubah-
nya menjadi sesuatu yang mudah diprediksi, mudah diajarkan, dan
mudah disebarkan. Kami telah belajar dari penelitian dan pengalaman
bahwa jika keempat disiplin ini dipraktikkan oleh tim, unit, atau
organisasi, mereka akan menunjukkan kemampuan yang lebih besar
untuk melaksanakan prioritas-prioritas utama, lagi dan lagi.* Pelaksanaan
kemudian menjadi terlembagakan dan bukan sekadar keber-
untungan atau tercapai karena pengaruh beberapa pemimpin penting.
Lebih jauh lagi, kunci untuk melembagakan sebuah budaya pelaksanaan
adalah dengan secara teratur mengukurnya.
KECERDASAN PELAKSANAAN (XQ)
Berbagai organisasi memerlukan cara baru untuk menyatakan dan
mengukur kemampuan kolektif mereka dalam "fokus dan pelaksanaan."
Kami menyebutnya sebagai xQ—"Execution Quotient" atau
"Kecerdasan Pelaksanaan." Sebagaimana tes IQ mengungkapkan
kesenjangan dalam kemampuan para siswa untuk mengikuti pelajaran
di sekolah, suatu evaluasi xQ mengukur "kesenjangan pelaksanaan",
yaitu kesenjangan antara penetapan tujuan dan upaya untuk
mencapainya. Skor xQ adalah sebuah indikator penanda masa depan
dari kemampuan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya
yang terpenting. Tak perlu menunggu indikator-indikator masa lalu
untuk memberi tahu apakah Anda telah berhasil atau tidak. Dengan
menanyakan kepada para pekerja dua puluh tujuh pertanyaan yang
Untuk informasi lebih lanjut mengenai bagaimana cara melembagakan 4
Disiplin Pelaksanaan dalam tim atau organisasi Anda, lihatlah Lampiran 5: Meng-
implementasikan 4 Disiplin Pelaksanaan.
— 431 —
THE 8TH HABIT
telah disusun dengan saksama, dan hanya memerlukan sekitar lima
belas menit untuk menjawabnya, Anda bisa mendapatkan indikator
penanda masa depan tersebut.
Bisakah Anda membayangkan betapa kuat pengaruhnya bila Anda
melakukan sebuah pengujian xQ dari level akar rumput sampai ke
tingkat paling atas, setiap tiga hingga enam bulan? Pengujian itu
akan memberikan gambaran yang akurat mengenai derajat fokus
dan pelaksanaan dalam organisasi. Hal itu bisa dilaksanakan secara
formal dan informal. Dalam kenyataannya, semakin matang budaya-
nya, semakin sempit perbedaan antara pengumpulan informasi formal
dan informal. Lalu berdasarkan Kuesioner xQ, dorongan budaya
dari akar rumput bisa diberikan untuk menyelaraskan tujuan
antardepartemen dan divisi sehingga prioritas-prioritas penting,
strategis, dan amat menentukan, akan bisa terus-menerus
mendapatkan fokus dan dilaksanakan. Hal ini akan mendorong model
Era Pekerja Pengetahuan ke Era Kebijaksanaan.
DIHARAPKAN ANDA MULAI melihat bahwa Kebiasaan ke-8—
Menemukan Suara Anda dan Mengilhami Orang Lain untuk Mene-
mukan Suara Mereka—adalah cara lain untuk mengatakan, "Guna-
kan model Pekerja Pengetahuan yang memberdayakan, yaitu model
pribadi utuh. Terapkan 7 Kebiasaan (keagungan pribadi), 4 Peran
Untuk ringkasan yang lebih terperinci mengenai hasil-hasil penelitian Harris
Interactive terhadap 23-000 pegawai, manajer, dan eksekutif yang mengisi
Kuesioner xQ, lihatlah Lampiran 6: Hasil-hasil xQ.
Jika Anda tertarik untuk mengisi Kuesioner xQ secara gratis untuk
melakukan penilaian pribadi terhadap kemampuan tim dan organisasi Anda berfokus
dan mencapai prioritas-prioritas utama, silakan mengunjungi www.The8thHabit.com/
offers. Anda akan diberi petunjuk mengenai cara mengisi kuesioner tersebut.
Setelah menyelesaikan pengisian, Anda akan mendapat sebuah Laporan xQ yang
meringkas penilaian Anda dan membandingkannya dengan skor rata-rata
gabungan dari ribuan responden. Informasi lebih lanjut akan diberikan mengenai
cara agar Anda bisa mengukur seluruh tim atau organisasi Anda.
— 432 —
Kebiasaan Ke-8 dan Titik Gemilang
Kepemimpinan (keagungan kepemimpinan) dan 6 prinsip atau
pendorong pelaksanaan (keagungan organisasi) pada model tersebut."
Kita sekarang berpindah ke puncak dari Kebiasaan ke-8:
Menggunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang
Lain, yang akan kita bicarakan pada bab 15.
TANYA & JAWAB
T: Apa perbedaan antara apa yang secara tradisional Anda
ajarkan sebagai 5 unsur kesepakatan menang-menang yang
baik dengan 4 Disiplin Pelaksanaan?
J: Pada tingkat prinsip dasar tidak ada perbedaan. Perbedaannya
hanya terletak pada semantik (bagaimana kata-kata dipakai dan
didefinisikan), dan dalam konteks keseluruhan di mana 4 Disiplin
ditempatkan. Mari saya jelaskan lebih lanjut. Lima unsur dari
sebuah kesepakatan menang-menang yang baik adalah:
1. Hasil yang diinginkan
2. Pedoman
3. Sumber daya
4. Akuntabilitas
5. Konsekuensi
Hasil yang diinginkan dan Pedoman pada dasarnya diwujudkan
dalam dua disiplin pelaksanaan yang pertama, yaitu menetapkan
Tujuan yang Benar-benar Penting dan sebuah Papan Skor yang
menggugah. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, hasil akhir
dan cara mencapainya adalah hal yang tidak bisa dipisahkan.
Karena itu, pencapaian dari hasil yang diinginkan dan pencapaian
dari tujuan yang benar-benar penting bisa saling terkait jika
dilaksanakan dengan cara-cara yang kita dasarkan pada prinsip.
— 433 —
THE 8TH HABIT
Elemen ketiga dari kesepakatan menang-menang, sumber daya,
secara implisit ada dalam disiplin pelaksanaan ketiga, yaitu mener-
jemahkan tujuan-tujuan skala besar menjadi tindakan-tindakan
spesifik. Elemen keempat dan kelima dari sebuah kesepakatan
kinerja menang-menang—akuntabilitas dan konsekuensi—secara
eksplisit terdapat di dalam disiplin keempat: Saling menjaga akuntabilitas,
sepanjang waktu. Karena konsekuensi adalah hasil
alamiah dari akuntabilitas yang diberikan, secara tersirat keduanya
saling terkait pula.
Keunggulan dari pendekatan 4 Disiplin untuk pelaksanaan
dan pemberdayaan tim adalah bahwa hal itu muncul dari pene-
litian berdasarkan riset terhadap kesenjangan pelaksanaan, konteks
yang lebih luas mengenai bagaimana model Era Industri men-
ciptakan kesenjangan tersebut, dan bagaimana Era Pekerja Penge-
tahuan bisa menutupnya.
— 434 —
BAB 15
MENGGUNAKAN SUARA KITA
DENGAN BIJAKSANA UNTUK
MELAYANI ORANG LAIN
Saya bukan lagi pria muda yang penuh energi dan vitalitas. Saya suka
melakukan meditasi dan berdoa. Saya menikmati duduk di kursi goyang,
menelan obat-obat resep dokter, mendengarkan musik lembut, dan
merenungkan berbagai hal di alam semesta. Tetapi aktivitas tersebut tidak
memberikan tantangan dan tidak menyumbang apa pun. Saya ingin berdiri
dan melakukan sesuatu. Saya ingin menghadapi tiap hari dengan
menyelesaikan sesuatu dan mencapai tujuan. Saya ingin menggunakan setiap
jam ketika saya terjaga untuk menguatkan orang, untuk meringankan
mereka yang memikul beban berat, untuk membangun iman dan kekuatan
kesaksian. Kehadiran orang-orang yang luar biasa benar-benar
membangkitkan semangat saya. Tatapan cinta di mata merekalah yang
memberikan saya energi.1
GORDON B. HINCKLEY USIA SEMBILAN PULUH DUA
Aku tertidur dan mimpi bahwa hidup ini adalah kesenangan.
Aku terbangun dan melihat bahwa hidup ini adalah pengabdian.
Aku bertindak, dan lihatlah, pengabdian memang menyenangkan.
RABINDRANATH TAGORE
Saya percaya bahwa memberikan layanan yang bermanfaat adalah tugas
bersama umat manusia dan bahwa hanya dalam apt pengorbanan yang
menyucikan, kesia-siaan dan egoisme dibakar habis, dan keagungan jiwa
manusia dibebaskan.2
JOHN D. ROCKEFELLER, JR.
— 435 —
THE 8TH HABIT
DORONGAN DARI DALAM DIRI UNTUK 1) Menemukan
Suara Anda, dan 2) Mengilhami Orang Lain Untuk
Menemukan Suara Mereka mendapat bahan bakar dari
satu tujuan yang menjangkau segalanya, yaitu melayani berbagai
kebutuhan manusia. Melayani kebutuhan manusia juga merupakan
cara terbaik untuk mencapai keduanya: yaitu "menemukan suara
kita" dan "mengilhami orang lain untuk menemukan suara mereka".
Kalau kita tidak mengulurkan tangan dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sesama kita, kita sama sekali tidak akan tumbuh dan
mengembangkan kebebasan untuk memilih yang seharusnya bisa
kita lakukan. Kita secara pribadi akan tumbuh lebih jauh jika kita
memberikan diri kita bagi orang lain. Hubungan kita akan
meningkat dan semakin mendalam bila secara bersama-sama kita
mencoba untuk melayani keluarga kita, keluarga lain, organisasi,
komunitas, atau suatu kebutuhan manusia lainnya.
Pada awalnya, sebagai seorang pelajar, saya hanya menginginkan
kebebasan bagi diri saya sendiri, kebebasan yang bersifat sementara,
yakni untuk bisa keluar rumah di malam hari, membaca apa yang
saya inginkan, dan pergi ke tempat yang saya pilih. Selanjutnya
sebagai seorang pria muda di Johannesburg, saya amat merindukan
kebebasan-kebebasan dasar dan terhormat untuk mencapai potensi
diri saya, bekerja dengan jujur, menikah, dan membesarkan keluarga;
pendek kata, kebebasan untuk menjalani kehidupan yang
sesuai hukum tanpa dihalangi. Tetapi, saya perlahan-lahan melihat
bahwa bukan hanya saya yang tidak bebas, tetapi saudara-saudara
lelaki dan perempuan saya pun ternyata tidak bebas... inilah saat
ketika rasa lapar untuk mendapatkan kebebasan saya sendiri
berubah menjadi rasa lapar yang lebih besar untuk kebebasan
saudara-saudara saya.
Hasrat untuk mendapatkan kebebasan saudara-saudara saya agar
mereka bisa menjalani kehidupan mereka dengan terhormat dan
penuh penghargaan diri itulah yang menggerakkan kehidupan saya.
— 436 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
Itulah yang mengubah seorang pria muda yang penakut menjadi
seseorang yang tegar, yang mendorong seorang pengacara yang patuh
hukum menjadi seorang "kriminal", yang mengubah seorang suami
yang mencintai keluarganya menjadi seorang lelaki gelandangan...
Bukan bahwa saya lebih bermoral atau bersedia berkorban lebih
daripada orang lain, tetapi saya menemukan bahwa saya sama
sekali tak bisa menikmati kebebasan yang buruk dan terbatas yang
saya dapatkan saat saya mengetahui bahwa saudara-saudara saya
tidak bebas.5
NELSON MANDELA
Organisasi dibentuk untuk melayani kebutuhan-kebutuhan
manusia. Tidak ada alasan lain untuk keberadaannya. Robert
Greenleaf menulis sebuah esei yang indah, "The Institution As Servant,"
yang mengaplikasikan konsep pelayanan dalam konteks
organisasi.
Melayani adalah ongkos sewa yang harus kita bayar untuk tinggal
di dunia kita.4
NATHAN ELDON TANNER
Willis Harmon, salah satu pendiri World Business Academy,
mengungkapkan pendapatnya mengenai institusi bisnis dengan kata-
kata berikut ini:
Bisnis telah menjadi institusi yang paling berkuasa di planet ini.
Institusi yang dominan di masyarakat harus mengambil tanggung
jawab terhadap masyarakat tersebut secara keseluruhan, tetapi bisnis
tidak memiliki tradisi semacam itu. Ini adalah sebuah peran baru,
yang belum dipahami atau diterima dengan baik. Ada asumsi yang
sejak awal dikaitkan dengan kapitalisme dan usaha bebas yakni
— 437 —
THE 8TH HABIT
bahwa tindakan dari banyak unit usaha individu, yang memberikan
respons terhadap kekuatan-kekuatan pasar dan dipandu oleh "tangan
tak tampak" Adam Smith, pada akhirnya akan memberikan hasil-
hasil yang diinginkan. Tetapi pada dasawarsa terakhir dari abad ke-
20, tampak jelas bahwa "tangan tak tampak" itu ternyata tidak
bekerja dengan baik. Tangan itu tergantung pada makna dan nilai-
nilai yang mendasari segala hal, tetapi semua itu sekarang sudah
tidak ada lagi. Jadi bisnis harus mengambil sebuah tradisi yang
belum pernah dilakukannya sepanjang sejarah kapitalisme: yaitu
berbagi tanggung jawab terhadap keseluruhan masyarakat. Setiap
keputusan yang dibuat, setiap tindakan yang diambil, harus dinilai
dengan mengingat tanggung jawab tersebut.
ERA KEBIJAKSANAAN
Saya yakin bahwa milenium ini akan menjadi Era Kebijaksanaan.
Era ini akan datang baik melalui kekuatan keadaan yang memaksa
orang agar menjadi rendah had, atau melalui kekuatan hati nurani—
atau mungkin dari keduanya.
Ingatlah Suara Lima Era Peradaban. Teknologi untuk Era
Pemburu-Pengumpul disimbolkan dengan busur dan anak panah;
Era Pertanian, dengan peralatan pertanian; Era Industri, dengan
pabrik; Era Informasi/Pekerja Pengetahuan, dengan manusia; Era
Kebijaksanaan, dengan kompas, yang menandai kemampuan kita
untuk memilih arah dan tujuan kita serta mematuhi hukum-hukum
alam atau prinsip-prinsip ("utara yang sesungguhnya") yang tidak
pernah berubah dan bersifat universal, abadi, dan pasti terbukti.
Ingatlah bahwa dengan setiap perubahan infrastruktur, lebih dari
90 persen orang pada akhirnya kehilangan pekerjaan. Saya percaya
bahwa hal ini sekarang terjadi saat kita berpindah dari Era Industri
ke Era Informasi/Pekerja Pengetahuan. Orang-orang kehilangan
pekerjaan mereka atau secara bertahap dipaksa berubah oleh
— 438 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
tuntutan-tuntutan baru dari pekerjaan mereka yang baru. Saya secara
pribadi meyakini bahwa saat ini lebih dari 20 persen angkatan kerja
sedang dalam proses menjadi usang, dan dalam beberapa tahun
mendatang 20 persen lagi akan ikut menjadi usang kecuali jika
mereka memperbarui komitmen mereka dan mengubah diri mereka.
Era Informasi ini berubah dengan amat cepat menjadi Era Pekerja
Pengetahuan sehingga kita perlu terus-menerus menanamkan in-
vestasi dalam pendidikan dan pelatihan diri kita sendiri agar bisa
terus mengikuti perkembangan. Banyak dari pembelajaran ini akan
dilakukan melalui pengalaman keras secara langsung di lapangan,
tetapi orang yang mengamati apa yang terjadi dan memiliki disiplin
akan secara sistematis melanjutkan pendidikan mereka sampai
mereka mendapatkan pola pikir baru dan perangkat keahlian baru
yang diperlukan untuk mengantisipasi dan mengakomodasi realitas
baru di era yang baru ini. Diharapkan, era ini akan secara perlahan-
lahan berubah menjadi Era Kebijaksanaan, di mana informasi dan
pengetahuan disatukan dengan tujuan dan prinsip.
DI MANAKAH KEBIJAKSANAAN ITU?
Kita tahu bahwa informasi bukanlah kebijaksanaan. Kita juga tahu
bahwa pengetahuan bukanlah kebijaksanaan.
Bertahun-tahun yang lalu, saat mengajar di universitas dan men-
jalani program doktor saya, saya mengunjungi seorang teman, yang
juga merupakan dosen senior saya. Saya mengatakan kepadanya,
"Aku ingin menyusun disertasi dengan topik motivasi dan kepe-
mimpinan—sebuah dokumen filosofis, bukan sekadar penelitian
empiris."
Dia memberi saya nasihat yang pada dasarnya seperti ini,
"Stephen, kamu belum punya pengetahuan yang cukup, bahkan
untuk mulai menanyakan pertanyaan yang tepat." Dengan kata
lain, pengetahuan saya memang sudah mencapai tingkat tertentu,
tetapi pengetahuan itu harus dinaikkan jauh melampaui tingkat
— 439 —
THE 8TH HABIT
saat itu jika saya ingin membahas jenis-jenis pertanyaan yang harus
saya hadapi. Ini adalah pengalaman yang menimbulkan trauma
emosional yang amat dalam bagi saya, karena hati dan pikiran saya
telah benar-benar siap untuk mengambil pendekatan filosofis dan
bukan pendekatan ilmiah yang pada akhirnya memang saya ambil.
Saya yakin bahwa kombinasi dari pendidikan filsafat informal yang
telah saya dapatkan selama kuliah sarjana dan pascasarjana di bidang
bisnis sudah memadai. Saya tidak menyadari sampai bertahun-tahun
berikutnya bahwa dia sepenuhnya benar. Itu adalah pengalaman
yang membuat saya harus merendahkan hati saya.
Pelajaran mengenai kerendahan hati tersebut adalah ibu dari
banyak pembelajaran dan wawasan yang amat berharga yang muncul
di tahun-tahun selanjutnya. Pada akhirnya saya belajar bahwa semakin
banyak yang Anda ketahui, semakin tahu Anda bahwa Anda tidak tahu.
Coba lihat Gambar 15.1. Pada gambar itu ada sebuah lingkaran,
yang mewakili pengetahuan Anda. Ketidaktahuan Anda terletak di
luar lingkaran tersebut.
"Pendidikan adalah penemuan secara bertahap
atas ketidaktahuan kita" - WILL DURANT
GAMBAR 15.1
— 440 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
GAMBAR 15.2
Saat pengetahuan Anda meningkat, apa yang terjadi dengan
ketidaktahuan Anda? Hal itu juga jelas menjadi lebih besar, atau
paling tidak kesadaran Anda mengenai ketidaktahuan Anda menjadi
lebih besar (lihat Gambar 15.2). Jadi, semakin banyak yang
Anda ketahui, semakin besar kesadaran Anda bahwa Anda tidak
tahu. Bagaimana jika Anda berusaha untuk mencapai tujuan yang
lebih besar daripada pengetahuan yang Anda miliki—lebih besar
daripada zona nyaman Anda? Hal ini akan menciptakan kerendahan
hati yang tulus dan hasrat untuk mencari bantuan dari orang lain,
melalui kemitraan atau tim. Keberhasilan bekerja dengan orang lain
akan membuat pengetahuan dan kemampuan seseorang menjadi
produktif dan menimbulkan kebutuhan untuk membentuk sebuah
tim yang saling melengkapi, yang terdiri dari orang-orang yang
memiliki pengetahuan dan kemampuan yang bisa menutup dan
membuat ketidaktahuan dan kelemahan salah satu individu di dalam-
nya menjadi tidak relevan. Seharusnya itulah yang terjadi.
— 441 —
THE 8TH HABIT
Kesadaran ini seharusnya meningkatkan komitmen kita terhadap
pembelajaran terus-menerus dengan mentor, khususnya dalam topik-
topik yang penting seperti pertumbuhan pribadi, hubungan, dan
kepemimpinan. Saya yakin bahwa bila informasi dan pengetahuan
dikawinkan dengan tujuan-tujuan yang berharga dan bermakna serta
dengan prinsip, Anda akan mendapatkan kebijaksanaan.
Cara lain untuk menyatakannya adalah: kebijaksanaan adalah
anak dari integritas—yakni integritas terhadap prinsip. Dan integritas
adalah anak dari kerendahan hati dan keberanian. Dalam
kenyataannya, Anda bisa berkata bahwa kerendahan hati adalah ibu
dari segala kebaikan, karena kerendahan hati mengakui bahwa ada
hukum-hukum alam atau prinsip-prinsip yang mengatur alam se-
mesta. Hukum-hukum itulah yang berkuasa. Bukan kita. Kesom-
bongan mengajarkan bahwa kita yang berkuasa. Kerendahan hati
mengajarkan kepada kita untuk memahami dan hidup berdasarkan
prinsip, karena pada dasarnya hal itulah yang menjadi penentu
konsekuensi dari tindakan kita. Jika kerendahan hati adalah ibunya,
keberanian adalah ayah dari kebijaksanaan, yang akan membutuhkan
keberanian yang amat besar untuk benar-benar menjalani kehidupan
berdasarkan prinsip, bahkan ketika untuk itu kita harus berlawanan
dengan adat istiadat, norma-norma, dan nilai-nilai sosial.
— 442 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
Keberanian bukan berarti tiadanya rasa takut, melainkan adanya
penilaian bahwa ada hal yang lebih penting daripada rasa takut.
AMBROSE REDMOON
Gambar 15.3 memvisualisasikan ketiga generasi tersebut-
perhatikan juga lawannya dalam tiga generasi.
GAMBAR 15.3
Anda bisa melihat bahwa integritas memiliki dua anak—
kebijaksanaan dan mentalitas berkelimpahan. Kebijaksanaan datang
pada orang-orang yang mendidik dan mematuhi hati nurani mereka.
Mentalitas berkelimpahan akan tumbuh karena integritas akan
— 443 —
Dalam beberapa segi, pengetahuan akan menciut saat kebijaksanaan
tumbuh, karena perincian akan ditelan oleh prinsip-prinsip.
Pengetahuan mengenai perincian, yang merupakan hal penting, akan
dicari pada saat dibutuhkan dalam setiap kegiatan kehidupan.
Kebiasaan untuk secara aktif memanfaatkan prinsip-prinsip yang
dipahami dengan baik itulah satu-satunya hal yang dimiliki oleb
kebijaksanaan .5
ALFRED NORTH WHITEHEAD
THE 8TH HABIT
menimbulkan benih rasa aman dari dalam diri. Jika seseorang tidak
tergantung pada penilaian dari luar dan perbandingan dengan
orang lain untuk menetapkan nilai dirinya, dia bisa benar-benar
bahagia melihat keberhasilan orang lain. Tetapi mereka yang identitas
dirinya didasarkan pada perbandingan dengan orang lain sama sekali
tidak bisa bahagia jika orang lain berhasil, karena mereka amat
dipengaruhi oleh mentalitas berkekurangan. Kebijaksanaan dan
mentalitas berkelimpahan menghasilkan jenis-jenis paradigma yang
dibicarakan dalam buku ini—paradigma yang membawa orang untuk
memercayai orang lain, memperkuat nilai diri dan potensi mereka,
dan berpikir dalam pola pikir yang membebaskan dan bukan
mengontrol. Kombinasi antara kebijaksanaan dan mentalitas
berkelimpahan semacam itu menghargai kekuatan dan kemampuan
untuk memilih. Kombinasi tersebut juga menghargai fakta bahwa
sumber motivasi adalah dari dalam diri, dan dengan demikian orang
yang memiliki kombinasi tersebut tidak akan mencoba untuk
mengelola, mengendalikan, atau memotivasi orang lain. Para
pemimpin semacam itu akan berusaha mengilhami dan bukan
menuntut. Mereka mengontrol barang, dan memimpin (mem-
berdayakan) manusia. Mereka tidak berpikir dengan pola pikir
permainan kalah-menang (zero-sum); mereka berpikir dengan pola
pikir yang selalu mencari Alternatif Ketiga—jalan tengah yang lebih
tinggi. Mereka dipenuhi rasa syukur, rasa menghargai, dan hormat
terhadap semua manusia. Mereka melihat kehidupan sebagai sumber
yang tak ada habisnya—khususnya dalam hal peluang pertumbuhan
terus-menerus bagi manusia.
KEWIBAWAAN MORAL DAN PEMIMPIN PELAYAN
Anda masih belum cukup banyak berbuat (sesuatu), dan tak akan
pernah cukup sepanjang masih mungkin bahwa Anda memiliki
sesuatu yang berharga untuk disumbangkan.6
DAG HAMMARSKJOLD
— 444 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
Kebijaksanaan adalah penggunaan pengetahuan secara berman-
faat. Kebijaksanaan adalah informasi dan pengetahuan yang di-
padukan dengan tujuan-tujuan bermakna dan prinsip-prinsip yang
lebih tinggi. Kebijaksanaan mengajar kita untuk menghargai semua
orang, untuk merayakan perbedaan yang ada pada mereka, untuk
mengikuti pedoman etis yang satu ini: melayani itu berarti melampaui
diri sendiri. Kewibawaan moral adalah keagungan primer (kekuatan
karakter); kekuasaan formal adalah keagungan sekunder (posisi, ke-
kayaan, bakat, reputasi, popularitas).
Menarik bahwa ada paradoks dalam kewibawaan/kewenangan
moral. Kamus mendefinisikan wewenang dengan istilah-istilah yang
berkaitan dengan perintah, kontrol, kekuasaan, pengaturan, supre-
masi, dominasi, kekuatan, daya. Tetapi lawan katanya adalah ke-
patuhan, dikuasai, kelemahan, pengikut. Kewibawaan moral adalah
pengaruh yang kita miliki melalui prinsip-prinsip berikut. Dominasi
moral dicapai melalui pelayanan dan kontribusi. Kekuasaan dan
supremasi moral tumbuh dari kerendahan hati, dan karena itu mereka
— 445 —
Belakangan ini saya sering menengok kembali masa lalu saya, dan
apa yang paling menohok saya adalah bahwa hal-hal yang dulu
tampak amat berarti dan menarik sekarang tampak amat sia-sia
dan tak bermakna. Sebagai contoh, keberhasilan dalam berbagai
bentuk samarannya; terkenal dan banyak dipuji; kesenangan dan
kenikmatan sewaktu mendapatkan uang atau merayu wanita, atau
melakukan perjalanan, pergi ke berbagai penjuru dunia dan
mondar-mandir seperti Setan, menjelaskan dan menikmati apa pun
yang ditawarkan oleh Pasar Kesenangan Hampa. Saat memandang
balik, semua tindakan pemuasan diri sendiri ini tampak seperti
fantasi murni, yang oleh Pascal disebut sebagai "terpuruk menjilat
tanah."7
MALCOLM MUGGERIDGE
THE 8TH HABIT
yang paling agung adalah pelayan bagi semua orang. Kewibawaan
moral atau keagungan primer dicapai melalui pengorbanan. Robert
K. Greenleaf, peletak dasar gerakan kepemimpinan pelayanan
modern, menyatakannya sebagai berikut:
Sebuah prinsip moral baru sedang tumbuh. Prinsip yang menyatakan
bahwa satu-satunya kekuasaan yang berhak mendapatkan kesetiaan
adalah kekuasaan yang diberikan secara bebas dan dengan penuh
kesadaran oleh mereka yang dipimpin kepada pemimpin sebagai
respons terhadap, dan proporsional dengan, sikap pelayanan yang
tampak jelas pada pemimpin tersebut. Mereka yang memilih untuk
mengikuti prinsip ini tidak akan begitu saja menerima kekuasaan
lembaga-lembaga yang telah ada. Dengan bebas mereka hanya
akan memberikan respons kepada orang-orang yang mereka pilih
sebagai pemimpin karena orang-orang itu telah terbukti dan di-
percaya sebagai pelayan. Dengan meluasnya penyebaran prinsip ini
di masa depan, satu-satunya jenis lembaga yang bisa bertahan adalah
lembaga-lembaga yang dipimpin dengan cara melayani.8
Secara umum, pengalaman saya menunjukkan bahwa orang-
orang puncak dari berbagai organisasi yang benar-benar hebat adalah
para pemimpin pelayan. Mereka amat rendah hati, amat hormat,
amat terbuka, amat bersedia belajar, amat menghargai, penuh
perhatian, dan amat peduli. Jim Collins, salah satu pengarang buku
yang amat berpengaruh, Built to Last dan pengarang dari buku
yang lebih baru, Good to Great, melakukan sebuah proyek penelitian
lima tahun dengan dasar pertanyaan, "Apa yang mengorbitkan sebuah
organisasi dari sekadar baik menjadi benar-benar hebat?" Ke-
simpulannya yang amat mendalam seharusnya akan mengubah cara
pikir kita mengenai kepemimpinan. Berikut ini apa yang diung-
kapkannya mengenai "Kepemimpinan Tingkat 5":
— 446 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
Para eksekutif yang paling besar kekuatan transformasinya memiliki
campuran paradoks antara kerendahan hati pribadi dan tekad
profesional. Mereka lamban sekaligus agresif. Pemalu sekaligus tak
kenal takut. Mereka amat langka—dan tak bisa dihentikan... trans-
fbrmasi dari baik menjadi hebat tidak akan terjadi jika tidak dipimpin
oleh pemimpin tingkat lima. Tidak akan terjadi.9
GAMBAR 15.410
Apabila orang yang memiliki kekuasaan formal atau kekuasaan
jabatan (keagungan sekunder) menolak untuk menggunakan
kekuasaan dan kekuatan tersebut kecuali sebagai langkah terakhir,
maka kekuasaan moral mereka akan meningkat karena sudah jelas
bahwa mereka menahan ego maupun kekuasaan jabatan mereka,
dan lebih menggunakan pemikiran, persuasi, kebaikan, empati, dan,
pada dasarnya, kelayakan untuk dipercaya. Dalam buku Leading
Beyond the Watts, Jim Collins meletakkan prinsip ini dalam konteks
lingkungan organisasi yang lebih luas:
— 447 —
THE 8TH HABIT
— 448 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
formal (seperti Mandela, bapak Afrika Selatan yang baru), tetapi
tidak selalu (seperti Gandhi, bapak dari India yang baru).
Anda juga akan menemukan bahwa, hampir selalu, mereka yang
memiliki kekuasaan formal dan menggunakannya dengan cara-cara
yang berprinsip akan mengalami pelipatgandaan pengaruh secara
eksponensial (seperti George Washington, bapak Amerika Serikat).
Mengapa kewibawaan moral bisa meningkatkan efektivitas
kewenangan dan kekuasaan formal secara eksponensial? Orang-
orang yang tergantung amat peka terhadap nuansa terhalus dari
pengaruh orang, kesabaran, kebaikan, kelembutan, empati, dan
persuasinya. Kekuatan karakter semacam itu akan mengaktifkan
hati nurani orang lain dan mengundang identifikasi diri secara
emosional dengan pemimpin dan tujuan atau prinsip yang
diperjuangkannya. Lalu saat kekuasaan formal atau kekuatan jabatan
juga dipergunakan, orang mengikuti untuk alasan yang benar, sebagai
hasil dari komitmen sejati mereka, dan bukan dari rasa takut. Ini
adalah bentuk lain dari Alternatif Ketiga.
GAMBAR 15.5
— 449 —
Pertama, para eksekutif harus mendefinisikan apa yang ada di da-
lam dan di luar organisasi dengan mengacu pada nilai-nilai dan
tujuan inti, bukan berdasarkan batas-batas tradisional. Yang kedua,
para eksekutif harus membangun mekanisme pengaitan diri dan
komitmen yang berakar pada kebebasan memilih, dan bukan
bergantung pada sistem pemaksaan dan kontrol. Yang ketiga, para
eksekutif harus menerima kenyataan bahwa pelaksanaan kepemim-
pinan sejati berbanding terbalik dengan penggunaan kekuasaan.
Keempat, para eksekutif harus menerima kenyataan bahwa tembok-
tembok tradisional sedang runtuh dan kecenderungan ini akan terjadi
semakin cepat.11
Tentu saja ada saat-saat kekacauan, kebingungan, dan situasi
genting di mana organisasi berfokus pada upaya untuk bisa bertahan
hidup. Pada saat itu, mungkin dibutuhkan penggunaan tangan besi
dari kekuasaan formal agar semua masuk ke jalurnya masing-masing,
untuk mencapai tingkat keteraturan dan stabilitas atau visi yang
baru. Sekalipun demikian, pada umumnya dapat dikatakan bahwa
kalau sejak awal kekuasaan formal sudah digunakan, kekuasaan moral
mereka justru akan semakin menipis. Sekali lagi, ingatlah bahwa
bila Anda meminjam kekuatan yang muncul dari posisi, Anda membangun
kelemahan di tiga tempat sekaligus, yaitu pada diri sendiri,
karena Anda tidak mengembangkan kewibawaan moral; pada diri
orang lain, karena mereka menjadi kodependen akibat penggunaan
kekuasaan formal Anda itu; dan dalam kualitas hubungan, karena
keterbukaan dan kepercayaan yang sejati tidak pernah berkembang.
Cara paling pasti untuk mengungkapkan karakter seseorang
bukanlah melalui kesulitan tetapi dengan memberinya kekuasaan.
ABRAHAM LINCOLN
Pada umumnya Anda akan menemukan bahwa mereka yang
memiliki kewibawaan moral pada akhirnya akan diberi kekuasaan
THE 8TH HABIT
Ini adalah kunci yang sebenarnya untuk menjadi orangtua, yang
mungkin merupakan "suara" tanggung jawab tertinggi kita dalam
kehidupan, yaitu menggabungkan standar-standar tinggi dan nilai-
nilai yang kuat dan disiplin yang konsisten dengan kasih sayang
tanpa syarat, empati yang mendalam dan keceriaan, dalam jumlah
besar. Inilah sebabnya mengapa ujian yang paling berat sebagai
orangtua—dan kunci untuk membangun sebuah budaya keluarga
yang sehat dan menumbuhkan—adalah bagaimana kita memper-
lakukan mereka yang paling berat menguji diri kita.
Selain itu, dalam masa-masa ekonomi yang sulit dan penuh
masalah, ada kecenderungan alamiah untuk mundur kembali ke
model perintah dan kontrol Era Industri, karena orang takut ke-
hilangan keamanan ekonomi mereka. Model lama dirasa lebih aman.
Orang juga memiliki kecenderungan untuk menjadi lebih tergantung
dan memberikan respons terhadap gaya perintah dan kontrol. Tetapi
kita berada di masa di mana model pekerja pengetahuan memiliki
pengaruh dan kekuasaan yang terbesar, karena di masa-masa sulit
semacam inilah kita harus bisa menghasilkan lebih banyak dengan
sumber daya yang lebih sedikit.
Kita akan mampu menghasilkan lebih banyak dengan sumber
daya yang lebih sedikit bila kita membebaskan potensi manusia di
seluruh bagian organisasi, dan bukannya jatuh kembali ke dalam
perangkap tradisional di mana orang-orang di puncak membuat
semua keputusan penting dan memperlakukan orang lain hanya
sebagai tukang putar obeng. Pendekatan semacam ini sama sekali
tidak bisa bekerja di masa-masa modern yang berat ini.
Secara singkat, dalam kondisi ekonomi yang buruk, kita mungkin
akan kembali ke teori keledai, wortel dan cambuk untuk motivasi
manusia, karena hal itu memang pernah berhasil. Sekalipun dalam
jangka pendek hal itu mungkin bisa menyelamatkan organisasi,
dalam jangka panjang hasilnya tak akan optimal.
Perhatikan perbandingan antara Kepemimpinan sebagai sebuah
Jabatan (Kekuasaan Formal) dan Kepemimpinan sebagai Pilihan
(Kewibawaan Moral) pada Tabel 10.
— 450 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
KEPEMIMPINAN SEBAGAI...
JABATAN (Kekuasaan Formal)
PILIHAN (Kewibawaan Moral)
Kekuatan menentukan kebenaran
Kebenaran menentukan kekuatan
Loyalitas di atas integritas
Integritas adalah loyalitas
Untuk bisa berjalan bersama, tunjukkan
kepatuhan
Doktrin penolakan sepenuh hati
"Salah" adalah kalau tertangkap
"Salah" adalah melakukan hal yang salah
Orang-orang puncak tidak meyakininya
Ethos, Pathos, Logos
Orang-orang di puncak tidak menjalan
kannya dalam kehidupan mereka sendiri
Jadilah contoh atau panutan, bukan
pengritik
Citra adalah segalanya
"Benar-benar menjadi... dan bukan
sekadar terlihat..."
"Tak ada yang memberi tahu saya"
Tanyakan; buat rekomendasi
Saya melakukan apa yang Anda katakan;
tidak berhasil. Lalu bagaimana?
"Saya bermaksud untuk...''
Yang ada hanya sekian
Ada cukup banyak dan masih banyak
sisanya
TABEL 10
Mari kita perhatikan contoh praktis mengenai bagaimana berbagai
komunitas dan individu—sebagian tanpa kekuasaan formal, sebagian
hanya dengan kewibawaan moral, dan sebagian lagi dengan
kewibawaan moral sekaligus kekuasaan formal, termasuk seorang
pemimpin militer hebat dan yang lain merupakan pemimpin dunia
dan pemimpin negara—menjalankan "suara" kebijaksanaan mereka
dalam melayani kebutuhan-kebutuhan manusia.
SISTEM KEAMANAN MASYARAKAT
Di Amerika Serikat dan tempat lain di berbagai penjuru dunia,
banyak komunitas telah bisa mengurangi tingkat kriminalitas sampai
60 persen melalui masyarakat madani (civil society)—Alternatif Ketiga.
— 451 —
THE 8TH HABIT
Alternatif pertama adalah menugaskan polisi untuk menegakkan
hukum. Alternatif kedua adalah menurunkan standar perilaku dan
menjalani hidup dengan "membiarkan ikatan-ikatan moral
masyarakat melemah." Alternatif Ketiganya adalah menggunakan
kewibawaan moral dalam memberanikan dan memberdayakan para
warga (masyarakat madani) untuk mengambil bagian secara aktif
dalam pencegahan kejahatan dan dalam mencari maupun
memperkarakan para penjahat. Siapa yang bisa memberikan
kepemimpinan semacam ini? Petugas polisi yang berpatroli.
Namun, jika para petugas itu bukan "orang-orang baik yang
meyakinkan" (seperti yang dikatakan oleh Sheriff Baca dari L.A.
County saat menggambarkan kriteria perekrutan untuk anggota
polisi), bagaimana mungkin para tetangga, ayah, ibu, guru, dan
warga negara biasa lainnya bermitra dengan polisi dalam pencegahan
kejahatan dan dalam pengidentifikasian penjahat? Bagaimana Anda
bisa menegakkan norma-norma dan hukum sosial tak tertulis di
kawasan-kawasan kumuh agar mereka sama sekali tidak memberikan
toleransi terhadap pelanggaran hukum (termasuk menyeberang jalan
seenaknya) jika mereka tidak memiliki keterkaitan emosi di had
mereka dengan para polisi berpangkat terendah yang bisa dipercaya?
Ingatlah wawasan cemerlang dari sosiolog Emile Durkheim: "Jika
aturan tidak tertulis sudah mencukupi, hukum tidak diperlukan;
jika aturan tak tertulis tidak mencukupi, hukum tidak bisa
ditegakkan."
Seorang rekan kerja saya yang secara penuh waktu memberikan
pelatihan di bidang penegakan hukum sering bertanya kepada para
peserta pelatihannya. Mereka umumnya terdiri dari para pemimpin
formal (sheriff, kapten, letnan), "Siapa pemimpin yang sebenarnya
dalam sistem keamanan masyarakat?" Dari situ tampak jelas bahwa
pemimpin yang sebenarnya adalah para petugas polisi patroli. Me-
rekalah orang-orang yang terlibat dan membangun hubungan ke-
percayaan dengan keluarga-keluarga untuk mencegah kejahatan dan
"memberi bocoran informasi"—yang sering menimbulkan risiko besar
bagi keluarga-keluarga itu sendiri—di lingkungan pemukiman yang
— 452 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
penuh dengan geng, penjual, dan pemakai narkoba, dan sering terjadi
kekerasan. Dalam situasi semacam itu, kekuasaan formal tidak bisa
bekerja. Penggunaan kekuasaan formal justru akan kontraproduktif
dan menimbulkan polarisasi lebih jauh dalam budaya di sana. Hanya
kewibawaan moral yang bisa menghasilkan norma-norma pencegahan
dan identifikasi kejahatan. Seperti kisah perumpamaan mengenai
gembala, mereka harus mengenai domba-domba yang mereka
gembalakan, dan sebaliknya, domba-domba mereka juga harus
mengenai gembalanya. Itulah komunikasi sejati. Para penggembala
memberikan perhatian amat besar sehingga mereka bersedia me-
nyerahkan hidup mereka untuk melindungi domba. Itulah mengapa
mereka berjalan di depan dan domba-domba itu mengikuti. Para
penggembala yang disewa bisa saja mengaku memberikan perhatian,
tetapi sebenarnya mereka hanya ada di sana karena "ada sesuatu
bagi mereka" (upah mereka) dan tak mempedulikan domba pada
saat "serigala" muncul. Inilah sebabnya orang-orang sewaan harus
berlindung di balik wortel dan cambuk.
Para pemimpin formal sebenarnya adalah manajer, atau lebih
baik jika dikatakan, pemimpin pelayan. Mereka bisa membantu
menggunakan COMSTAT atau teknologi komputer lainnya untuk
mengidentifikasi masalah yang bisa muncul, sehingga para pemimpin
yang sesungguhnya—yaitu para petugas kepolisian yang berpatroli—
bisa mencegahnya pada tahap yang paling awal.
Sungguh sebuah konsep yang amat hebat! Ini adalah bantahan
yang amat jelas terhadap mereka yang berpikir bahwa jabatan
menunjukkan kepemimpinan! Model baru ini melihat para petugas
polisi yang memiliki kewibawaan moral sebagai para pemimpin yang
sebenarnya, dan mereka yang berpangkat lebih tinggi sebagai para
manajer dari sistem yang diselaraskan, pemimpin pelayan bagi mereka
yang berada di bawah. Bukankah ini adalah sebuah pergeseran
paradigma, khususnya di sebuah bidang yang secara tradisional amat
otoritarian, hierarkis, dan berdasarkan komando dan kontrol?
— 453 —
THE 8TH HABIT
Mist dasarvpolisi adalab untuk MENCEGAH kejahatan dan
penyimpangan. Masyarakat adalah polisi dan point adalah
masyarakat, dan keduanya memiliki tanggung jawab yang sama
untuk keselamatan masyarakat.12
SIR ROBERT PEEL, BAPAK KEPOLISIAN MODERN
Sistem keamanan masyarakat ini amat tepat menggambarkan
apa yang selalu terjadi di setiap bidang perilaku manusia: Orang -
orang yang berada di baris terdepan, di lapangan, harus berusaha
untuk bisa memengaruhi para pelanggan mereka, klien atau siapa
pun. Merekalah pihak yang sebenarnya harus menjalankan kepemim-
pinan dengan membangun hubungan yang penuh kepercayaan dan
menjadi pemecah masalah yang kreatif.
JOSHUA LAWRENCE CHAMBERLAIN
Dalam catatan sejarah militer Amerika tidak ada kisah mengenai
orang dengan kewibawaan moral yang lebih inspiratif daripada kisah
pahlawan Perang Saudara Joshua Lawrence Chamberlain, komandan
Kesatuan Sukarelawan Maine ke-20 untuk Union. Chamberlain
adalah seorang dosen di Bowdoin College. la mendapatkan cuti
sabatikal dari pekerjaannya untuk menjawab panggilan Abraham
Lincoln bahwa masih diperlukan banyak sukarelawan bagi tentara
Union. Dia adalah jenis orang yang memiliki karakter dan keyakinan
moral. Suratnya kepada Gubernur Maine diterima, dan Chamberlain
dipanggil untuk turut bertugas. Sekalipun hanya tahu sedikit
mengenai urusan ketentaraan, dia dengan cepat dipromosikan
menaiki jenjang-jenjang pangkat.
Chamberlain mungkin paling terkenal karena keberanian dan
kepemimpinannya di Little Round Top pada Pertempuran
Gettysburg. la mendapat perintah untuk mempertahankan ujung
— 454 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
kiri garis depan Union, dan harus menghalangi pengepungan oleh
tentara Konfederasi. Dia dan pasukannya mempertahankan garis
tersebut, sampai pasukan tersebut kehabisan amunisi. Dia tidak
mau menyerah, dan memerintahkan resimen itu untuk "memasang
bayonet." Dalam kata-kata Chamberlain sendiri:
Pada saat yang amat genting itu, saya memerintahkan untuk memasang
bayonet. Kata-kata itu saja sudah cukup. Kata itu menjalar
seperti api sepanjang garis depan, dari orang ke orang, dan sambil
berteriak, mereka menerjang ke arah musuh, yang sekarang berjarak
tidak sampai 30 meter. Efeknya mengejutkan. Banyak dari tentara
garis depan musuh yang melemparkan senjata mereka dan menyerah.
Seorang perwira menembakkan pistolnya ke arah kepala saya dengan
satu tangan, dan mengayunkan pedangnya dengan tangan yang
lain. Kami menahan mereka dengan tangan kanan kami yang
memegang senapan dengan bayonet, dan mengayunkan pedang
dengan tangan kiri kami, kami membuat sebuah "putaran ke kanan,"
sebelum akhirnya garis musuh terputus dan jatuh, bertempur dari
pohon ke pohon, banyak yang berhasil kami tangkap, sampai kami
berhasil menyapu lembah tersebut dan membersihkan garis depan
untuk hampir seluruh brigade kami.13
Banyak orang yang menganggap bahwa kemenangan karena
keberanian tekad di Little Round Top inilah yang menjadi penentu
Pertempuran Gettysburg dan Perang Saudara. Chamberlain mendapat
kehormatan untuk menerima senjata dari unit Konfederasi pertama
yang menyerah di Appomattox. Pada akhir peperangan dia dipromosikan
menjadi mayor jenderal dan selanjutnya mendapat
Bintang Kehormatan Kongres karena yang dilakukannya di Little
Round Top.
Bertahun-tahun kemudian, sebagai penghargaan pada segala yang
telah dilakukannya, kawan-kawan dan mantan rekan-rekan satu
pasukannya memberinya hadiah berupa sebuah patung kuda jantan
dari batu berwarna abu-abu berbintik-bintik putih. Dengan rendah
- 455 -
THE 8TH HABIT
hati dan tidak mementingkan diri sendiri, dengan anggun dia
menerima hadiah tersebut, lalu menambahkan, "Tidak ada pengor-
banan atau pelayanan dan saya yang menuntut imbalan lain, di luar
apa yang diberikan oleh hati nurani kepada setiap manusia yang
menjalankan tugasnya."14
PRESIDEN KIM DAE-JUNG
Saya mendapatkan kehormatan untuk mengajar Presiden Kim dari
Korea Selatan dan beberapa penasihatnya di Gedung Biru di Seoul,
Korea. Ketika sesi itu hampir berakhir, Presiden Kim bertanya, "Dr.
Covey, apakah Anda benar-benar meyakini hal-hal yang Anda
ajarkan?" Saya tercengang mendengarkan pertanyaan ini dan
merenungkannya. Setelah berhenti sejenak saya mengatakan, "Ya,
saya yakin." Lalu dia bertanya, "Bagaimana Anda tahu bahwa Anda
yakin?" Saya menjawab, "Saya mencoba untuk menjalani apa yang
saya ajarkan ini dalam kehidupan saya. Saya tahu saya masih banyak
kekurangannya, dan sering tidak konsisten, tetapi saya selalu kembali
untuk menjalankan prinsip-prinsip itu. Saya meyakininya, terilhami
olehnya, dan saya terus kembali menjalankan prinsip-prinsip itu."
Dia menjawab, "Hal itu masih belum cukup baik bagi saya."
Saya menjawab, "Saya lebih baik mendengarkan Anda." Dia bertanya,
"Apakah Anda siap untuk mati demi membela hal itu?" Saya
mengatakan, "Saya merasa bahwa Anda ingin mengatakan sesuatu
kepada saya." Dia memang sedang mencoba untuk mengatakan
sesuatu kepada saya. Dia melanjutkan dengan kisahnya mengenai
bagaimana ia bertahun-tahun mendapat kekangan hukum,
diasingkan, dipenjarakan, dan tentang beberapa upaya pembunuhan,
termasuk dimasukkan ke dalam karung yang diisi dengan batu,
dilemparkan ke Laut China, dan diselamatkan oleh helikopter CIA.
Dia menceritakan kepada saya tekanan yang dibebankan kepadanya
untuk bekerja sama dengan rezim militer di utara. Dia bahkan
— 456 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
pernah ditawari jabatan presiden tetapi dia menolaknya, karena
mengetahui bahwa pada akhirnya dia hanya akan menjadi boneka
dari kediktatoran. Mereka mengancam untuk membunuhnya jika
tidak bersedia mematuhi mereka. Dia berkata, "Kalau begitu bunuh
saja saya, karena jika Anda membunuh saya, saya hanya akan mati
satu kali, tetapi jika saya bekerja sama dengan Anda, saya akan
mati 100 kali setiap hari sampai akhir hidup saya."
Dia menceritakan kepada saya kisah kesetiaan dan dukungan
dari keluarganya dalam ujian panjang yang menyiksanya. Dia juga
bercerita mengenai imannya sebagai orang yang baru memeluk
agama Kristen dan keyakinannya yang mendalam pada manusia
maupun kekuatan yang luar biasa dari demokrasi. Dia mengomu-
nikasikan keyakinannya mengenai nilai dan potensi yang ada di
dalam diri setiap manusia, dan keyakinannya akan hak untuk meng-
ekspresikan diri. Dia memberikan kepada saya sebuah buku yang
amat pribadi, berisi surat-surat yang dia tulis kepada orang-orang
yang dicintainya saat dia dipenjara, berisi keyakinan dan komit-
mennya yang mendalam.
Saya sekarang memahaminya. Setiap pria memberikan hidupnya
pada apa yang diyakininya. Setiap wanita memberikan hidupnya
pada apa yang diyakininya. Kadang-kadang orang hanya meyakini
sedikit hal atau tidak meyakini apa pun, sehingga mereka hanya
memberikan sedikit atau tidak memberikan apa pun. . 15
JOANNE D'ARC
KEWIBAWAAN MORAL SEBAGAI EKOSISTEM
Saya pernah bekerja dengan presiden sebuah negara Dunia Ketiga
yang banyak mengalami korupsi, kekerasan, pemberontakan, dan
peperangan yang terus berjalan selama bertahun-tahun. Presiden
— 457 —
Soya sekarang memahaminya. Setiap pria memberikan hidupnya
pada apa yang diyakininya. Setiap wanita memberikan hidupnya
pada apa yang diyakininya. Kadang-kadang orang hanya meyakini
sedikit hal atau tidak meyakini apa pun, sebingga mereka hanya
memberikan sedikit atau tidak memberikan apa pun. . 15
JOANNE D'ARC
THE 8TH HABIT
tersebut adalah orang yang memiliki keberanian yang hebat. Dia
dengan berani menyuarakan pentingnya aturan hukum dan
konstitusi, dan tak mau kompromi dengan para teroris dan organisasi
teroris. Dia menjadi semakin dipercaya dan amat populer. Saya
bertanya kepadanya apa warisan yang ingin dia tinggalkan sehingga
pekerjaannya bisa berjalan terus dan terlembagakan. Saat kami
berbicara, menjadi semakin jelas bagi dirinya bahwa kewibawaan
moral pribadi tidak cukup. Dia bisa melihat perlunya kewibawaan
moral visioner dan kewibawaan moral institusi sehingga rakyatnya
bisa menerima visinya untuk menciptakan kedamaian melalui
penegakan hukum dan kemakmuran melalui komunikasi Alternatif
Ketiga/sinergis, dan bahwa prinsip-prinsip yang mendasarinya harus
dicangkokkan ke dalam struktur dan sistem pemerintahan. Lalu
secara perlahan-lahan, sebuah masyarakat madani bisa berkembang
dengan kewibawaan moral budaya—di mana norma-norma dan
aturan tak tertulis pada masyarakat bisa menopang aturan-aturan
hukum, mendorong munculnya pemikiran bahwa masyarakat harus
ikut mencegah kejahatan, dan ikut bertanggung jawab atas keamanan
masyarakat, bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan dan
pendidikan masyarakat umum. Dia bisa merasakan bagaimana model
yang mendasari Kebiasaan Ke-8, yaitu "Menemukan Suara Anda
dan Mengilhami Orang Lain untuk Menemukan Suara Mereka",
menggambarkan keempat bentuk kewibawaan moral ini.
Kewibawaan moral budaya selalu berkembang secara amat lambat,
seperti yang terjadi di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat.
Sekalipun demikian, amat berguna untuk melihat seperti apa
ekosistem dari keempat jenis kewibawaan moral tersebut—bagaimana
semua itu saling berkaitan dan saling tergantung, seperti
sebuah ekosistem fisik. Esensi dari kebijaksanaan adalah melihat
keterkaitan dari segala hal.
— 458 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
GANDHI
Mahatma Gandhi adalah fenomena yang luar biasa. Cara mudah
untuk mempelajari kehidupannya adalah melalui film Gandhi. Dalam
film tersebut, Anda akan melihat seseorang yang memiliki kelemahan
dan kebanggaan diri, tetapi sekaligus juga seseorang yang
menggunakan anugerah sejak lahir yang diberikan kepadanya untuk
mengembangkan sikap rendah hati, keberanian, integritas, disiplin,
dan visi. Anda akan melihat seseorang yang menundukkan kecerdasan
otaknya di bawah arahan hati nurani, sehingga kecerdasan otaknya
ia tundukkan pada kecerdasan spiritualnya. Anda akan melihat
seseorang yang merasa harus mendapatkan hubungan yang penuh
kepercayaan dengan istrinya sebelum dia bisa mengembangkan
kemerdekaan, kekuatan, dan kewibawaan moral untuk membawa
kerumunan besar rakyat India yang marah menuju Alternatif Ketiga
yang lebih tinggi, sehingga mencapai titik di mana mereka bersedia
menyerahkan hidup mereka demi tujuan yang mereka yakini
bersama. Anda akan melihat seseorang yang hidupnya menggambarkan
kekuatan kebijaksanaan Yunani kuno, "Kenali dirimu, kendalikan
dirimu, berikan dirimu."
Gandhi adalah sebuah contoh yang amat indah dari seseorang
yang mengembangkan kewibawaan moral yang luar biasa melalui
visi, disiplin, dan gairah yang dipandu oleh hati nurani—dan dunia
menjadi tempat yang berbeda karena dirinya. India, negara terbesar
kedua di dunia, dengan lebih dari satu milyar manusia, menjadi
negara demokrasi merdeka karena dirinya. Bukankah amat luar biasa
bahwa dia tidak pernah menduduki jabatan pemerintahan dan tak
memiliki kekuasaan formal? Dia sendiri mengatakan bahwa orang
biasa mana pun yang menggunakan kekuatan yang dimilikinya bisa
melakukan hal yang sama.
Saat Anda menyaksikan film Gandhi, yang memenangkan
Academy Award untuk Film Terbaik pada tahun 1982, pelajari
nuansa kata-kata dan ekspresi wajah, mengenai inisiatif dan reaksinya,
mengenai pengembangan aturan tak tertulis, norma-norma, nilai-
— 459 —
THE 8TH HABIT
nilai, tujuan, dan visi. Ini adalah film yang layak ditonton dengan
orang-orang yang Anda cintai dan rekan-rekan kerja Anda.
ANUGERAH SEJAK LAHIR, PENGARUH BUDAYA,
DAN KEBIJAKSANAAN
Menemukan Suara Anda dan Mengilhami Orang Lain Untuk
Menemukan Suara Mereka mengungkapkan bagaimana, sedikit demi
sedikit, dengan memanfaatkan anugerah bawaan yang kita miliki
sejak lahir, kita bisa memperkenalkan sebuah budaya baru, yang
dengan menggunakan metafora komputer bisa kita sebut sebagai
perangkat lunak. Komputer sehebat apa pun tak bisa beroperasi
tanpa perangkat lunak. Individu, organisasi, dan masyarakat juga
tidak bisa beroperasi di luar aturan-aturan budaya tak tertulis, norma-
norma, dan keyakinan mereka—kecuali jika Anda adalah Muhammad
Yunus (lihat Bab 1), yang visinya mengenai manusia, disiplinnya,
dan semangatnya dikuatkan dan diarahkan oleh hati nuraninya,
sehingga pada akhirnya perangkat lunak yang lama bisa tergantikan.
Berkat orang seperti Muhammad Yunus itu, bukan hanya orang per
orang saja yang berubah, tetapi paradigma yang kaku dan
mengekang, yang selama ini hidup di lingkungan keluarga, lembaga,
dan masyarakat juga berubah. Cerita mengenai Muhammad Yunus
itu merupakan gambaran yang indah mengenai bagaimana kita bisa
mengatasi prasangka atau penghakiman tanpa dasar. Anda bisa
melihat bagaimana kerendahan hati Yunus, dan keberaniannya
membuahkan integritasnya, dan pada gilirannya juga membuahkan
kebijaksanaan dan mentalitas berkelimpahannya.
Anda juga bisa melakukan hal yang sama. Anda bisa membuat
"Menemukan Suara Anda dan Mengilhami Orang Lain untuk
Menemukan Suara Mereka" sebagai sebuah kebiasaan yang akan
membentuk PENGETAHUAN, SIKAP, dan KEAHLIAN. Anda
tinggal mendengarkan hati nurani Anda, yang merupakan sumber
kebijaksanaan Anda sendiri, dan memerhatikan bagaimana Anda
bisa melihat pengaruh budaya atau perangkat lunak yang cacat
— 460 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
pada berbagai tingkatan kebutuhan manusia yang dijelaskan di bawah
ini. Masing-masing muncul dalam bentuk sebuah dilema.
Pada tingkat pribadi, tidakkah Anda akan sepakat bahwa manusia
menginginkan kedamaian pikiran dan hubungan yang baik, tetapi tidakkah
Anda akan juga sepakat bahwa manusia ingin mempertahankan
kebiasaan-kebiasaan dan gaya hidup mereka? Apa yang akan dikatakan
oleh hati nurani yang telah dipenuhi dengan kebijaksanaan? Tidakkah
Anda akan setuju bahwa seseorang, dengan salah satu cara, perlu
memenangkan sebuah kemenangan pribadi dengan mengorbankan
apa yang dia inginkan untuk tujuan yang lebih tinggi dan lebih
penting, demi sesuatu yang benar?
Ambillah dilema pada tingkat hubungan. Tidakkah Anda akan
setuju bahwa hubungan dibangun atas dasar kepercayaan? Tidakkah
Anda juga setuju bahwa sebagian individu lebih banyak berpikir mengenai
"aku"—keinginanku, kebutuhanku, hak-hakku? Apa yang akan
dikatakan oleh kebijaksanaan? Tidakkah kebijaksanaan akan membuat
kita berfokus pada prinsip-prinsip pembangun kepercayaan dan
kesediaan untuk mengorbankan "aku" demi "kita"?
Mari melihat dua dilema pada tingkat organisasional. Tidakkah
sudah biasa bahwa manajemen menginginkan hasil lebih banyak dengan
sumber daya lebih sedikit, yakni produktivitas lebih besar dengan biaya
lebih rendah, dan bahwa karyawan menginginkan untuk mendapatkan
lebih banyak dengan memberikan lebih sedikit waktu dan upaya? Tidakkah
ini sebuah fenomena yang sudah umum? Apa yang akan dikatakan
oleh kebijaksanaan? Bagaimana kalau kita mengembangkan misi
bersama dan dengan semangat menang-menang bersepakat untuk
meraih kinerja Alternatif Ketiga, dengan mengorbankan pendekatan
yang menekankan kontrol atau merendahkan orang lain, dan lebih
menekankan pemberdayaan, sehingga pihak manajemen dan karyawan
sama-sama bisa membebaskan potensi manusiawinya dan
menghasilkan lebih banyak dengan sumber daya lebih sedikit?
Ambillah dilema organisasional yang amat sering ditemui—
pikirkan dengan hati-hati mengenai hal ini—tidakkah bisnis
— 461 —
THE 8TH HABIT
dijalankan oleh aturan-aturan ekonomi di pasar? Tetapi pikirkan juga
mengenai hal ini—tidakkah organisasi dijalankan oleh aturan-aturan
budaya di tempat kerja? Dengan kata lain, ada dua himpunan aturan
yang berbeda yang bekerja—aturan-aturan ekonomi dan budaya.
Apa yang dikatakan oleh kebijaksanaan? Bagaimana jika Anda bisa
membawa pasar ke dalam budaya di tempat kerja sehingga setiap
orang dan tim, dengan menggunakan kriteria yang berprinsip, akan
memiliki akses terhadap informasi 360-derajat dan/atau Papan Skor
yang seimbang? Tidakkah informasi ini, bila digabungkan dengan
imbalan ekstrinsik sekaligus intrinsik, akan menciptakan sebuah
rangsangan alamiah bagi mereka untuk sepenuhnya berfokus pada
kebutuhan manusia di pasar dan kebutuhan semua pemegang
kepentingan?
Anda bahkan dapat menerapkan kebijaksanaan ini pada masyarakat
untuk menghadapi dilema fundamentalnya. Secara singkat, tidakkah
Anda setuju bahwa masyarakat berjalan sesuai dengan nilai-nilai sosialnya
yang dominan? Tetapi juga, tidakkah Anda sepakat bahwa masyarakat
harm hidup dengan konsekwensi dari tindakan-tindakan yang melanggar
hukum alam dan prinsip? Bagaimana jika Anda bisa menyelaraskan
nilai-nilai sosial, aturan-aturan tak tertulis, dan hukum-hukum
dengan prinsip-prinsip dan mengorbankan kepentingan-kepentingan
khusus demi kesejahteraan bersama?
Bisakah Anda melihat bagaimana konteks yang lebih besar dari
kebijaksanaan dalam melayani kebutuhan manusia bisa memecahkan
dilema-dilema semacam ini? Bisakah Anda melihat juga mengapa
pengorbanan menjadi sesuatu yang harus dilakukan? Pengorbanan
berarti berhenti melakukan sesuatu yang baik untuk melakukan
sesuatu yang lebih baik lagi, sehingga bila visi Anda untuk mencapai
suatu memang kuat, Anda tidak akan menyebutnya sebagai
pengorbanan, sekalipun seorang pengamat dari luar akan me-
nyatakannya demikian. Jenis pengorbanan yang jelas menyentuh
hati seperti itulah yang menjadi inti dari kewibawaan moral.
— 462 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
PEMECAHAN MASALAH MELALUI SEBUAH MODEL
BERPUSATKAN PADA PRINSIP
Telah saya katakan di awal buku ini bahwa jika Paradigma Pribadi
Utuh dari kodrat manusia memang akurat, hal itu mestinya akan
memberikan sebuah kemampuan yang hebat bagi Anda untuk
menjelaskan, memprediksi, dan mendiagnosis masalah-masalah
terbesar di dalam organisasi Anda. Saya bersungguh-sungguh. Saya
benar-benar yakin bahwa model pribadi utuh yang sederhana, dan
proses pengembangan yang sederhana itu adalah kesederhanaan yang
didapat setelah melewati kerumitan.
Selama bertahun-tahun saya telah bertanya kepada ratusan ribu
orang di seluruh dunia untuk mengidentifikasi satu tantangan pribadi
mereka yang terbesar—tantangan yang membuat mereka tetap
terjaga pada malam hari. Lalu saya bertanya kepada orang-orang itu
untuk mengidentifikasi satu masalah profesional atau organisasional
yang terbesar. Berikut adalah ringkasan dari jawaban yang paling
sering diberikan (perhatikan kemiripannya dengan rasa sakit dan
tantangan yang disebutkan pada bagian awal buku ini):
TANTANGAN PRIBADI
TANTANGAN PROFESIONAL/ORGANISASIONAL
1. Finansial, uang
1.
Beban kerja, tenggat waktu—tidak mampu
mencapai sasaran
2. Keseimbangan hidup, tidak cukup
waktu
2.
Waktu dan sumber daya tidak memadai
3. Kesehatan
3.
Bertahan secara finansial
4. Hubungan—pasangan, anak,
teman
4.
Rendahnya kepercayaan
5. Membesarkan dan mendisiplinkan
anak-anak
5.
Kegagalan pemberdayaan
6. Keraguan diri
6.
Perubahan dan ketidakpastian
7. Ketidakpastian, perubahan
7.
Terus mengikuti perkembangan teknologi
8. Kurangnya keahlian atau
pendidikan
8.
Rasa bingung —kurangnya visi dan nilai-nilai
bersama
9. Kekurangan makna
9.
Kepuasan kerja—tidak menikmati pekerjaan
10. Tidak adanya kedamaian
10
Kurangnya integritas pada diri atasan/manajemen
puncak
TABEL 11
— 463 —
THE 8TH HABIT
Sekali lagi, saya yakin bahwa Anda bisa mengambil tantangan
pribadi atau organisasi mana pun dan dengan kerangka prinsip yang
di dalam buku ini dibentuk ke dalam tiga model keagungan, Anda
akan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah itu. Coba
ambil tantangan mana pun yang Anda hadapi, dan pikirkan
mengenai apa yang bisa Anda lakukan melalui visi, disiplin, gairah,
hati nurani, dan 7 Kebiasaan secara pribadi, dengan menjadi panutan,
merintis jalan, menyelaraskan, dan memberdayakan sebagai seorang
pemimpin, dan dengan menunjukkan kejelasan visi, komitmen,
penerjemahan, sinergi, dan upaya yang membuat orang lain lebih mampu
serta akuntabilitas dalam konteks misi, visi, dan nilai-nilai di dalam
sebuah organisasi. Seperti hubungan ekologis antara keempat dimensi
kewibawaan moral, Anda akan menemukan sebuah ekologi dan
urutan yang mendalam antara model-model keagungan dan berbagai
unsurnya di dalam memecahkan tantangan-tantangan Anda. Lihat
lagi model fokus dan pelaksanaan yang berprinsip yang ditunjukkan
pada Gambar 15.6.
GAMBAR 15.6
— 464 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
Anda mungkin juga tertarik untuk melihat seberapa praktis
kerangka kerja buku ini dengan melihat ke Lampiran 7 mengenai
Kisah Max dan memerankan diri sebagai bilah kemudi kecil.
Lampiran 7 menunjukkan bagaimana Max dan Pak Harold bisa
menggunakan lensa pemecahan masalah dari 4 Peran Kepemimpinan
untuk mentransformasikan cara kerja mereka dan memecahkan
tantangan-tantangan terberat mereka.
Pertimbangkan lebih jauh lagi kekuatan menyeluruh dari model
pribadi utuh (tubuh, pikiran, hati, dan jiwa). Paradigma pribadi
utuh itu berurusan dengan keempat kecerdasan—IQ, EQ, PQ, dan
SQ. Hal itu mewakili empat motivasi/kebutuhan—untuk hidup,
mencintai, belajar, meninggalkan warisan. Hal itu mewakili empat
atribut kepemimpinan pribadi—visi, disiplin, gairah, dipandu oleh
hati nurani. Pada akhirnya, hal itu mewakili keempat atribut secara
lebih luas pada organisasi (termasuk keluarga) dalam bentuk empat
peran—menjadi panutan, merintis jalan, menyelaraskan, dan
memberdayakan (lihat Gambar 15.7).
GAMBAR 15.7
Menemukan Suara Anda adalah sebuah konsep sinergis yang
menegaskan bahwa suatu kesatuan utuh lebih besar daripada jumlah
dari tiap-tiap bagiannya, sehingga jika Anda menghargai,
— 465 —
THE 8TH HABIT
mengembangkan, mengintegrasikan, dan menyeimbangkan keempat
bagian dan kodrat Anda tersebut, Anda akan berada di jalur yang
mewujudkan potensi Anda sepenuhnya dan mencapai pemenuhan
yang bertahan lama.
Bukalah hati Anda. Ambillah pendekatan pribadi utuh—tubuh,
pikiran, hati, dan jiwa—dan lihatlah betapa hebatnya ungkapan
"bukalah hati Anda" itu. Secara fisik, jagalah pembuluh darah Anda
agar tetap bersih dengan mengatur pola makan dan olahraga yang
benar, sehingga jantung Anda kuat dan sehat. Bukalah hati Anda
secara emosional sehingga Anda bersedia melibatkan orang lain dalam
masalah yang Anda hadapi dan mencari solusi bersama-sama, dan
mendengarkan secara mendalam untuk memahami. Bukalah hati
Anda secara mental sehingga Anda secara terus-menerus belajar,
melihat manusia sebagai pribadi utuh, dan membebaskan diri Anda
dari pemikiran "serba pintas", sehingga kepemimpinan benar-benar
menjadi pilihan Anda. Bukalah hati Anda secara spiritual sehingga
kehidupan Anda didasari oleh kebijaksanaan yang lebih tinggi, oleh
hati nurani ilahi yang menjunjung tinggi etika yang mengajarkan
untuk "mencari diri dengan cara merendahkan diri melalui pelayanan
terhadap orang lain"—mencapai kebaikan dengan melakukan ke-
baikan dengan sebaik-baiknya.
Gabungkan semua kecerdasan Anda dan bulatkan tekad, dan
bekerjalah dengan semangat Winston Churchill: "Bagi setiap manusia
akan tiba saat-saat istimewa di dalam kehidupannya ketika secara
metaforis dia ditepuk di bahu dan diberi tawaran untuk melakukan
sesuatu yang istimewa, yang amat unik baginya, dan sesuai benar
dengan bakat-bakatnya. Betapa tragisnya jika pada saat itu dia tidak
siap atau tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk pekerjaan
yang akan merupakan saat-saat terbaiknya itu."
— 466 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
KESIMPULAN
Buku ini pada dasarnya mencoba untuk mengajarkan satu paradigma
dasar: bahwa manusia adalah manusia utuh—tubuh, pikiran, hati,
dan jiwa. Saat seseorang menjalankan proses Kebiasaan ke-8 secara
berurutan, yaitu "menemukan suaranya sendiri", lalu membuat pilihan
untuk memperluas pengaruhnya dengan "mengilhami orang lain
untuk menemukan suara mereka", dia meningkatkan kebebasan
dan kemampuan memilihnya untuk memecahkan tantangan-tan-
tangan terbesarnya dan melayani berbagai kebutuhan manusia. Dia
juga belajar bagaimana kepemimpinan pada akhirnya merupakan sebuah
pilihan^ bukan jabatan, sehingga kepemimpinan, seni yang me-
mampukan orang lain itu, bisa tersebar secara meluas di dalam
organisasi dan masyarakat, dan dengan demikian kita memimpin
(memberdayakan) manusia, sementara kita mengelola atau mengon-
trol barang-barang.
Menyangkut paradigma manusia, kita telah belajar bahwa dari
dirinya sendiri setiap manusia amat berharga, dan dianugerahi dengan
potensi maupun kapasitas yang luar biasa dan hampir tak terbatas.
Kita telah belajar bahwa jalur untuk memperbesar kapasitas tersebut
adalah dengan memanfaatkan sebaik mungkin anugerah dan bakat-
bakat kita itu. Lalu, hampir seperti bunga yang bermekaran di
musim semi, anugerah dan bakat-bakat yang lain akan diberikan
atau terbuka bagi kita, dan kapasitas "yang telah terpasang" pada
keempat bagian kodrat kita akan mendapatkan pembebasan sehingga
kita bisa menjalani sebuah kehidupan yang seimbang, terintegrasi
dan memiliki daya pengaruh. Hal yang sebaliknya juga bisa terjadi.
Jika kita mengabaikan anugerah dan bakat-bakat kita, seperti otot
yang tidak dipakai, semuanya akan mengerut atau menyusut dan
lenyap.
Kita juga telah belajar bahwa budaya tempat kita hidup dan
bekerja telah "memrogram" kita agar menjadi biasa-biasa saja. Seperti
perangkat lunak, budaya kita mengkondisikan kita untuk mencapai
kinerja jauh di bawah potensi kita yang sebenarnya. Kalau kita
— 467 —
THE 8TH HABIT
tidak memperlakukan manusia sebagai pribadi utuh, sama saja kita
memperlakukannya sebagai barang, dengan mencoba mengontrol
dan mengelolanya. Paradigma Era Industri yang mengandalkan
kontrol dan komando membuat orang percaya bahwa sumber
kekayaan yang terbesar terletak pada modal dan peralatan, bukan
pada manusia. Kita juga telah belajar bahwa kita memiliki
kemampuan untuk memrogram ulang perangkat lunak tersebut,
dan kekuatan ini akan mengilhami kita untuk memimpin (mem-
berdayakan) manusia, yang memiliki kekuatan untuk memilih, dan
mengelola barang, yang tak bisa memilih.
Paradigma proses perkembangan kita menjawab pertanyaan-
pertanyaan "bagaimana" dan "kapan", dan mengajarkan pada kita
untuk terlebih dahulu mengalahkan diri kita dengan menge-
sampingkan apa yang kita inginkan sekarang untuk mendahulukan
apa yang kita inginkan nanti. Prosesnya akan semakin menarik karena
proses itu akan semakin hebat dalam memperluas pilihan dan
kapasitas kita. Jika kita mengikuti prinsip-prinsip (yang disimbolkan
dengan sebuah kompas yang selalu menunjuk ke arah utara), kita
secara perlahan-lahan akan mengembangkan kewibawaan moral.
Orang lain akan memercayai kita, dan jika kita benar-benar meng-
hargai mereka, melihat nilai diri dan potensi mereka, dan melibatkan
mereka, kita bisa sampai pada tahap memiliki visi bersama. Jika
melalui kewibawaan moral kita (keagungan primer), kita raen-
dapatkan kekuasaan formal atau jabatan (keagungan sekunder), kita
bisa secara bersama-sama melembagakan prinsip-prinsip ini, sehingga
tubuh dan jiwa akan bisa terus-menerus dipelihara. Akibatnya, kita
akan memiliki kebebasan dan kemampuan yang luar biasa untuk
memperluas dan memperbesar darma bakti kita. Secara singkat,
kepemimpinan yang mengilhami orang agar dengan sukarela mengikuti
kita hanya akan muncul jika kita meletakkan pelayanan di atas
kepentingan diri kita.
— 468 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
Organisasi, baik swasta maupun pemerintahan, belajar bahwa
mereka hanya akan bisa bertahan secara berkelanjutan jika mereka
melayani kebutuhan-kebutuhan manusia. Sekali lagi, prinsipnya
adalah pelayanan melampaui diri sendiri. Itulah unsur pembentuk
kesuksesan yang sesungguhnya. Ini bukan mengenai "apa bagian
saya," tetapi mengenai "apa yang bisa saya sumbangkan?"
Saya mencari Tuhan dan tak bisa menemukan-Nya.
Saya mencari jiwa saya dan jiwa saya menghindari saya,
Saya mencari saudara saya untuk melayani kebutuhannya,
Dan saya menemukan ketiganya—Tuhan saya, jiwa saya, dan
saudara.
BEBERAPA RATA AKHIR
Bagi Anda, para pembaca, sekali lagi saya ingin menegaskan nilai
dan potensi yang ada pada diri Anda. Dengan tulus saya berharap
prinsip-prinsip di dalam buku ini telah saya komunikasikan dengan
cukup jelas, sehingga Anda tidak hanya bisa melihat nilai dan potensi
di dalam diri Anda, tetapi juga dapat Menemukan Suara Anda dan
dapat menjalani kehidupan yang agung dengan mengilhami banyak
orang, organisasi, dan masyarakat untuk menemukan suara mereka.
Bahkan jika Anda tinggal di sebuah lingkungan yang mengerikan,
dalam kondisi semacam itu Anda akan bisa menemukan panggilan
Anda untuk memilih respons Anda. Itulah saatnya "kehidupan
memanggil kita" untuk melayani kebutuhan orang-orang di sekeliling
kita. Dalam melakukan hal inilah kita menemukan "suara" sejati
kita dalam kehidupan. Haddon Klingberg, Jr., penulis biografi Viktor
dan Elly Frankl, When Life Calls Out to Us (satu dari dua proyek yang
— 469 —
Saya mencari Tuhan dan tak bisa menemukan-Nya.
Saya mencari jiwa saya dan jiwa saya menghindari saya,
Saya mencari saudara saya untuk melayani kebutuhannya,
Dan saya menemukan ketiganya—Tuhan saya, jiwa saya, dan
saudara.
ANONIM
THE 8TH HABIT
dikerjakannya sebelum meninggal dunia), mengartikulasikan tema
sentral dari kehidupan Frankl ini sebagai berikut:
Bagi Frankl, karena spiritualitas dalam esensinya adalah transendensi
diri, spiritualitas akan membawa kebebasan manusia. Kebebasan di
sini lebih merupakan kebebasan untuk daripada kebebasan dari.
Kita tidak bebas dari kodrat biologis kita, baik itu dorongan naluriah,
warisan genetik, atau kemampuan maupun ketidakmampuan dari
otak dan tubuh kita. Kita juga tidak bebas dari pengaruh sosial,
perkembangan, dan lingkungan. Tetapi kita bebas untuk mengambil
pendirian terhadap itu semua, bahkan untuk melawannya. Kita
bebas untuk melakukan apa yang kita inginkan dengan kartu-
kartu yang telah kita dapatkan, untuk memilih respons apa yang
akan kita buat terhadap kejadian-kejadian yang menentukan nasib
kita, untuk menentukan tujuan atau orang yang akan menerima
pengabdian kita.
Dan kebebasan untuk ini membawa sebuah kewajiban untuk.
Masing-masing dari kita memiliki tanggung jawab terhadap sesuatu,
kepada seseorang. Dengan mempergunakan kebebasan untuk ber-
tindak yang kita miliki secara bertanggung jawab di dunia ini, kita
akan menemukan makna dalam hidup kita. Baru saat keinginan
kita untuk mencari makna ini mengalami frustrasi, kita bertekad
mencari kesenangan pribadi (Freud), atau mencari keberhasilan
finansial dan sosial (Adler).
Saat seseorang melaksanakan kebebasan dan tanggung jawab
spiritualnya, akan ada berbagai hasil: kedamaian pikiran, hati nurani
yang baik, dan kepuasan. Hal ini akan timbul secara alamiah—bisa
dikatakan sebagai hasil sampingan. Tetapi usaha untuk mengejar
itu semua secara langsung akan membuat pencapaiannya justru
tidak mungkin atau peluangnya justru tertutup. Upaya keras untuk
menemukan kedamaian pikiran justru membuat seseorang tegang.
Berkonsentrasi untuk meraih hati nurani yang baik mungkin justru
akan membuat kita munafik atau merasa bersalah—atau keduanya
sekaligus. Menjadikan kesehatan sebagai tujuan utama mungkin
— 470 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
akan menyebabkan hipokondria, yaitu suatu kelainan jiwa di mana
seseorang begitu takut terhadap kemungkinan dirinya kena penyakit
tertentu. Bagi Frankl, itu semua bukanlah tujuan akhir yang perlu
diraih demi tujuan itu sendiri. Baginya, hal itu akan mengikuti
secara alamiah bagi orang yang hidup demi sesuatu yang lain,
sesuatu yang lebih besar.16
Dengan keyakinan saya yang paling mendalam, saya ingin
meneguhkan Anda dengan kata-kata Jenderal Joshua Lawrence
Chamberlain:
Inspirasi mengenai sebuah tujuan mulia yang melibatkan ke-
pentingan banyak orang memungkinkan seseorang untuk melakukan
hal-hal yang tidak mereka impikan bisa mereka lakukan
sebelumnya, dan tidak bisa mereka lakukan sendiri. Kesadaran akan
kebersamaan, secara vital, dengan sesuatu yang lebih besar daripada
individualitas, dan kesadaran bahwa kita merupakan bagian dari
sebuah kepribadian yang jangkauannya dalam dimensi waktu dan
tempat sama sekali tak kita ketahui, akan memperbesar hati kita
hingga mencapai batas-batas ideal jiwa, dan membangun karakter
yang tertinggi.17
KAKEK SAYA, Stephen L Richards, adalah salah seorang mentor
yang paling berpengaruh bagi saya. Cinta, penghormatan, dan
kekaguman saya terhadapnya tidak ada batasnya. Kehidupannya
sepenuhnya diserahkan untuk melayani orang lain. Mereka yang
mengenalnya menganggapnya sebagai salah seorang yang paling
bijaksana yang pernah mereka kenal. Saya menutup buku ini dengan
rasa syukur atas semboyan hidup yang dia bagikan kepada saya:
Kehidupan adalah misi dan bukan sebuah karier, dan tujuan dari
semua pendidikan maupun pengetahuan kita adalah agar kita bisa
lebih baik mewakili Dia dan melayani misi kehidupan itu dalam
nama-Nya dan menuju tujuan-tujuan-Nya.
— 471 —
THE 8TH HABIT
TANYA & JAWAB
T: Mengapa pengorbanan amat penting bagi kewibawaan moral?
J: Pengorbanan berarti melepaskan sesuatu yang baik demi mencapai
sesuatu yang lebih baik lagi. Hal itu juga berarti naik ke tingkat
yang lebih tinggi. Jika seseorang memiliki sebuah visi yang
melampaui dirinya sendiri, yang berfokus pada sebuah tujuan
atau proyek penting dan dirinya terkait secara emosional ter-
hadapnya, jalur yang paling sedikit hambatannya adalah
meletakkan pelayanan melampaui diri sendiri. Bagi orang tersebut,
hal itu bukanlah pengorbanan. Bagi seorang pengamat di luar,
hal itu mungkin tampak seperti sebuah pengorbanan karena dia
melepaskan sejumlah hal yang baik, yang dirasakannya saat ini.
Kebahagiaan pada dasarnya adalah hasil sampingan dari kesediaan
kita untuk mengalahkan apa yang kita inginkan saat ini dan
mendahulukan apa yang kita inginkan nanti. Pengorbanan justru
merupakan jalur yang paling sedikit hambatannya bagi orang
yang secara mendalam terkait secara spiritual maupun emosional
terhadap sebuah tujuan mulia atau panggilan atau pelayanan
terhadap orang lain. Baginya jalur itu sama sekali bukan jalur
yang paling banyak hambatannya. Melayani melampaui diri
sendiri adalah prinsip etis dari semua agama besar dan semua
falsafah maupun psikologi yang bisa bertahan dalam jangka
panjang. Albert Schweitzer mengatakan, "Saya tidak tahu seperti
apa takdir Anda nantinya, tetapi ada satu hal yang saya tahu: di
antara Anda yang akan benar-benar bahagia adalah mereka yang
mencari dan menemukan cara untuk melayani."
T: Dahulu, istilah yang populer adalah TQM (Total Quality Management)
dan kualitas; kemudian berubah menjadi pem-
— 472 —
Mempergunakan Suara Kita dengan Bijaksana untuk Melayani Orang Lain
berdayaan; dan istilah yang populer sekarang adalah inovasi.
Apa yang akan populer besok?
J: Saya kira istilah yang akan populer besok adalah kebijaksanaan.
Jika Anda tidak memiliki prinsip-prinsip pada inti hati dan jiwa
seseorang maupun di dalam berbagai hubungan dan budaya
organisasi, Anda tidak akan bisa membangun kepercayaan yang
tinggi. Dan tanpa kepercayaan yang tinggi, Anda tidak akan
bisa melakukan pemberdayaan. Jika peraturan mengambil alih
penilaian manusia, Anda tidak bisa memupuk iklim inovasi dan
kreativitas. Anda justru hanya akan memupuk budaya menjilat.
Tanpa kepercayaan tinggi dan struktur yang selaras serta sistem
yang didasarkan pada paradigma berkelimpahan, Anda tidak bisa
melakukan TQM atau kualitas. Sebagai sebuah kebutuhan, Era
Kebijaksanaan, dalam pandangan saya, akan mengikuti Era
Informasi, di mana esensi kepemimpinan adalah menjadi
pemimpin pelayan.
T: Saya menyukai konsep organisasi yang berprinsip. Apakah
hal itu mungkin dilakukan untuk masyarakat?
J: Sudah pasti. Jika Anda bisa mengumpulkan cukup banyak orang
yang peduli, yang merupakan pemimpin-pemimpin alamiah
maupun formal di dalam bidang pendidikan, bisnis, pemerintahan
dan profesi lain, dan bahkan orang-orang tanpa kekuasaan formal
yang memiliki kewibawaan moral yang besar maupun minat
yang kuat, dan Anda melibatkan mereka dalam proses untuk
mengajarkan 7 Kebiasaan dan empat peran kepada para organisasi
dan keluarga di seluruh komunitas, akan tampak hasil yang amat
luar biasa yang muncul dari situ. Kami telah melakukan hal ini
di banyak sekali komunitas di seluruh penjuru dunia.
— 473 —
DUA PULUH PERTANYAAN
YANG PALING SERING DIAJUKAN
Tl: Saya merasa hampir mustahil bisa mengubah kebiasaan
saya. Apakah ini realistik? Apakah saya unik?
J: Anda tidak sendirian. Biarkan saya jelaskan kenapa. Mungkin
Anda ingat, atau telah menyaksikan video atau film mengenai
penerbangan Apollo 11 ke bulan. Dulu, siapa pun di antara
kita pasti terpaku menyaksikan hal itu. Kita hampir tak percaya
bahwa ada manusia yang bisa menginjakkan kakinya dan
berjalan di bulan.
Tahukah Anda sebagian besar tenaga dan energi untuk
melakukan perjalanan ke bulan itu dihabiskan di mana? Apakah
selama menempuh empat ratusan kilo meter menuju bulan?
Atau saat kembali ke bumi? Saat mengitari bulan? Me-
misahkan diri dan menyatu kembali dengan modul yang me-
reka pakai untuk mencapai bulan? Lepas landas untuk me-
ninggalkan bulan?
Bukan, bukan semua itu! Bahkan bukan gabungan dari
semua itu. Yang benar adalah: saat lepas landas meninggalkan
bumi. Sebagian besar energi digunakan dalam beberapa menit
pertama saat roketnya lepas landas meninggalkan bumi—dalam
beberapa kilometer pertama dari perjalanan ke luar ang-
kasa itu. Ya, energi yang digunakan untuk itu jauh lebih besar
— 474 —
Dua Puluh Pertanyaan Yang Paling Sering Diajukan
daripada yang digunakan untuk menempuh ratusan ribu kilometer
saat menuju dan meninggalkan bulan, dalam beberapa
hari.
Daya tarik gravitasi terhadap wahana angkasa luar itu saat
menempuh beberapa kilometer ketika lepas landas meninggalkan
bumi begitu besar. Diperlukan tenaga luar biasa untuk
mengatasi daya tarik gravitasi dan hambatan atmosfer untuk
akhirnya bisa mengorbit. Tetapi, begitu mereka berhasil
melewati saat-saat kritis itu, hampir tak diperlukan tenaga
sama sekali untuk melakukan semua hal lainnya. Ketika salah
seorang astronot ditanya berapa banyak tenaga yang diperlukan
untuk memisahkan modul yang akan dipakai untuk berjalan
di bulan dengan modul komandonya agar dia bisa menginjakkan
kakinya di bulan dan bisa melakukan penelitiannya
di sana, jawabnya adalah "Lebih kecil daripada napas seorang bayi."
Perjalanan ke bulan ini merupakan perumpamaan yang
baik untuk menggambarkan upaya kita untuk meninggalkan
kebiasaan lama dan menciptakan kebiasaan baru. Gravitasi
bumi bisa disamakan dengan kebiasaan yang sudah mengakar,
suatu kecenderungan yang sudah terprogram sebagai akibat
dari kekhasan gen, lingkungan, orangtua dan figur lain yang
penting bagi kita. Atmosfer bumi bisa disamakan dengan
budaya masyarakat dan organisasi kita. Semua itu merupakan
kekuatan yang besar, dan kita harus memiliki kekuatan ke-
hendak di dalam diri kita yang lebih besar daripada kedua
kekuatan itu, agar kita bisa lepas dari pengaruhnya.
Diperlukan kekuatan luar biasa untuk itu, tetapi begitu
kita melepaskan diri dari pengaruhnya, kita akan terkagum-
kagum dengan kebebasan yang tiba-tiba kita rasakan. Ketika
sedang lepas landas meninggalkan bumi, astronot hanya memiliki
sedikit kekuatan dan kebebasan. Yang bisa mereka
lakukan adalah menjalankan program yang sudah dicanangkan,
tetapi begitu mereka berhasil melepaskan diri dari gravitasi
— 475 —
THE 8TH HABIT
dan hambatan yang ada di sekitar mereka, serta merta mereka
mengalami kebebasan yang luar biasa. Mereka juga memiliki
banyak pilihan dan alternatif.
Bila Anda beranjak untuk memulai perjalanan Anda guna
Menemukan Suara Anda dan Mengilhami Orang Lain untuk
Menemukan Suara Mereka, Anda akan mengembangkan ke-
kuatan yang muncul dari kebiasaan baru untuk tumbuh dan
berubah di dunia modern yang sarat dengan tantangan, kom-
pleksitas dan kesempatan ini.
T2: Dalam arti tertentu saya bersemangat dan tergelitik oleh
apa yang Anda ajarkan. Di lain pihak, saya juga bertanya-
tanya apakah saya dapat mewujudkan hal itu.
J: Itu amat jujur, tetapi saya mengusulkan agar Anda lebih dahulu
mengajukan dua pertanyaan lain, sebelum berurusan dengan
pertanyaan mengenai kompetensi itu. Yang pertama adalah,
apakah aku harus? Ini adalah pertanyaan yang berkaitan dengan
nilai. Yang kedua adalah, apakah aku menginginkannya? Ini
adalah pertanyaan mengenai motivasi dan berurusan dengan
suara maupun gairah Anda yang unik. Bila Anda bisa men-
jawab YA atas dua pertanyaan tersebut, baru kemudian lihat
pertanyaan Anda tadi, apakah aku bisa? Ini adalah pertanyaan
mengenai kompetensi. Pertanyaan mengenai kompetensi ini
berurusan dengan upaya untuk memperoleh pendidikan dan
pelatihan yang diperlukan untuk itu. Jangan mencampuraduk-
kan tiga pertanyaan tersebut. Jangan mencoba menjawab pertanyaan
mengenai nilai dengan jawaban yang berkaitan dengan
pelatihan yang diperlukan; atau pertanyaan mengenai motivasi
dengan jawaban mengenai nilai; atau pertanyaan mengenai
kompetensi dengan jawaban yang berkaitan dengan motivasi.
Pikirkan dengan jelas dan cermat mengenai ketiga pertanyaan
tersebut: Apakah aku bisa? Apakah aku mau atau ingin me-
lakukannya? Apakah aku harus melakukannya? Biarkan
— 476 —
Dua Puluh Pertanyaan Yang Paling Sering Diajukan
ketiganya jelas terpisah, tidak campur aduk, agar Anda dapat
menemukan titik awal untuk mulai.
T3: Kenapa kepemimpinan menjadi topik yang banyak
dibicarakan dewasa ini?
J: Perekonomian kita saat ini terutama didasarkan pada kerja
pengetahuan. Itu berarti bahwa kekayaan tidak lagi terletak
pada uang dan benda melainkan pada manusia, yang me-
rupakan modal sosial dan modal intelektual. Pada kenyata-
annya, investasi keuangan terbesar kita terletak pada para
pekerja pengetahuan ini. Potensi sumbangan kerja pengetahuan
tidak lagi merupakan deret hitung, melainkan deret ukur,
dan modal intelektual maupun modal sosial jenis ini merupakan
kunci pendongkrak dan optimalisasi bentuk investasi yang
lain. Lagi pula, gaya manajemen Zaman Industri dan sistem
yang mengangap "manusia sebagai biaya" kini sudah semakin
ketinggalan zaman, dan tak berfungsi lagi, karena kekuatan
persaingan yang ada di pasar. Selain itu juga ada kesadaran
yang semakin luas bahwa dimensi manusiawi, khususnya
tingkat kepercayaan, merupakan akar dari semua masalah.
Apa yang dulu dianggap sebagai unsur yang kurang me-
nentukan dalam organisasi kini semakin disadari sebagai
sesuatu yang paling menentukan, dan semua orang mulai
menyadari hal itu. Itulah sebabnya, kenapa kepemimpinan
merupakan seni yang tertinggi di antara segala seni. Kepemimpinan
adalah seni yang membuat orang lebih mampu.
T4: Bagi saya, semuanya itu kedengaran terlalu idealistik dan
moralistik. Dengan kondisi apa adanya sekarang ini, saya
ragu apakah hal itu merupakan sesuatu yang memang
mungkin dilakukan.
— 477 —
THE 8TH HABIT
J: Pertanyaan lebih dalam yang harus Anda ajukan adalah:
Apakah memang ada ruang antara rangsangan dan tanggapan?
Dengan kata lain: Apakah kita memang memiliki kemampuan
untuk memilih, seperti apa pun lingkungan di mana kita
berada? Bila Anda dengan jujur dapat mengatakan YA
terhadap pertanyaan itu, Anda akan melihat bahwa idealisme
yang Anda sebutkan tadi sesungguh merupakan realisme.
Kalaupun Anda misalnya tidak melihat keajaiban listrik yang
ada saat ini, Anda toh bergantung padanya dan tahu bahwa
itu sungguh riil. Sebelum listrik ditemukan, segala benda
elektronik yang kita temui sekarang ini jelas tampak idealistik.
Bila Anda mengatakan bahwa hal itu terlalu moralistik, secara
tak langsung itu mengandaikan adanya konsep mengenai benar
dan salah. Dalam inti terdalam hati Anda, Anda tahu bahwa
ada perbedaan antara benar dan salah, dan bila Anda memilih
yang benar, ada sekian banyak akibat yang akan muncul,
yang jelas berbeda bila Anda mengikuti hal yang salah. Itulah
alasan kenapa gagasan-gagasan ini memang idealistik dan
moralistik, tetapi pada saat yang sama juga realistik.
T5: Anda bilang bahwa kewenangan moral budaya merupakan
bentuk kewenangan moral yang paling maju; apa maksud
Anda?
J: Ambil misalnya Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat.
Dokumen itu dengan jelas menggambarkan kewenangan moral
yang visioner. Sementara itu Konstitusi AS berusaha
melembagakan nilai bahwa "semua manusia diciptakan sama
sederajat" dan bahwa manusia "dianugerahi oleh Sang Pencipta
dengan hak-hak azasi tertentu, yang di antaranya adalah Hak
untuk Hidup, Kebebasan, dan hak untuk Mengupayakan
Kebahagiaan."
Konstitusi itu selaras dengan visi dan sistem nilai yang
termuat dalam Deklarasi Kemerdekaan. Deklarasi itu
— 478 —
Dua Puluh Pertanyaan Yang Paling Sering Diajukan
menyatakan "semua manusia", tetapi para wanita selama ber-
abad-abad tidak memiliki hak untuk memilih; banyak di antara
penggagas Deklarasi itu juga memelihara budak; lebih dari
delapan puluh tahun Proklamasi Emansipasi diperjuangkan;
dan bahkan sampai kini masih ada prasangka rasial. Kewenangan
moral budaya selalu berkembang lebih lambat dari-
pada kewenangan moral institusi atau kewenangan moral
visioner, tetapi pada akhirnya kewenangan moral budaya itu
merupakan kunci perkembangan masyarakat yang harmonis.
Kuncinya tidak terletak pada pemerintah, yang mewakili ke-
kuatan atau hukum; juga bukan pada organisasi bisnis swasta
atau bahkan orang perorangan, yang mewakili kebebasan.
Kuncinya terletak pada orang-orang atau grup yang memeluk
nilai-nilai bersama, yang sungguh-sungguh terkait dengan hati
dan pikiran mereka. Inilah asumsi dasar yang ada di balik
pemikiran Adam Smith, pengarang The Wealth of Nations.
Sebelum menulis buku klasik itu, dia telah menulis buku
berjudul The Theory of Moral Sentiments. Buku ini mendasari
pandangan-pandangannya yang dituangkan dalam karya-
karyanya belakangan, termasuk The Wealth of Nations. Buku
itu didasarkan pada gagasan bahwa keutamaan dan maksud
baik merupakan pondasi bagi sistem ekonomi yang bercirikan
kebebasan berusaha maupun bagi sistem politik yang menga-
nut demokrasi perwakilan. Dia menyatakan bahwa pasar bebas
dan demokrasi tidak akan bertahan bila nilai-nilai individu
rusak.
T6: Anda bilang bahwa salah satu masalah dasar kita adalah
bahwa kita masih menggunakan model Zaman Industi
dan menerapkannya di Zaman Pekerja Pengetahuan, tetapi
bukankah kita ini masih merupakan negara industri? Di
mana-mana kita melihat adanya industri.
— 479 —
THE 8TH HABIT
Itu benar, tetapi hakikat dari pekerjaan yang dilakukan untuk
menciptakan nilai tambah di dalam bebagai industri semakin
banyak dikerjakan oleh para pekerja pengetahuan, bukan oleh
para pekerja manual. Jadi, kita tidak sedang bicara mengenai
tidak pentingnya industri, tetapi mengenai penggunaan para-
digma kepemimpinan yang berbeda di dalam industri. Pada
kenyataannya, paradigma ini bisa dilacak sampai era pertanian.
Di luar kota-kota, pertanian ada di mana-mana. Mereka me-
nambahkan nilai yang semakin meningkat melalui kekuatan
Zaman Industri dan Informasi. Di sini kita bicara lebih mengenai
kerangka pikir daripada lingkungan fisik.
Bagaimana budaya otoriter menciptakan ko-dependensi.
Coba pikirkan hal ini. Bila Anda memiliki pemimpin otoriter
yang suka mengontrol, apa yang dilakukan oleh para pengi-
kutnya? Kebanyakan akan menuruti perintahnya secara pasif.
Mereka akan menunggu sampai diperintah, dan melakukan
apa yang diperintahkan. Perilaku mereka akan menguatkan
persepsi pemimpin otoriter tadi untuk meneruskan model
komando dan kontrolnya, yang pada gilirannya akan mem-
benarkan sikap pasif para pengikutnya. Dengan kata lain,
persepsinya itu akan menjadi semacam ramalan yang kemudian
memang terbukti benar. Proses itu akan memperlemah ke-
mampuan dan kecerdasan orang-orangnya. Gaya kepemim-
pinannya akan membuat orang-orangnya tidak bisa berbuat
sesuai dengan kapasitas maksimum mereka. Kemampuan-
kemampuan mereka dengan demikian kurang dimanfaatkan.
Gaya kepemimpinan seperti itu mengubah manusia sekadar
benda yang harus dikontrol dan dikelola. Siklus ko-dependensi
itu pada akhirnya menyuburkan budaya menjilat, penuh intrik
politik, di mana kebenaran ditentukan oleh loyalitas dan ke-
sesuaian dengan kemauan pemimpin, dan kesalahan baru di-
anggap kesalahan kalau tertangkap basah.
— 480 —
Dua Puluh Pertanyaan Yang Paling Sertng Diajukan
Dinamika proses itu juga menyuburkan sebentuk ke-
sepakatan yang merusak, di mana orang bilang ya, padahal
sebenarnya yang mereka maksudkan adalah tidak. Di lingkungan
seperti itu konflik yang sehat dihindari, tetapi pada
saat yang sama tumbuh subur sentimen, kebencian, ke-
marahan, sikap munafik (manis dan taat di muka, menohok
di belakang), tingkat kepercayaan rendah, mutu rendah, kinerja
buruk. Perasaan-perasaan yang tak terungkap itu pada kenyataannya
tidak mati, dan nanti akan muncul dalam bentuknya
yang lebih aneh.
Selanutnya, pemimpin otoriter tadi akan menjalankan tang-
gung jawabnya dengan berfokus pada efisiensi, yang berarti
bahwa dia akan menerapkan metode, proses, dan langkah-
langkah sedemikian sehingga aturan akan lebih penting daripada
penilaian manusia. Semuanya itu akan memperkuat kepemimpinan
sebagai suatu posisi, dan bukan pilihan; dan itu
akan menjadi unsur pembentuk budaya. Pelan-pelan Anda
akan melihat kebenaran ucapan Lord Acton bahwa "kekuasa-
an itu korup, dan kekuasaan yang mutlak juga akan korup
mutlak-mutlakan." Semua orang kemudian akan memikirkan
kepentingan sendiri, dan mengorbankan integritas mereka
demi menyenangkan bos.
Masalahnya, dalam ekonomi baru, budaya ko-dependensi
yang terlembagakan hanya dapat bertahan kalau pasar tidak
kritis dan mudah memaafkan. la bisa bertahan melalui subsidi
semu atau teror. Tradisinya bisa bertahan hanya kalau para
pesaingnya juga bersifat ko-dependen.
Siklus itu dapat dipatahkan oleh satu orang yang melihat
kepemimpinan sebagai pilihan, yang bersedia memperluas
Lingkup Pengaruh dengan memerankan diri sebagai bilah ke-
mudi kecil, yang mengandalkan realitas yang berkembang di
pasar yang penuh persaingan, untuk menghentikan proses
pembobrokan yang sedang dialami oleh organisasinya. Kepemimpinan
seperti itu akan mewujudkan kewenangan moral,
— 481 —
THE 8TH HABIT
yang akan muncul kalau kita memilih untuk hidup berdasarkan
prinsip, yang hampir selalu mengandaikan sebentuk pengor-
banan. Tetapi, dalam ekonomi pasar bebas, kepemimpinan
seperti itu akan dengan sendirinya menduduki posisi puncak
karena kepemimpinan seperti itulah yang akan terbukti ber-
jalan. Dia akan menghasilkan banyak, dengan biaya yang
lebih sedikit.
T8: Bagaimana semua ini dapat diterapkan pada keadaan
ekonomi yang sedang buruk, atau dalam keadaan ekonomi
yang bagus, tetapi industrinya sedang merosot?
J: Dalam keadaan seperti itu, semuanya justru lebih berlaku
lagi, karena sumber daya terbesar kita sebenarnya adalah
kemampuan kreatif orang-orang, yang bisa menciptakan solusi
Alternatif Ketiga pada saat yang buruk. Memang, dalam
keadaan buruk seperti itu, secara alamiah orang cenderung
untuk kembali ke model hubungan yang mengandaikan
komando-dan-kontrol yang menjadi ciri zaman industri, yang
dalam jangka panjang tidak akan mampu bertahan. Dalam
suatu keadaan krisis, dan untuk jangka pendek, di mana semua
terfokus pada upaya untuk bertahan hidup, pendekatan otoriter
barangkali perlu dan amat efektif. Seperti dikatakan oleh
Eisenhower, "Tak perlu bicara demokrasi kepada orang yang
tersesat di depan sarang serigala." Kendati demikian, pada
akhirnya kita memerlukan keterlibatan semua orang secara
mendalam agar perubahan penting yang dilakukan bisa bertahan.
Untuk itu diperlukan kepemimpinan yang memiliki
kewenangan moral yang benar-benar dipercaya.
T9: Bagaimana mengaitkan 7 Kebiasaan dengan 4 Peran
Kepemimpinan? Kami telah menginvestasikan banyak
uang dan waktu untuk pelatihan 7 Kebiasaan.
— 482 —
Dua Puluh Pertanyaan Yang Paling Sering Diajukan
J: Ingatlah bahwa 7 Kebiasaan itu didasarkan pada prinsip-
prinsip. 7 Kebiasaan itu adalah prinsip-prinsip karakter yang
membentuk siapa dan apa Anda sebenarnya, sedangkan 4
Peran adalah apa yang Anda lakukan untuk menjalankan kepemimpinan
dan memengaruhi organisasi Anda. Bila Anda
menempatkan 7 Kebiasaan pada konteks 4 Peran Kepemimpinan,
7 Kebiasaan itu merupakan peran sebagai Panutan.
Prinsip-prinsip yang mendasari 7 Kebiasaan tersebut bagaikan
sumur yang dalam, atau saluran air yang memasok air ke
sumur-sumur lain, yang dalam hal ini misalnya adalah TQM
(Total Quality Management, Manajemen Kualitas Total),
pemberdayaan dan pembentukan tim, inovasi, dll.
T10: Skandal korporasi sering kali membuat semua bisnis "salah
karena asosiasi". Masalah karakter menjadi sorotan tajam.
Bagaimana Anda mengembangkan karakter pribadi dan
karakter budaya; bagaimana cara menghindari masalah-
masalah seperti itu?
J: Saya dulu punya kesempatan untuk menangani akibat-akibat
yang timbul dari keadaan buruk yang dialami oleh Three
Mile Island, kekacauan di Rodney King dan Exxon Valdez,
dan pada dasarnya saya temukan bahwa semua kekacauan itu
merupakan manifestasi akut dari suatu gejala kultural yang
mendalam. Kekacauan itu hanya merupakan puncak gunung
es dari suatu masalah di mana orang-orang melakukan hal-hal
yang tidak benar, menutup-nutupi ketidak beresan, mencabik-
cabik sesuatu yang baik, mengabaikan hal-hal yang buruk,
lalu tertangkap, dan meledak karena pemberitaan di media.
Saya kira hal seperti itu merupakan pelajaran berharga
bagi semua organisasi. Coba tengok dan renungkan kembali,
apa yang paling penting bagi Anda—visi dan sistem nilai
Anda. Kaji ulang semua prosedur dan praktik, struktur dan
sistem, untuk memastikan apakah semua itu telah melembaga-
— 483 —
THE 8TH HABIT
kan visi dan nilai-nilai tersebut. Umpan balik harus mencer-
minkan penilaian jujur dari para penasihat, pemasok, pelang-
gan, dan semua pihak yang berkepentingan dan memberi
nilai di situ. Tak perlu Anda menutup-nutupi masalah dan
membela diri, karena hal itu hanya akan jadi bumerang bagi
Anda. Loyalitas tidak boleh dinilai lebih tinggi daripada
integritas; pada kenyataannya, integritas itulah loyalitas. Anda
ingin dokter Anda mengatakan hal yang sebenarnya, walau
Anda tidak akan suka mendengarnya. Anda mengharapkan
seorang dokter setia sepenuhnya pada profesinya, sebagai
bentuk kesetiaan tertingginya kepada Anda. Demikian pula
dengan organisasi Anda. Pandang diri Anda sebagai profesional
yang loyalitas tertingginya terarah pada prinsip-prinsip profesional
dan moral, dan bukan pada institusi Anda. Itulah
cara yang paling jelas untuk menjadi loyal kepada institusi
Anda.
Cara terbaik untuk mengembangkan karakter di sebuah
organisasi bukan dengan membuat daftar yang harus diikuti,
yang akan dipakai oleh setiap orang untuk menilai orang lain,
tetapi dengan membuat orang-orang bertanggung jawab atas
hasil-hasil, yang diukur dengan Papan Skor Berimbang
(Ballanced Scoreboard), yang menuntut pengembangan karakter
pada level yang lebih tinggi. Dengan cara itu Anda
tidak menghakimi karakter seseorang; Anda hanya memberi
mereka tanggung jawab yang menuntut pertumbuhan
karakter.
T11: Setelah merampingkan organisasi, bagaimana cara mem-
pertahankan budaya positif yang ditandai dengan tingkat
kepercayaan tinggi?
J: Anda tahu kenapa setelah perampingan organisasi biasanya
budaya organisasi tersebut memburuk? Karena prinsip-
prinsipnya tidak ditaati; orang-orang tidak dilibatkan, tidak
— 484 —
Dua Puluh Pertanyaan Yang Paling Sering Diajukan
mendapat informasi yang memadai, dan tidak tahu arah
organisasi maupun apa yang akan dilakukan selanjutnya. Mereka
tidak memahami kriteria yang akan dipakai sebagai lan-
dasan untuk mengambil keputusan. Mungkin mereka tidak
tahu menahu mengenai segi-segi ekonomi dari industri mereka,
atau ekonomi pada umumnya, atau bahkan tidak banyak tahu
mengenai perusahaan mereka.
Secara pribadi saya telah menyaksikan banyak organisasi
yang berhasil melewati saat-saat sulit, yang menuntut kepu-
tusan-keputusan berat, tetapi dapat mengelolanya dengan cara-
cara yang berprinsip. Melalui komunikasi yang transparan
dan terbuka, dan keterlibatan maupun partisipasi yang sung-
guh-sungguh dan jujur, serta dengan menaati nilai-nilai yang
berlandaskan pada prinsip-prinsip, disertai dengan kerelaan
berkorban, orang-orang yang kena dampak negatif maupun
keluarga mereka tahu bahwa organisasi terpaksa mengambil
keputusan yang berat demi mereka juga. Dengan cara seperti
itu, reputasi organisasi di masyarakat malah meningkat.
T12: Kami sering melakukan pelatihan pengembangan
kepemimpinan, baik secara formal maupun informal, di
luar kantor, atau sesi khusus, dan sering pula mengundang
narasumber dari luar. Semua itu membantu, meningkat-
kan semangat dan memberi inspirasi, tetapi dalam be-
berapa hari saja, semua kembali seperti semula... bisnis
seperti biasa. Apa rekomendasi Anda?
J: Mengetahui tetapi tidak melakukan berarti tidak mengetahui.
Anda bisa terinspirasi dan menjadi bergairah untuk sementara
oleh suatu pengetahuan atau keahlian tertentu yang Anda
anggap penting, tetapi kalau Anda tidak menerapkannya,
sesungguhnya Anda tidak mengetahuinya. Bila struktur dan
sistem organisasi Anda tidak memberi rangsangan untuk menerapkannya,
Anda tidak akan menerapkan pengetahuan atau
— 485 —
THE 8TH HABIT
keahlian itu dan karena itu tidak akan mengetahuinya. Akhir-
nya, pengalaman seperti itu hanya akan membebani dan me-
numbuhkan sikap sinis. Berbagai upaya perubahan dan
himbauan manajemen hanya akan seperti kembang gula harum
manis, manis sementara di lidah, tapi segera lenyap. Kuncinya
adalah mengambil materi pembelajaran kepemimpinan itu,
mengajarkannya, mendiskusikannya, dan mencoba melem-
bagakannya dengan cara memasukkan prinsip-prinsip dasarnya
dalam proses kerja harian dan dalam sistem kompensasi bagi
para anggota organisasi. Dengan cara itu, kepemimpinan itu
akan benar-benar mewarnai praktik sehari-hari.
T13: Bagaimana kalau pendekatan itu tidak jalan?
J: Bila orang-orang tidak mau menerapkannya, pendekatan itu
memang tidak akan jalan. Tak ada cara yang gampang.
Dibutuhkan komitmen, kesabaran, dan persistensi, terutama
kalau kita mau mengubah pola pikir dan perangkat keahlian
kita. Alat-alat yang terkait dengan perubahan pola pikir dan
perangkat keahlian itu tentu akan amat membantu, tetapi
pada akhirnya hal itu tergantung pada komitmen orang-orang-
nya untuk melakukannya.
T14: Apa cara terbaik untuk mengawali perubahan itu, bila
kita mengandaikan bahwa kita sudah membatinkan hal
itu dalam diri kita?
J: Bila Anda menyetir mobil, dan kaki Anda menginjak rem,
apa cara tercepat untuk bergerak maju—menginjaknya, atau
melepaskan rem itu? Jelas, kita harus melepaskan rem itu.
Mirip dengan itu, dalam budaya organisasi pun terdapat ke-
kuatan yang mendorong dan kekuatan yang menghambat.
Kekuatan yang mendorong biasanya adalah berbagai realitas
— 486 —
Dua Puluh Pertanyaan Yang Paling Sering Diajukan
ekonomi yang logis sifatnya, yang dalam gambaran mobil
tadi bisa disamakan dengan menginjak pedal gas. Kekuatan
penghambatnya adalah hal-hal yang terkait dengan budaya
dan emosi, dan bisa disamakan dengan rem. Melalui Alternatif
Ketiga dan komunikasi yang bersifat sinergis, kekuatan
penghambat bisa diubah menjadi kekuatan pendorong. Dengan
cara itu, Anda tidak hanya melangkah maju, tetapi dari segi
budaya pun juga akan terus terdukung dan terpelihara, karena
keterlibatan dan komitmen orang-orang di dalamnya. Teori
Kirk Lewin mengenai medan kekuatan diandaikan dalam
jawaban ini.
T15: Apakah materi yang Anda ajarkan ini merupakan barang
baru? Saya telah mendengar gagasan seperti ini sejak saya
masih muda. Saya melihatnya terjadi di mana-mana dalam
sejarah kita.
J: Benar. Pada kenyataannya, kalau saya meneruskan gagasan
penting yang Anda kemukakan tadi, konstitusi yang ber-
pusatkan pada prinsip-prinsip dan pasar bebaslah yang
membebaskan potensi manusiawi masyarakat Amerika Serikat,
di mana 4,5 persen penduduk dunia menghasilkan hampir
sepertiga barang-barang yang diproduksi di dunia. Kekuatan
paradigma dan prinsip-prinsip ini benar-benar membuahkan
hasil yang luar biasa. Ingat, prinsip itu bersifat universal dan
abadi. Dan prinsip-prinsip yang benar-benar penting mungkin
paling baik dipelajari dan dipahami oleh para petani, karena
mereka begitu dekat dengan alam, dengan hukum alam dan
prinsip-prinsip. Mereka tahu, di pertanian kita tidak bisa ber-
buat seperti dalam institusi sosial seperti sekolah. Di sekolah,
orang terbiasa dengan "sistem kebut semalam", semuanya
dijejalkan secara cepat untuk meraih hasil cepat; dan hal itu
tidak berlaku di pertanian, di mana Anda harus menyiapkan
lahannya, menanam bibitnya, menunggu, menyiangi,
— 487 —
THE 8TH HABIT
menyirami dan memetik panen di kemudian hari. Atletik level
tinggi yang penuh kompetisi juga merupakan metafor yang
bagus, karena di sini pun tidak berlaku sistem kebut sehari.
Untuk bisa ikut bertanding, kita harus membayar harganya
dulu.
Hal-hal yang sudah diketahui oleh banyak orang belum
tentu juga banyak dilakukan. Itulah sebabnya kita perlu me-
lakukan pembaruan diri, menegaskan lagi komitmen kita,
membereskan etika watak dan kepemimpinan kita agar terus
berpusatkan pada prinsip.
T16: Apakah materi pengajaran Anda ini berdasarkan riset?
J: Bila yang Anda maksud adalah riset empiris seperti yang
dilakukan oleh seorang ilmuwan di laboratorium, jawabnya:
tidak. Tapi, bila yang Anda maksud adalah analisis historis,
kajian literatur, dan penyimpulan dari sekian banyak interaksi
dan pengamatan selama berinteraksi dengan berbagai
organisasi dan orang-orang, jawabnya: ya!
T17: Organisasi mana yang bisa menjadi model dari berbagai
gagasan yang Anda ajarkan ini?
J: Anda akan menemukannya di setiap bidang usaha manusia.
Ada banyak di sekitar Anda: organisasi seperti A.B. Comb
School dan kapal selam USS Santa Fe adalah contohnya.
Kriterianya adalah, sejauh mana suatu tempat kerja mengalami
suatu proses pemberdayaan? Seberapa jauh orang-orangnya
berfokus pada prioritas-prioritas tertinggi organisasi dan
melakukan prioritas tertinggi itu? Perusahaan-perusahaan yang
dikaji, yang kemudian dimuat dalam buku Jim Collins, Good
to Great, adalah perusahaan yang amat diberdayakan oleh para
pemimpin yang rendah hati dan penuh tekad maupun ke-
— 488 —
Dua Puluh Pertanyaan Yang Paling Sering Diajukan
tetapan hati. Tentu saja, pemberdayaan bukan satu-satunya
jawaban. Kebanyakan organisasi puncak telah bergerak atau
sedang bergerak maju, yang tercerminkan dalam papan skor
mereka. Upaya untuk menyelaraskan operasi dengan strategi,
dan dengan pasar, menuntut kemampuan penilaian dan per-
timbangan yang besar. Banyak organisasi yang semula amat
berhasil kini merosot. Kita perlu cermat dalam menarik dan
mengembangkan orang-orang terbaik kita, dengan cara me-
negakkan etika kepemimpinan dalam budaya organisasi. Kita
juga harus mengembangkan kewenangan moral pribadi, ke-
wenangan moral visioner, dan kewenangan moral istitusional,
agar kita terus dapat maju di jalan menuju keagungan.
T18: Apakah materi ini pada dasarnya bisa disebut religius?
J: Prinsip-prinsip tersebut jelas memiliki dasar moral dan spiritual,
tetapi tidak khusus terkait dengan agama tertentu. Secara
pribadi saya telah mengajarkan prinsip-prinsip tersebut di
seluruh pelosok dunia, dalam konteks keagamaan yang amat
beragam, dan untuk itu saya mengutip kitab suci mereka
masing-masing. Prinsip-prinsip tersebut benar-benar universal
dan abadi. Dulu saya heran sekali, tetapi kini tidak lagi,
ketika saya melihat apa yang terjadi kalau kita melibatkan
orang-orang di pelosok dunia mana pun, dan dari level mana
pun dalam organisasi, dalam pengembangan sistem nilai
mereka. Bila ada semangat keterbukaan dan sinergi, dan bila
orang-orangnya benar-benar mendapat informasi yang men-
cukupi, ternyata nilai-nilai pilihan mereka pada dasarnya sama.
Kata-kata yang dipakai memang berbeda; berbagai praktik
yang mencerminkan nilai-nilai tersebut juga berbeda, tetapi
makna terdalamnya selalu berurusan dengan empat dimensi
yang kita bicarakan sepanjang buku ini—fisik/ekonomi,
hubungan/sosial, pengembangan mental/bakat, dan spiritual,
yang berkaitan dengan makna dan integritas. Bila Anda ingin
— 489 —
THE 8TH HABIT
merasakan pengalaman yang menarik, coba pelajari pernyataan
misi beberapa organisasi yang telah menghasilkan pernyataan
misi mereka dengan melibatkan semua pihak yang ber-
kepentingan. Kata-kata yang digunakan memang berbeda,
tetapi sesungguhnya semua rumusan itu bicara mengenai hal
yang sama, kendati belum tentu juga rumusan itu benar-
benar dijalankan.
T19: Saya jadi kecil hati, sekaligus juga tak sabar. Apakah sudah
terlalu terlambat bagi saya untuk berubah?
J: Pertanyaan yang hebat. Kita benar-benar tahu sekarang bahwa
masalah utama kenapa orang meragukan keabsahan gagasan-
gagasan ini tidak terletak pada gagasan itu sendiri. Gagasan
itu diterima sebagai sesuatu yang masuk akal oleh siapa pun.
Masalahnya adalah bahwa mereka ragu terhadap diri mereka
sendiri. Saya anjurkan, mulailah pelan-pelan, dan setahap demi
setahap, dengan membuat janji pada diri sendiri dan me-
nepatinya. Biarlah nurani Anda menjadi pemandu Anda
mengenai janji apa yang harus dibuat. Bila Anda sudah
membuat janji, betapa sepele pun janji itu, tepatilah. Sedikit
demi sedikit rasa hormat Anda terhadap diri sendiri akan
membesar, lebih besar dari dorongan suasana hati Anda.
Kontrol dan penguasaan diri Anda juga akan semakin membesar,
demikian juga rasa aman dan kompetensi Anda. Dengan
demikian, Anda akan bisa membuat janji yang lebih besar,
dan mampu menepatinya. Dengan begitu Anda akan me-
masuki wilayah baru, berani meninggalkan zona kenyamanan
Anda, dan lebih berani lagi berprakarsa. Ingatlah kisah mengenai
bambu China. Ada spesies tertentu bambu China, yang
bila Anda tanam, sepertinya Anda tidak melihat perkembangan
apa pun selama kurang lebih empat tahun. Yang Anda lihat
mungkin hanya satu tunas muda, mencuat di atas tanah. Anda
— 490 —
Dua Puluh Pertanyaan Yang Paling Sering Diajukan
menggemburkan tanahnya, menyiangi, menyiram, memupuk,
dan melakukan segala hal yang harus dilakukan untuk me-
melihara tunas bambu itu, tetapi Anda tak melihat perubahan
apa pun. Tapi, pada tahun kelima, bambu China itu segera
tumbuh tinggi, mencapai dua puluh lima meter. Pada tahap
awal, perkembangannya terjadi di dalam tanah, yaitu pada
akar-akarnya. Begitu akar-akarnya sudah kuat dan menyebar,
tiba-tiba batang-batang dan daunnya pun tumbuh, meng-
herankan orang yang mengira bahwa tak terjadi apa-apa pada
tunas kecil tadi. Itulah alasan, kenapa perkembangan watak
pada tataran pribadi selalu mendahului proses penciptaan ke-
percayaan yang terjadi pada hubungan antarpribadi, dan ke-
percayaan pada tataran hubungan antarpribadi ini pada gi-
lirannya juga mendahului penciptaan budaya organisasi yang
positif dan sehat, yang mampu mencapai prioritas-prioritas
tertingginya. Tak ada kata terlambat di sini. Hidup adalah
sebuah misi, bukan sebuah karier.
T20: Bagaimana Anda tahu bahwa hal-hal yang Anda ajarkan
itu memang jalan?
J: Anda akan mengetahuinya, bila Anda benar-benar melakukan-
nya. Mengetahui tetapi tidak melakukan itu sama saja dengan
tidak mengetahui. Bukti-bukti lain yang menguatkan bisa
ditemukan secara amat praktis dari hasil-hasil yang dinikmati
oleh orang-orang yang Anda layani—para klien, pemilik,
karyawan, warga masyarakat sekitar, dan pelanggan—juga
dari informasi yang bagus mengenai seluruh tim pemasok dan
budaya organisasi Anda sendiri. Pada akhirnya, saya lebih
percaya pada pertimbangan dan perenungan yang melibatkan
nurani, dikombinasikan dengan pengamatan dan pengukuran,
daripada cuma melalui pengamatan dan pengukuran, tetapi
tidak melibatkan nurani. Saya menemukan bahwa kebanyakan
— 491 —
THE 8TH HABIT
orang tahu banyak hal yang harus dilakukan, dan hal-hal
yang seharusnya tidak mereka lakukan. Kalau saja mereka
bertindak berdasarkan hal-hal yang mereka ketahui itu, segala
pertanyaan lain cuma tinggal sebagai pertanyaan yang sifatnya
akademis, penting untuk latihan berpikir, tetapi sesungguhnya
tidak penting untuk hidup. Pada akhirnya, pertanyaan-
pertanyaan itu juga akan terjawab, bukan hanya dari upaya
untuk mempelajari jawabannya, tetapi juga dari upaya untuk
mendapatkan jawaban dari pengalaman pribadi.
— 492 —
LAMPIRAN
Lampiran 1
MENGEMBANGKAN 4 KECERDASAN/
KEMAMPUAN: PETUNJUK PRAKTIS
MENGEMBANGKAN KECERDASAN FISIK-PQ
Marilah kita memulai dari Kecerdasan Fisik/Physical Intelligence (PQ),
karena tubuh kita adalah alat bagi pikiran, hati, dan jiwa kita.
Apabila jiwa kita bisa menundukkan tubuh—yakni membuat selera
dan nafsu kita tunduk terhadap nurani kita—kita akan menjadi
tuan bagi diri kita. Orang yang hidupnya hanya ditentukan oleh
selera dan nafsu, bukan oleh nurani, tidak akan bisa men-
darmabaktikan diri mereka. Ruang antara stimulus dan respons yang
mereka miliki menjadi sempit. Mereka sebenarnya kehilangan
kebebasan pribadi, walau mengira bahwa mereka masih tetap bebas.
Tubuh adalah pelayan yang baik, tetapi merupakan tuan yang buruk.
— 495 —
Kini riset telah membuktikan dengan jelas bahwa ketidakmampuan
seseorang untuk mengatur dirinya sendiri secara efisien akan
menimbulkan penuaan dini, penurunan kecerdasan mental, dan
bahkan menutup akses terbadap kecerdasan yang telab ada pada
diri kita. Yang sebaliknya juga berlaku: bila secara internal
semakin padu, sistem fisiologis seseorang akan semakin efisien dan
dia akan semakin kreatif, adaptif, dan luwes.1
DOC CHILDRE DAN BRUCE CRYER
Lampiran 1
Cara orang Yunani merumuskan penguasaan diri sendiri dalam
hidup—"kenali dirimu, kendalikan dirimu, berikan dirimu"—
merupakan urutan yang luar biasa. Saya berpendapat ada tiga cara
fundamental untuk mengembangkan kecerdasan fisik kita. Pertama,
nutrisi/gizi yang bijaksana; kedua, olahraga yang seimbang dan teratur;
ketiga, istirahat yang cukup, relaksasi, manajemen stres, dan pola pikir
pencegaban.
GAMBAR A 1.1
Tiga cara ini telah dimengerti secara luas dan diterima oleh sebagi-
an besar orang di dunia yang beradab. Cara-cara ini sebenarnya
telah diketahui secara umum. Tetapi sesuatu yang banyak diketahui
secara umum belum tentu banyak dipraktikkan. Hanya sedikit
orang yang mempraktikkan ketiganya sekaligus.
Jim Loehr dan Tony Schwartz menekankan dalam buku mereka,
The Power of Full Engagement, bahwa kunci mencapai kinerja tinggi
dan pembaruan diri adalah mengelola energi, bukan mengelola
waktu. Walau amat menghargai manajemen waktu, mereka berpendapat
bahwa kriteria tertinggi yang perlu dipakai dalam mengelola
waktu Anda adalah bagaimana Anda mengelola energi Anda.
Dengan mempelajari alam dan hukum alam yang mengatur ke-
— 496 —
Lampiran 1
hidupan kemanusiaan, mereka menekankan pentingnya menghargai
siklus antara aktivitas/kerja dan istirahat/pembaruan. Mereka meng-
gunakan pendekatan pribadi utuh: tubuh, pikiran, hati, dan jiwa.
Mereka berfokus pada pentingnya kebiasaan, yang mereka sebut
sebagai ritual, untuk meningkatkan energi dan kemampuan kita
untuk memberikan hasil yang diinginkan.
Nutrisi yang Bijaksana
Sebagian besar dari kita tahu apa yang seharusnya kita makan dan
yang seharusnya tidak kita makan. Kuncinya adalah keseimbangan.
Saya bukan pakar gizi, tetapi seperti banyak orang lain pula, saya
telah mendapat pendidikan untuk mengetahui bahwa tubuh dan
sistem-sistem di dalamnya, termasuk sistem kekebalan tubuh, akan
mendapatkan kekuatannya yang terbaik jika kita makan lebih banyak
gandum-ganduman/padi-padian bulir utuh (whole grain, salah satu
contohnya adalah beras merah), sayur-sayuran, buah-buahan, dan
protein rendah lemak. Jika kita makan daging (lebih baik secara
tidak berlebihan), haruslah yang rendah lemak. Penelitian juga me-
nunjukkan manfaat makan ikan secara teratur. Berbagai jenis
makanan, antara lain makanan-makanan cepat saji/fast food, makanan
hasil produksi pabrik, dan kembang gula, harusnya kita hindari
atau amat jarang kita makan, karena banyak mengandung lemak
jenuh dan gula. Tetapi sekali lagi ingatlah, kuncinya adalah keseimbangan
dan melakukan secara tidak berlebihan. Belajarlah untuk
tidak terlalu mudah menuruti nafsu dan makan berlebihan. Dengan
kata lain, belajarlah untuk berhenti makan pada saat yang tepat—
saat Anda merasa cukup kenyang dan sebelum perut Anda terasa
terlalu penuh. Minumlah banyak air—enam hingga sepuluh gelas
per hari. Minum air akan mengoptimalkan fungsi-fungsi tubuh, dan
memberikan kontribusi signifikan terhadap upaya kita untuk mem-
pertahankan kebugaran fisik dan berat badan yang sehat melalui
pengaturan pola makan (diet) serta olahraga secara teratur.
— 497 —
Lampiran 1
Kini saya juga memahami kebijaksanaan dan pengaruh positif
yang timbul dari praktik berpuasa secara teratur. Tidak makan se-
lama jangka waktu tertentu bisa memberikan saat istirahat bagi
seluruh proses pencernaan dan memperlancar proses pembersihan.
Dari pengalaman saya sendiri, manfaat utamanya ternyata tidak
saya rasakan dari sisi fisik, tetapi lebih pada manfaat mental dan
spiritual. Prinsip puasa diajarkan pada hampir semua agama besar
di dunia sebagai cara untuk mengembangkan tingkat penguasaan
dan pengendalian diri yang lebih tinggi, maupun untuk mendapatkan
kesadaran yang lebih mendalam mengenai betapa amat tergantung-
nya diri kita sebenarnya.
Saya amat yakin bahwa jika Anda mengendalikan selera makan
dengan tepat, kemampuan Anda untuk mengendalikan nafsu dan
memurnikan hasrat-hasrat Anda akan meningkat. Pengendalian diri
akan memberikan suatu perasaan rendah hati yang sejati dan me-
mungkinkan Anda mendapatkan perspektif lebih besar mengenai
apa yang benar-benar penting dalam kehidupan.
Saya juga telah mengalami akibat-akibat negatif dari makan ber-
lebihan, diet secara berlebihan, dan makan makanan "sampah" tanpa
berpikir akibatnya.
Godaan yang terbesar terhadap diri saya datang saat merasa letih
dalam perjalanan yang saya lakukan, dan sesampainya di hotel saya
memesan layanan kamar. Saya menemukan bahwa apabila saya tidak
bijaksana dan menuruti keinginan saya, hal itu akan memengaruhi
pikiran dan jiwa saya, bahkan juga kualitas tidur saya. Pelatih American
Football legendaris, Vince Lombardi, biasa mengatakan, Ke-
letihan membuat kita semua jadi pengecut." Hal ini benar-benar
terbukti dalam kejadian yang saya alami, karena pada saat saya
merasa amat letih, saya cenderung menuruti keinginan yang tidak
semestinya, dan hal itu benar-benar memengaruhi pikiran dan jiwa
saya selama satu atau dua hari. Jika Anda membuat tubuh Anda
tunduk terhadap pikiran dan jiwa Anda, kedamaian dan keyakinan
diri yang mengalir dan disiplin dan penguasaan diri semacam itu
akan luar biasa hebatnya. Dan bagi diri saya sendiri, saat saya merasa-
— 498 —
Lampiran 1
kan rasa perih karena lapar yang sesungguhnya bukan disebabkan
oleh lapar yang sebenarnya, tetapi rasa lapar yang timbul sebagai
hasil dari proses penyembuhan dari kecanduan gula, saya mengatakan
pada diri saya sendiri: "Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada
bertubuh ramping." Saya juga melakukan visualisasi positif bahwa
rasa perih karena lapar tersebut sedang melahap cadangan-cadangan
lemak dalam tubuh saya. Jika kita menundukkan selera dan meng-
unggulkan gizi, secara perlahan-lahan kita akan mendidik ulang
syaraf-syaraf perasa di lidah untuk memenuhi keinginan triliunan
sel yang menjerit-jerit agar mendapatkan gizi yang baik dan tepat.
Tetapi ini semua adalah urusan pribadi masing-masing, dan setiap
orang harus memutuskan seperti apa gizi yang bijaksana bagi dirinya.
Saya yakin bahwa hampir semua orang bisa mendapat manfaat yang
amat besar dengan mencapai kemenangan pribadi atas tubuh. Ke-
menangan semacam itu juga akan memengaruhi kita untuk meng-
hasilkan kemenangan publik dalam hubungan-hubungan kita dengan
orang lain dan mengarahkan kembali diri kita ke arah hidup yang
penuh pelayanan dan kontribusi.
Olahraga yang Konsisten dan Seimbang
Olahraga teratur untuk menjaga jantung, kekuatan, dan kelenturan,
akan secara signifikan meningkatkan kualitas hidup dan jangka waktu
harapan hidup. Sekali lagi, kuncinya adalah keseimbangan. Dewasa
ini gaya hidup kita semakin lama semakin banyak duduk dan tidak
aktif. Sebenarnya ada amat banyak cara untuk melakukan olah raga
secara teratur. Mulailah dengan hal-hal kecil, dengan cara-cara yang
bisa Anda lakukan secara teratur. Lakukan sesuatu setiap hari, atau
paling tidak tiga hingga lima kali seminggu. Pilihlah sesuatu yang
bisa Anda nikmati dan pas dengan kebutuhan dan kondisi Anda.
Konsultasikan dengan dokter Anda. Variasikan jenis-jenis olahraga
yang Anda lakukan sehingga Anda bisa memperkuat berbagai bagian
tubuh dan menghindari terjadinya kebosanan atau latihan berlebihan
pada satu bagian tubuh saja. Bila Anda suka berjalan, jika mungkin
— 499 —
Lampiran 1
berjalanlah dengan cepat. Bisa juga Anda berlari, berenang, berkebun,
atau bersepeda. Banyak orang yang memanfaatkan alat-alat di pusat
kebugaran yang dirancang untuk latihan aerobik/kardiovaskular,
seperti mesin latihan ban berjalan (treadmill), sepeda stasioner, mesin
latihan naik tangga (stair climber), mesin latihan eliptikal (elliptical
machines), mesin latihan mendayung, dll.
Angkat berat dan latihan kekuatan otot lain juga terbukti me-
nunjukkan manfaat yang amat besar bagi orang-orang di semua
usia, termasuk meningkatkan kekuatan, postur, energi, memper-
lambat dan menghentikan proses pengeroposan tulang, dan meningkatkan
kemampuan tubuh untuk membakar kalori.
Saya tidak bisa mengatakan dengan cukup baik mengenai betapa
banyak manfaat yang telah saya alami dari olah raga yang konsisten
dan seimbang. Bagi saya, manfaat yang terbesar adalah pada sisi
mental dan spiritual, dan bukan hanya fisik, sekalipun saya amat
kagum oleh banyaknya manfaat fisik yang diperoleh dari olahraga
secara teratur. Latihan aerobik, yakni berolahraga dengan meng-
gunakan otot-otot besar pada kaki untuk memperkuat jantung dan
sistem peredaran darah yang akan memungkinkan kita untuk bisa
memproses oksigen dengan cara yang paling efisien, selalu merupakan
fondasi dasar bagi program latihan saya.
Latihan aerobik yang lebih saya sukai adalah berlari. Tetapi karena
lutut saya mengalami cedera dalam berbagai aktivitas olahraga, se-
karang saya hanya bisa menggunakan sepeda stasioner. Namun saya
menemukan bahwa pada saat saya sedang berlatih di atas sepeda
tersebut saya bisa melakukan hal-hal lain. Saya bisa berbicara dengan
orang lain melalui telepon dan menjalankan bisnis sekalipun nafas
saya tersengal-sengal. Saya bisa menonton televisi, baik acara pen-
didikan maupun acara hiburan. Saya bisa melakukan percakapan
yang berarti dengan istri atau anak-anak atau teman-teman yang
berlatih bersama saya. Kami saling memberi semangat satu sama
lain atau berbagi gagasan mengenai latihan yang memberi hasil
yang baik dan yang tidak memberi hasil.
— 500 —
Lampiran 1
Saya juga mendapatkan keyakinan yang kuat mengenai penting-
nya latihan otot dan latihan kelenturan. Pernah suatu ketika seorang
pelatih melihat saya sedang berlatih angkat berat pada perangkat
bench press. Dia mengatakan pada saya untuk terus mengulang melakukan
angkatan sampai batas kemampuan saya, lalu menambah
satu angkatan lagi. Saya bertanya alasannya, dan dia berkata bahwa
manfaat terbesar dari latihan tersebut akan datang pada ujung-
ujung akhir dari latihan, yakni saat serabut-serabut otot merasa
letih dan seperti tercerai-berai (rasa nyeri), dan dalam waktu sekitar
empat puluh delapan jam serabut-serabut itu akan diperbarui kembali
dan diperkuat. Pengalaman ini merupakan sebuah pembelajaran yang
amat menarik bagi saya, karena sebenarnya saya sudah ingin berhenti
saat saya merasa lelah dan sakit. Tetapi dia berdiri di dekat saya dan
mengatakan, "saya akan memegang batangnya begitu Anda sudah
tidak sanggup mengangkatnya lebih jauh." Pengalaman ini juga
memberi perumpamaan yang hebat untuk tiga dimensi kehidupan
yang lain. Saat kita melangkah maju hingga ujung batas-batas kemampuan,
kemampuan kita untuk melakukan sesuatu akan me-
ningkat. Emerson mengatakannya begini: "Hal-hal yang terus-
menerus kita lakukan akan menjadi semakin mudah, bukan karena
sifat hal itu yang berubah, tetapi karena kemampuan kita untuk
melakukannya telah meningkat."
Saya punya komitmen untuk latihan aerobik lima hingga enam
kali dalam seminggu, latihan otot tiga kali seminggu, dan peregangan
dan/atau yoga untuk kelenturan enam kali seminggu. Saya juga
merasakan manfaat dari pilates (suatu metode latihan olahraga
yang dikembangkan oleh Joseph Pilates, yang dia sebut sebagai The
Art of Contrology, yang menganjurkan pemanfaatan pikiran untuk
mengontrol otot) untuk memperkuat tubuh dengan kekuatan
pikiran. Setiap orang harus memelajari kondisinya masing-masing
dan menentukan tindakan apa yang paling bijaksana bagi dirinya.
Tetapi sekali lagi, saya yakin bahwa olahraga akan meningkatkan
kontrol diri dan penguasaan diri, yang selanjutnya akan memperbaiki
— 501 —
Lampiran 1
totalitas kehidupan kita dan benar-benar memperluas ruang antara
stimulus dan respon.
Saat mengajar di universitas, saya mendorong para mahasiswa
untuk menetapkan sasaran pribadi yang ingin mereka capai untuk
semester tersebut. Sebagian besar dari para mahasiswa memilih ber-
olahraga secara teratur dan makan secara benar sebagai salah satu
sasaran mereka. Saya menyebut penetapan sasaran ini sebagai pem-
buatan "kesepakatan menang-menang" dengan para mahasiswa, dan
setelah tujuan tersebut disepakati, mereka bertanggung jawab
terhadap hasilnya. Mereka juga diharapkan untuk berbagi wawasan
dan pembelajaran yang mereka peroleh dari pengalaman yang mereka
dapatkan saat berusaha mencapai tujuan dan mengevaluasi diri
mereka sendiri berdasarkan sasaran yang telah mereka pilih. Karena
evaluasi ini menjadi penentu yang signifikan untuk nilai mata kuliah
tersebut, mereka mendapatkan motivasi eksternal sekaligus internal.
Sebagian siswa tidak ingin menetapkan tujuan yang bersifat
fisik, dan hal itu memang boleh-boleh saja. Mereka akan menetapkan
dan bertanggung jawab atas sasaran-sasaran lain yang mereka rasa
perlu mereka capai.
Manfaat yang dirasakan oleh mereka yang berusaha mengatasi
kecanduan gula atau makanan "sampah" cepat saji dan yang berlatih
olah raga minimum tiga puluh menit paling tidak tiga kali sehari
benar-benar di luar bayangan Anda. Menumbuhkan kebiasaan-ke-
biasaan baru dan mematahkan kebiasaan-kebiasaan lama memberikan
pengaruh luar biasa besarnya sehingga memengaruhi hubungan
mereka dengan semua orang. Kebiasaan-kebiasaan baru itu memengaruhi
energi, ketajaman mental, pembelajaran, dan perasaan
penguasaan diri mereka. Pada akhir semester, mereka yang tidak
memilih sasaran-sasaran fisik menyesal karena merasa seharusnya
mereka memilih sasaran semacam itu saat mendengar kisah-kisah
keberhasilan dari mereka yang memilih dan mencapai sasaran-sasaran
pengendalian fisik mereka.
Coba renungkan sejenak. Ada 168 jam dalam setiap minggu
bagi kita semua. Jika Anda mengasah gergaji secara fisik melalui
— 502 —
Lampiran 1
latihan olahraga yang teratur dan seimbang sekalipun hanya dua
atau tiga jam per minggu, Anda akan merasakan dampak yang
positif dari latihan dua atau tiga jam tersebut pada 166 jam lainnya,
termasuk pada kualitas tidur Anda. Anda akan mulai bisa melihat
timbulnya efek berlipat ganda dan daya yang luar biasa besarnya
dengan mengendalikan hidup Anda semacam ini.
Istirahat yang Tepat, Relaksasi, Manajemen Stres,
dan Pola Pikir Pencegahan
Dr. Hans Selye, seorang pelopor besar dan pemimpin dalam bidang
stres, menunjukkan bahwa ada dua jenis stres: distress dan eustress.
Distress muncul karena kita membenci pekerjaan kita, mengeluhkan
berbagai tekanan kehidupan, dan merasa bahwa kita adalah korban
tak berdaya. Eustress datang dari dorongan/tekanan positif yang
timbul karena adanya jarak antara kondisi kita saat ini dan tujuan
yang ingin kita capai—sasaran, proyek atau penyebab lain yang
bermakna, yang benar-benar menggerakkan kita dan mendulang
bakat-bakat dan gairah kita; atau dengan kata lain, suara kita.
Melalui penelitian empiris yang saksama, Dr. Selye memperlihatkan
bahwa eustress menopang sistem kekebalan tubuh, meningkatkan
jangka harapan hidup dan kenikmatan dalam hidup. Singkat kata,
kita seharusnya tidak menghindari stres jika hal itu merupakan jenis
stres yang tepat, yakni eustress, karena hal itu akan memperkuat kita
dan meningkatkan kapasitas kita. Tentu saja, itu semua tetap harus
diseimbangkan dan diselaraskan dengan istirahat dan relaksasi yang
tepat, yakni apa yang disebut sebagai "manajemen stres," atau lebih
tepat lagi, "manajemen eustress." Selye menjelaskan bahwa kaum
wanita rata-rata hidup tujuh tahun lebih lama daripada laki-laki
karena sebab-sebab psikologis/spiritual, bukan karena alasan fisiologis.
"Pekerjaan seorang perempuan tidak pernah selesai."
Berbagai lingkup profesional kesehatan telah luas menerima bahwa
minimal dua pertiga dari semua penyakit yang diderita orang,
— 503 —
Lampiran 1
sebenarnya disebabkan oleh pilihan gaya hidup yang diambil oleh
orang-orang itu sendiri. Pilihan-pilihan ini berkaitan dengan nutrisi,
merokok, kurangnya istirahat dan relaksasi, mencoba memaksa tubuh
melakukan yang berlebihan, dan perlakuan-perlakuan tidak wajar
lainnya terhadap tubuh. Banyak orang yang mengaitkan berbagai
penyakit dengan faktor-faktor genetik, tetapi seperti yang telah
kami jelaskan sebelumnya, selalu ada ruang antara stimulus dan
respons, dan jika kita menyadari ruang ini dan menyadari
kemampuan kita untuk membuat pilihan berdasarkan prinsip, belum
tentu kita akan menderita penyakit sekalipun sudah terpola secara
genetik pada diri kita. Bahkan sebagian besar kanker bisa
disembuhkan jika terdeteksi pada tahap stadium satu atau dua
sebelum menjadi agresif.
Pengobatan Barat modern terutama berfokus pada perawatan
dan bukan pada pencegahan. Perawatan itu sendiri umumnya dalam
dua bentuk yakni dengan obat-obatan kimia atau dengan pem-
bedahan. Saya ingin melihat paradigma medis yang lebih luas dan
lebih mendalam dengan dilengkapi oleh terapi-terapi alternatif yang
telah terbukti keberhasilannya.
Amat penting bagi kita untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
secara teratur, paling tidak satu tahun sekali, sehingga berbagai
kecenderungan atau gejala-gejala penyakit bisa diatasi dengan
berbagai pilihan yang bijaksana. Saya sendiri memiliki seorang dokter
untuk perawatan dan dokter untuk pencegahan dan saya amat meng-
hargai keduanya. Saya belajar bahwa prinsip yang paling mendasar
adalah bahwa kita harus mengambil tanggung jawab atas kesehatan
kita sendiri. Kita harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan, turut
terlibat secara mendalam untuk memahami apa yang sebenarnya
terjadi dan apa yang harus dilakukan, memelajari, meminta pendapat
kedua, dan melihat bentuk-bentuk terapi alternatif, daripada sekadar
menyerahkan tanggung jawab kesehatan dan kesejahteraan kita pada
orang atau profesi tertentu.
— 504 —
Lampiran 1
Mengabaikan Perkembangan dan Kesehatan Tubuh
Apa yang akan terjadi terhadap ketiga dimensi yang lain jika tubuh
diabaikan? Kita akan kehilangan banyak hal, bukan hanya kesehatan
kita tetapi secara mental kita juga akan kehilangan fokus, kreativitas,
daya tahan, kegigihan, keberanian, kemampuan untuk belajar, serta
ingatan kita. Dan sebaliknya, jika kita berlatih, beristirahat dan
makan secara benar, kita bisa mempertahankan fokus mental dan
kegigihan kita, maupun rasa haus kita untuk terus belajar.
Apa yang terjadi pada kecerdasan emosional kita, terhadap hati
kita, apabila kita mengabaikan tubuh kita, saat kita hanya menjadi
budak dari selera dan nafsu kita? Kesabaran, cinta, pengertian,
empati, kemampuan untuk mendengarkan dan welas asih akan ikut
tertundukkan pula. Semua hal itu hanya akan menjadi omongan
hampa tanpa daging dan darah yang membentuknya.
Saya telah mengalami sendiri bahwa jika saya membuat komitmen
atau berjanji pada diri saya sendiri untuk melakukan diet atau
olahraga (atau apa pun juga), tetapi tidak memenuhinya, saya menjadi
kurang peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain. Saya
akan merasa tersinggung dan marah terhadap diri saya sendiri, dan
saya merasa integritas saya terkikis. Baru setelah saya kembali, membuat
komitmen ulang, menetapkan pikiran saya, dan kemudian
memenuhi janji saya, saya bisa mengendalikan diri saya sendiri dan
secara tulus berempati pada orang lain.
Seseorang yang menyerah terhadap godaan setelah lima menit tidak
akan tahu apa sebenarnya yang akan terjadi jika dia menahan
godaan itu selama satu jam. Inilah sebabnya orang-orang yang
perilakunya buruk hanya mengetahui sedikit sekali mengenai
keburukan. Mereka telah menjalani kehidupan yang terkungkung
karena selalu menyerah terhadap godaan.2
C.S. LEWIS
— 505 —
Lampiran 1
Apa yang akan terjadi dengan jiwa kita, dengan kedamaian pikiran
kita? Keinginan kita untuk melayani, berkontribusi, kemauan kita
untuk berkorban, untuk menundukkan diri kita sendiri terhadap
tujuan yang lebih baik akan terpengaruh; nurani kita menjadi tum-
pul, menyerah terhadap hampir segala godaan. Hilangnya integritas
pribadi, sekecil apa pun, membuat kita menjadi lebih berorientasi
pada diri sendiri, lebih egois. Dan, saya menemukan bahwa saat
saya menetapkan pikiran saya untuk hidup berdasarkan prinsip dan
dengan nurani, tekad saya untuk melayani dan berkontribusi dengan
cara-cara yang bermakna akan tumbuh kembali.
Penguasaan diri secara fisik dan pengembangan fisik adalah sesuatu
yang amat mendasar, juga amat konkret yakni kita bisa mengambil
tindakan secara langsung terhadapnya. Kita memiliki akses yang
lebih dekat dengannya; kita bisa mengendalikannya secara langsung.
Saat kita menguasai selera-selera tubuh kita dan memperkuat
kecerdasan selera-selera kita itu, kita akan mulai bisa melihat semakin
besarnya ruang yang kita miliki antara stimulus dan respons, dan
sekaligus mengalami peningkatan mental, emosional, maupun spiritual.
Saya menemukan bahwa sebagian besar orang mengakui bahwa
mereka melenceng dari jalur pada saat-saat tertentu. Tetapi jika
mereka secara tulus bersedia mendengarkan umpan balik dari tubuh,
pikiran, hati, dan jiwa dan membuat perubahan-perubahan yang
diperlukan, mereka bisa kembali ke jalur mereka. Persis seperti
perjalanan sebuah pesawat terbang. Sebenarnya penerbangan yang
dilakukan oleh pesawat udara hampir sepanjang waktunya melenceng
dari jalur yang telah ditetapkan, tetapi karena pilot secara terus-
menerus menerima umpan balik dari berbagai instrumen pengukuran
untuk membantunya kembali ke jalur penerbangan yang tepat,
hampir semua pesawat tiba pada tujuan yang telah ditetapkan oleh
rencana penerbangan yang telah disusun.
Jika seseorang bersedia mendengarkan nuraninya, nurani itu akan
mengarahkannya dalam ketiga bidang ini. Dan semakin jauh dia
mendengarkannya, semakin kuat nurani tersebut, jadi dia akan bisa
— 506 —
Lampiran 1
bergerak lebih leluasa dan lebih jauh lagi dalam mendarmabaktikan
hidupnya. Dengan makan secara tepat, berlatih olahraga, beristirahat
dan relaksasi, kita akan meningkatkan kapasitas kita dan memperkuat
sistem kekebalan tubuh kita maupun kemampuannya untuk
memperbaiki diri; dan lebih penting lagi, kita bisa membebaskan
ketiga kecerdasan yang lain yang terkandung di dalam pikiran, hati
dan jiwa.
MENGEMBANGKAN KECERDASAN MENTAL—IQ
Saya rasa ada tiga jalan untuk mengembangkan IQ atau kapasitas
mental: Pertama, pembelajaran dan pendidikan yang sistematis dan
berdisiplin, termasuk belajar hal-hal baru di luar bidang yang telah
kita ketahui; kedua, menumbuhkan kesadaran diri sehingga kita bisa
sadar terhadap asumsi-asumsi kita sendiri dan berpikir "di luar kotak"
dan di luar zona kenyamanan; ketiga, belajar dengan cara mengajar
dan melakukannya.
GAMBAR A 1.2
— 507 —
Lampiran 1
Pembelajaran dan Pendidikan Terus-Menerus,
Sistematis dan Disiplin
Orang yang melakukan komitmen untuk melakukan pembelajaran,
pertumbuhan, dan perbaikan diri secara terus-menerus akan menjadi
orang yang memiliki kemampuan untuk berubah, beradaptasi, me-
nyesuaikan diri dengan perubahan kenyataan kehidupan, dan secara
fundamental akan memiliki kemampuan untuk memberikan hasil
di segala bidang kehidupan. Satu-satunya sumber keamanan ekonomi
kita terletak pada kemampuan kita untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Jadi sebenarnya, semakin buruk kondisi yang timbul,
semakin jelas adanya kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi.
Sumber rasa aman ekonomi kita bukan terletak pada perusahaan/
organisasi/instansi tempat kita bekerja atau pada profesi kita, karena
bisa saja ada lompatan teknologi yang membuat itu semua menjadi
tidak berfungsi lagi. Tetapi jika kita memiliki pikiran yang kuat,
aktif, waspada, tumbuh, dan selalu belajar, kita akan mampu "me-
lompat dengan mantap." Anggapan bahwa IQ tidak bisa berubah
sudah lama terbukti tidak benar. Apabila pikiran semakin banyak
digunakan, semakin kuatlah ia; apabila pikiran semakin responsif
terhadap nurani, semakin bijaksanalah ia.
Saya berkeyakinan kuat bahwa seharusnya kita mengurangi
sebanyak mungkin waktu untuk nonton TV dan memanfaatkannya
untuk membaca—membaca secara luas, mendalam, di luar bidang-
bidang yang telah kita ketahui dan di luar bidang pekerjaan kita.
Sebagai contoh, di antara majalah yang saya baca, saya juga membaca
Scientific American, The Economist, Psychology Today, Harvard Business
Review, Fortune, dan Business Week. Istri saya selalu mendorong untuk
lebih banyak lagi membaca buku-buku fiksi, biografi, dan otobiografi,
yang merupakan minat baca utamanya. Saya rasa nasihatnya
bijaksana. Saya juga dikirimi banyak buku dengan tujuan meminta
kutipan dukungan, dan saya telah belajar cara membaca secara
konseptual dengan memelajari daftar isi dan gaya si penulis untuk
menemukan di mana gagasan-gagasan utama diungkapkan. Dengan
— 508 —
Lampiran 1
cara ini saya bisa menangkap esensi banyak buku dalam waktu satu
hari saja.
Gaya belajar lain yang menarik dan membantu adalah dengan
membagi presentasi yang Anda dengarkan atau buku yang Anda
baca ke dalam empat bidang: pertama, tujuan; kedua, pendapat utama;
ketiga, validasi atau bukti-bukti; dan keempat, aplikasi atau contoh-
contoh penggunaan dan kisah. Saya menemukan bahwa dengan
melatih pikiran Anda agar berpikir dengan cara ini saat Anda
mendengarkan atau membaca, daya tangkap Anda untuk memahami
bahan tersebut akan menjadi amat baik dan akurat, hampir setingkat
dengan pemahaman yang Anda miliki apabila Anda telah meng-
habiskan waktu yang jauh lebih banyak untuk memelajari bidang/
bahan tersebut.
Pada dasarnya, setiap orang harus memutuskan sendiri cara bagi
dirinya agar bisa terus-menerus mempertahankan pendidikan dan
pembelajarannya. Dalam Era Pekerja Pengetahuan dewasa ini, hal
itu amat vital. Kita harus menilai secara seksama untuk apa saja
pemakaian waktu kita dan seberapa banyak waktu yang kita sia-
siakan, dan kemudian membentuk disiplin mental yang amat kuat
untuk tidak menyia-nyiakan waktu. Anda akan mendapat imbalan
yang amat besar dari buku-buku yang Anda baca. Banyak orang
yang mengatakan bahwa mereka amat sibuk, mereka tidak punya
banyak waktu untuk membaca dan bahkan waktu untuk ber-
cengkerama dengan anak-anak mereka. Bagaimanapun juga sudah
ada amat banyak bukti bahwa orang menghabiskan hampir setengah
dari waktu mereka untuk melakukan hal-hal yang tidak penting.
Tetapi semakin kuat disiplin seseorang dalam berfokus pada hal-hal
yang penting dan semakin besar keyakinan yang membara di dalam
hatinya, maka akan menjadi amat mudah untuk mengatakan "Tidak"
dengan tersenyum bahagia dan ceria terhadap segala gangguan yang
sudah pasti akan datang.
— 509 —
Lampiran 1
Menumbuhkan Kesadaran Diri (Menyadari Asumsi-
Asumsi Kita Sendiri Secara Ekplisit)
Kesadaran diri membutuhkan keempat jenis kecerdasan secara me-
nyeluruh dan merupakan anugerah yang hanya ada pada manusia.
Kesadaran ini pada dasarnya merupakan istilah lain bagi ruang antara
stimulus dan respons—ruang di mana Anda bisa berhenti dulu
sejenak lalu membuat sebuah pilihan atau keputusan.
Menumbuhkan kesadaran diri dengan mencoba untuk memahami
dan menyadari asumsi, teori, dan paradigma kita yang mendasar
secara eksplisit, sudah pasti merupakan salah satu aktivitas yang
memberikan efek pelipatgandaan terbesar yang bisa kita lakukan.
Kita secara otomatis selalu membuat asumsi, dan asumsi-asumsi itu
bersifat amat implisit (kita tidak menyadari bahwa kita membuat
asumsi-asumsi tersebut). Dengan menyadari secara eksplisit asumsi-
asumsi yang kita buat secara bawah sadar, kita bisa membuat lompat-
an kuantum yang luar biasa besarnya. Kita bisa belajar untuk berpikir
di luar kotak.
Mari saya bed sebuah contoh untuk menggambarkannya. Contoh
ini disebut Percobaan 9 Titik. Kalaupun Anda pernah melakukan
percobaan ini sebelumnya, saya mendorong Anda untuk melaku-
kannya lagi sekarang untuk memperkuat pengetahuan mengenai
pentingnya menyadari secara eksplisit asumsi-asumsi kita dan berpikir
di luar kotak.
Dengan menggunakan sembilan titik di bawah ini dan tanpa
mengangkat pena atau pensil Anda dari kertas, gambarlah empat
garis lurus yang terus tersambung tanpa putus dan melewati kesem-
bilan titik tersebut (lihat Gambar A1.3).
— 510 —
Lampiran 1
GAMBAR Al.3
Mengalami kesulitan? Jika ya, coba lagi, tetapi kali ini, berpikirlah
di luar kotak. Anda mungkin telah mengasumsikan bahwa garis-
garis yang Anda buat harus tetap berada di dalam kotak. (Dari
sinilah muncul ungkapan "berpikir di luar kotak.") Perhatikan apa
yang Anda lakukan sekarang. Anda berpikir mengenai pemikiran
Anda. Tidak ada binatang yang bisa melakukan hal itu. Itulah sebab-
nya tidak ada binatang yang bisa mencipta ulang dirinya sendiri.
Anda dan saya bisa. Mengapa? Kita bisa menguji asumsi-asumsi
kita sendiri. Sekarang cobalah lagi.
MARI KITA LIHAT apa yang terjadi pada saat Anda berpikir di
luar kotak. Lihat. Tariklah garis pertama sampai keluar kotak (lihat
Gambar A1.4). Kemudian garis kedua, ketiga, dan keempat (lihat
Gambar A1.5).
— 511 —
GAMBAR A 1.4
Lampiran 1
GAMBAR A1.5
Sekarang saya beri Anda tantangan lain. Gambarlah satu garis
lurus melewati seluruh titik tersebut. Sekarang coba periksa pikiran
Anda. Apa asumsi Anda? Satu garis lurus melalui kesembilan titik
tersebut seluruhnya. Anda tidak bisa mengatur ulang susunan titik-
titik tersebut. Garis tersebut harus melewati sembilan titik yang
sama. Apa asumsi Anda?
Lebar dari garisnya (lihat Gambar A1.6 pada halaman 515).
Kesadaran diri melibatkan keempat jenis kecerdasan dan meru-
pakan sebuah anugerah unik yang hanya ada pada manusia. Kesadaran
ini pada dasarnya merupakan istilah lain bagi ruang antara
stimulus dan respons—ruang di mana Anda bisa berhenti dulu
sejenak dan kemudian membuat sebuah pilihan atau keputusan.
Saya ingin memberi saran mengenai beberapa cara lain untuk
memupuk kesadaran diri. Putri saya, Colleen, memiliki jurnal/catatan
harian yang amat banyak, mungkin sampai tujuh puluh macam.
Semua diisi dengan pikiran-pikirannya yang ditulis hanya untuk
dibacanya sendiri. Menulis jurnal memungkinkannya untuk menjadi
pengamat dari segala keterlibatannya dalam kehidupan, maupun
untuk membuat pilihan-pilihan berdasarkan pengamatan-penga-
matan tersebut. Dia telah mengembangkan kapasitas untuk mencipta
ulang dirinya sendiri dalam waktu hampir seketika, karena kesadaran
dirinya telah berkembang menjadi amat mendalam dan kuat. Saya
telah melihat dia membuat keputusan-keputusan yang penting di-
dasarkan pada petunjuk dari nurani, atau kecerdasan spiritual, me-
— 512 —
Lampiran 1
nundukkan IQ maupun EQ, dan kemudian menemukan bahwa
ketiganya bisa berjalan bersama secara harmonis.
Berdisiplin untuk menuliskan pikiran-pikiran kita sendiri adalah
hal yang amat menuntut dan melelahkan, tetapi berdaya pengaruh
yang besar dan menimbulkan kejelasan bagi kita. Sebuah kegagalan
yang dipelajari aspek-aspeknya bisa diubah menjadi keberhasilan.
Jadi pada dasarnya, sebenarnya tidak perlu ada kegagalan, yang ada
hanya pembelajaran dari pengalaman yang dimanfaatkan dengan
baik dalam kehidupan.
Cara lain untuk membangun kesadaran diri dan orang lain dan
untuk menyadari asumsi-asumsi kita secara eksplisit adalah dengan
meminta umpan balik dari orang lain. Kita semua memiliki titik-
titik buta (blind spots). Sebagian dari titik-titik buta itu benar-benar
bisa melumpuhkan efektivitas kita. Tetapi jika kita mengembangkan
kebiasaan, baik secara informal maupun formal, untuk meminta
umpan balik dari orang lain—orang yang kita kasihi dan yang
bekerja atau hidup bersama kita—kita akan mempercepat laju per-
tumbuhan dan perkembangan diri kita. Kebiasaan ini akan mirip
dengan melakukan riset pasar dan membandingkan diri (benchmarking)
dengan mereka yang unggul di tingkat dunia, dan bukan
sekadar dengan pesaing-pesaing lokal atau regional. Proses semacam
ini sering memberikan informasi mengenai titik-titik buta yang juga
tidak dapat dilihat oleh orang lain.
Banyak orang, termasuk diri saya, melihat doa, meditasi, dan
kontemplasi sebagai jalan untuk memahami pengarahan dari nurani
dan untuk melihat kehidupan sebagai sebuah misi, sebuah tanggung
jawab dan peluang untuk berkontribusi. Doa juga bisa memberikan
kekuatan dan keberanian untuk melangkah mundur, mengakui ke-
salahan kepada orang lain, minta maaf, memperbarui komitmen,
dan kemudian kembali ke jalur untuk maju.
— 513 —
Lampiran 1
Belajar dengan Mengajarkan dan Melakukan
Lihat kembali bab 3. Pada dasarnya, hampir setiap orang mengakui
bahwa kita akan mengalami pembelajaran yang terbaik pada saat:
pertama, kita mengajari orang lain, dan kedua, jika pembelajaran
yang kita lakukan menyatu dengan diri kita dengan cara menjalan-
kannya dalam kehidupan kita. Mengetahui tapi tidak melakukannya
sebenarnya sama saja dengan tidak mengetahui. Belajar tapi tidak
menjalankannya sama saja dengan tidak belajar. Dengan kata lain,
memahami sesuatu tetapi tidak menerapkannya sebenarnya sama
dengan tidak memahaminya. Hanya dengan melakukan atau menerapkannya,
pengetahuan dan pemahaman tersebut bisa menyatu
dan terinternalisasi pada diri kita.
Mengabaikan Perkembangan Pikiran
Kita hidup di dalam sebuah dunia yang semakin hari menjadi semakin
luar biasa rumit dengan perkembangannya yang begitu cepat. Pasar
dan teknologi mengalami globalisasi. Ada jenis terorisme baru yang
bisa menimbulkan konsekuensi amat berbahaya di seluruh penjuru
dunia, yang menciptakan rasa takut di hati sebagian besar umat
manusia. Seluruh masyarakat mengalami kebingungan berkenaan
dengan nilai-nilai dan kehilangan pegangan. Keluarga-keluarga me-
rasakan tekanan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Alat
kita untuk mengatasi tantangan-tantangan ini adalah pikiran kita.
Jika pikiran diabaikan, tubuh akan menderita. Ada yang mengatakan,
Jika Anda berpikir bahwa pendidikan itu mahal, cobalah hidup
dengan kebodohan." Dalam kehidupan ada suatu kepastian yaitu
tumbuh atau mati. Masa hidup dari berbagai profesi saat ini hanya
beberapa tahun. Jika kita melemparkan tanggung jawab pengem-
bangan mental diri kita kepada organisasi tempat kita bekerja,
semakin lama kita akan menjadi semakin tergantung dan mungkin
akan menjadi profesional yang usang. Kejadian ini akan mengurangi
kemampuan kita untuk berusaha dan memberikan hasil; kita bisa
— 514 —
Lampiran 1
kehilangan pekerjaan kita. Tubuh akan mengalami kerusakan lebih
cepat; kita akan mati lebih dini.
Bagaimana dampak pada hati, pada hubungan kita dengan
orang lain, jika kita mengabaikan pikiran dan tidak mengembang-
kannya secara terus-menerus? Semakin lama kita akan semakin di-
kendalikan oleh kebodohan dan sikap masa bodoh kita, prasangka
kita, kebiasaan kita untuk membuat stereotip dan labelisasi. Ini
akan bisa membawa pada pemikiran yang amat sempit, bahkan
mengarah pada narsisme dan paranoia; pandangan kita mengenai
kehidupan menjadi rabun, sempit, dan hanya berfokus pada diri
sendiri.
Bagaimana dampak terhadap jiwa jika kita berhenti belajar?
Pertama-tama nurani menjadi kehilangan kepekaannya, kemudian
menjadi tumpul, dan akhirnya membisu, karena tugas nurani adalah
terus-menerus mengingatkan kita agar belajar dan tumbuh. Kita
kehilangan visi kehidupan dan perjuangan untuk menemukan suara
kita, yang keduanya merupakan sumber utama bagi semangat hidup
kita. Kita akan merasa bahwa literatur kebijaksanaan adalah hal
yang membosankan dan tidak memberikan ilham, bahkan tidak
relevan.
GAMBAR A 1.6
MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL—EQ
Ada dua hal yang menarik saat Anda mempelajari literatur mengenai
kecerdasan emosional dengan saksama. Pertama, betapa luasnya
pengaruh EQ terhadap efektivitas jangka panjang Anda. Kedua,
— 515 —
GAMBAR A 1.6
MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL—EQ
Ada dua hal yang menarik saat Anda mempelajari literatur mengenai
kecerdasan emosional dengan saksama. Pertama, betapa luasnya
pengaruh EQ terhadap efektivitas jangka panjang Anda. Kedua,
Lampiran 1
EQ bisa dikembangkan. Namun, hal lain yang menarik adalah relatif
sedikit yang telah ditulis mengenai bagaimana cara mengembang-
kannya.
GAMBAR A 1.7
Lima komponen utama kecerdasan emosional yang telah umum
diterima adalah: pertama, kesadaran-diri, yakni kemampuan untuk
merefleksikan kehidupan diri sendiri, menumbuhkan pengetahuan
mengenai diri sendiri, dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk
memperbaiki diri, serta untuk mengatasi kelemahan; kedua, motivasi
pribadi, yakni yang berkaitan dengan apa yang menjadi pemicu
semangat seseorang—visi, nilai-nilai, tujuan, harapan, hasrat, dan
gairah yang menjadi prioritas-prioritas mereka; ketiga, pengaturan
diri, atau kemampuan untuk mengelola diri sendiri agar mampu
mencapai visi dan nilai-nilai pribadi; keempat, empati, kemampuan
untuk memahami cara orang lain melihat dan merasakan berbagai
hal; dan kelima, kemampuan sosial dan komunikasi, yakni yang berkaitan
dengan bagaimana cara mengatasi perbedaan, memecahkan masalah,
menghasilkan solusi-solusi kreatif, dan berinteraksi secara optimal
untuk mengejar tujuan-tujuan bersama.
— 516 —
Lampiran 1
Saya memiliki keyakinan yang mendalam bahwa cara terbaik
dan sistematis untuk mengembangkan lima dimensi EQ ini adalah
melalui 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif. Seperti yang
telah saya jelaskan di Bab 8, ruang yang tersedia di dalam buku ini
tidak cukup untuk mengulas kebiasaan-kebiasaan ini sedemikian
rupa sehingga benar-benar dirasakan dampaknya. Kendati demikian,
pada Gambar A 1.8 Anda akan bisa melihat prinsip-prinsip yang
mendasari atau esensi dari masing-masing kebiasaan dalam 7 Kebiasaan.
Jika mau, Anda juga bisa melihat ulang ringkasan singkat dari 7
Kebiasaan di Bab 8.
GAMBAR A 1.8
— 517 —
Lampiran 1
Mengembangkan 4 Dimensi EQ melalui 7 Kebiasaan
Mari kita lihat lima elemen kecerdasan emosional yang dikaitkan
dengan 7 Kebiasaan ini:
GAMBAR A 1.9
Kesadaran-Diri
Sebuah kesadaran mengenai diri sendiri, mengenai kebebasan dan ke-
kuatan kita untuk memilih, adalah inti dari Kebiasaan 1: Menjadi
Proaktif. Dengan kata lain, Anda menyadari bahwa Anda memiliki
ruang atau jarak antara stimulus dan respons. Anda sadar mengenai
warisan genetis dan biologis Anda, pendidikan yang Anda terima
— 518 —
Lampiran 1
saat dibesarkan, dan tekanan-tekanan lingkungan di sekitar Anda,
tetapi tidak seperti binatang, Anda bisa membuat pilihan-pilihan
bijaksana menyangkut hal-hal itu. Anda merasakan bahwa Anda
bisa menjadi pengatur kreatif di dalam kehidupan Anda sendiri.
Pilihan ini adalah keputusan Anda yang paling mendasar.
Motivasi Diri
Motivasi diri adalah dasar dari pilihan-pilihan tersebut. Di sini Anda
menetapkan apa prioritas, tujuan, dan nilai tertinggi Anda. Pada
dasarnya inilah inti dari Kebiasaan 2: Memulai Dengan Tujuan Akhir.
Keputusan untuk menentukan arah kehidupan Anda sendiri adalah
keputusan utama/primer Anda.
Mengatur Diri Sendiri
Mengatur diri adalah cara lain untuk mengekspresikan Kebiasaan 3:
Mendahulukan Yang Utama dan Kebiasaan7: Mengasah Gergaji.
Dengan kata lain, setelah Anda menetapkan apa saja yang menjadi
prioritas Anda, kemudian Anda menjalani hidup berdasarkan
prioritas-prioritas Anda tersebut. Inilah kebiasaan untuk menum-
buhkan integritas diri, penguasaan diri, dan melakukan apa yang
telah diniatkan. Dengan kata lain, inilah kebiasaan untuk hidup atas
dasar nilai-nilai Anda, dan secara terus-menerus memperbarui diri
Anda sendiri. Strategi pelaksanaan dan keputusan taktis ini me-
rupakan keputusan sekunder Anda.
Empati
Empati adalah bagian yang pertama dari Kebiasaan 5: Berusaha
Memahami Dahulu, Kemudian Berusaha Dipahami. Di sini kita
belajar untuk melewati batas-batas yang dibentuk oleh masa lalu
kita dan memasuki pikiran maupun perasaan orang lain. Di sini
— 519 —
Lampiran 1
kita berusaha untuk menjadi amat peka secara sosial dan sadar
mengenai situasi yang terjadi sebelum mencoba untuk berusaha
dipahami, memengaruhi orang lain, dan membuat keputusan atau
penilaian.
Kemampuan Komunikasi Sosial
Kombinasi dari Kebiasaan 4, 5, dan 6 mewakili kemampuan-kemam-
puan komunikasi sosial. Anda berpikir dengan dasar manfaat/keuntung-
an bersama dan saling menghormati (Kebiasaan 4: Berpikir Menang-
Menang), Anda berusaha untuk mencapai pemahaman bersama
(Kebiasaan 5: Berusaha Memahami Dahulu, Kemudian Berusaha
Dipahami) dengan tujuan untuk mencapai kerja sama kreatif
(Kebiasaan 6: Bersinergi).
Saya mengakui sekali lagi bahwa keterkaitan antara 7 Kebiasaan
dan pengembangan lima dimensi kecerdasan emosional ini saya susun
hanya secara ringkas. Jika Anda memiliki minat yang serius dalam
mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) yang lebih besar, saya
amat menganjurkan agar Anda melakukan pembelajaran yang
mendalam dan menjalani upaya untuk menjalankan prinsip-prinsip
yang terdapat dalam 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif. Saya
melakukan hal ini bukan dengan keinginan untuk mempromosikan
karya saya, tetapi lebih pada keyakinan pada daya kekuatan dari
prinsip-prinsip universal, abadi, dan sudah pasti terbukti yang
terdapat di dalam kebiasaan-kebiasaan tersebut. Prinsip-prinsip itu
bukan milik saya, karena hal itu merupakan milik dari semua umat
manusia, dan selalu ada di setiap bangsa, masyarakat, agama, atau
komunitas yang berkembang, dan memiliki tradisi yang panjang.
Mengabaikan Kecerdasan Emosional
Dalam bukunya, Doc Childre dan Bruce Cryer menggambarkan
dampak yang dialami tubuh karena mengabaikan kecerdasan
— 520 —
Lampiran 1
emosional. "Kapasitas intelijensi menjadi menipis saat terjadi frus-
trasi, kecemasan, atau kegalauan di dalam diri. Kondisi emosional
semacam itu menimbulkan ketidakselarasan dalam sistem kelistrikan
dalam tubuh kita maupun kekacauan irama detak jantung, serta
menipiskan efisiensi neurologis. Inilah dasar mengapa orang-orang
yang cerdas sekalipun masih melakukan berbagai kebodohan. Jika
setiap hari Anda memprioritaskan upaya untuk mencapai keutuhan
dan harmoni di dalam diri, Anda akan menghemat waktu dan energi."
Mereka juga menjelaskan, "Sistem kekebalan tubuh kita akan menjadi
lemah jika tindakan kita berlawanan dengan nilai-nilai dan nurani
kita yang lebih dalam, dan akan tumbuh menjadi semakin kuat,
jika kita merasakan dan mengungkapkan kasih sayang atau perhatian
yang sepenuh hati. Organisasi HeartMath secara ilmiah bahkan bisa
menunjukkan keterkaitan ini, baik pada tingkat daya tahan tubuh
pribadi—misalnya Anda jatuh sakit setelah mengalami perdebatan
berat dan penting atau setelah mendengar bahwa sebuah prakarsa
besar yang telah Anda kerjakan selama berbulan-bulan tiba-tiba
dibatalkan—dan bahkan juga pada tingkat organisasi, dengan apa
yang mereka sebut sebagai "virus emosional yang menghisap sema-
ngat, vitalitas, dan moral organisasi."3
Jika kita mengabaikan pengembangan kecerdasan emosional kita
dengan tidak menjalankan disiplin diri untuk berusaha mencapai
kemenangan pribadi yang selanjutnya akan membawa kemenangan
publik, kita akan mengalami trauma-trauma emosional, stres, dan
emosi-emosi yang negatif dan merusak seperti marah, iri hati, keta-
makan, kecemburuan, dan rasa bersalah yang irasional. Jika suatu
hubungan Anda dengan orang-orang terdekat (hubungan inti) mengalami
tekanan, putus, atau dikhianati, akibatnya akan berdampak
terhadap tubuh dan memperlemah sistem imunitas/kekebalan tubuh.
Selanjutnya bisa terjadi sakit kepala dan berbagai jenis penyakit
psikosomatis. Pikiran mereka sering tertekan, tidak fokus dan galau,
dan mereka kehilangan kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
saksama, analitis, dan kreatif. Jiwa juga menjadi tertekan dan lemah.
Orang sering merasa tidak berdaya, tidak punya harapan, menjadi
— 521 —
Lampiran 1
Saya berpendapat bahwa tiga cara untuk mengembangkan ke-
cerdasan spiritual adalah: pertama, integritas—menyatu dengan nilai-
nilai, keyakinan, dan nurani tertinggi seseorang, dan membentuk
hubungan dengan Yang Maha Tak Terbatas; kedua, makna—memiliki
keinginan untuk memberikan kontribusi terhadap orang lain dan
pada tujuan-tujuan yang bermakna; dan ketiga, suara—menyelaras-
kan pekerjaan kita dengan bakat atau anugerah unik kita, dan
panggilan diri kita.
Integritas—Membuat dan Memenuhi Janji
Cara terbaik untuk mengembangkan integritas adalah mulai dari
hal-hal kecil, dengan membuat dan memenuhi janji. Buatlah janji
yang tampaknya begitu kecil dan tidak penting bagi orang lain,
tetapi bagi Anda merupakan sebuah upaya yang tulus—berlatih
olahraga selama sepuluh menit, tidak makan hidangan pencuci
— 522 —
Lampiran 1
mulut, mengurangi waktu nonton televisi selama satu jam setiap
hari dan menggantinya dengan membaca satu bab dari sebuah buku
bermutu, mengungkapkan rasa terima kasih melalui sebuah surat
kepada seseorang, mengungkapkan rasa terima kasih secara langsung,
berdoa setiap hari, meminta maaf, atau membaca literatur suci selama
sepuluh menit setiap hari.
Intinya adalah jika Anda membuat janji dan memenuhinya, ke-
mampuan Anda untuk membuat dan memenuhi janji yang lebih
besar akan semakin meningkat. Lakukanlah terus hal ini, dan dalam
waktu singkat kehormatan diri Anda akan menjadi lebih kuat dari-
pada suasana hati Anda. Integritas pribadi Anda akan berkembang
dan ini berarti Anda memiliki keutuhan diri yang akan menjadi
sumber kekuatan dahsyat bagi Anda. Proses ini sejatinya adalah
menyalakan api kecil sampai akhirnya menjadi api yang besar di
dalam diri.
Integritas—Mendidik dan Mematuhi Nurani Anda
Mungkin cara yang paling menggugah untuk mengembangkan ke-
cerdasan spiritual adalah dengan mendidik dan mematuhi nurani
Anda. Madame de Stael menyatakannya demikian: "Suara dari Nurani
amatlah lembut sehingga amat mudah terabaikan, tetapi juga amat
jelas sehingga tidak mungkin untuk disalahartikan." Saat Anda mulai
memelajari literatur kebijaksanaan yang telah mengakar dalam
budaya Anda sendiri, atau saat Anda memelajari kehidupan orang-
orang yang telah menimbulkan inspirasi dan menjadi teladan untuk
mengangkat kehidupan Anda, Anda akan merasakan suara nurani
memandu dan mengarahkan Anda; namun suara itu tetaplah suara
yang amat lembut. Dan apa yang dikatakan oleh C.S. Lewis akan
terjadi: "Semakin banyak Anda mematuhi nurani Anda, semakin
besar tuntutan nurani kepada Anda." Namun sebenarnya nurani
bukan saja membuat tuntutan kepada Anda, tetapi juga memperbesar
kemampuan, kecerdasan, dan kontribusi Anda. Bakat-bakat Anda
— 523 —
Tujuan tertinggi pendidikan adalah untuk menyaksikan manusia
menjadi utuh, baik dalam segi kompetensi maupun nurani.
Pendidikan yang menciptakan kekuatan kompetensi tanpa
menciptakan arahan yang selaras untuk memandu penggunaan
kekuatan tersebut adalah pendidikan yang buruk. Lebih jauh lagi,
kompetensi pada akhirnya akan hancur tanpa adanya hati nurani,
JOHN SLOAN DICKEY
korban, dan kadang-kadang amat putus asa sehingga mereka me-
nunjukkan tanda-tanda kecenderungan untuk bunuh diri. Inilah
sebabnya amat penting untuk terus-menerus memupuk hubungan
dengan orang lain dan diri kita sendiri.
MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL-SQ
Lampiran 1
akan berlipat ganda jika Anda dengan bijaksana menggunakan apa
yang telah diberikan kepada Anda.
Menemukan Makna dan Suara Anda
Subyek ini merupakan gagasan utama dalam buku ini dan ber-
hubungan dengan segala hal yang lain. Tetapi ada satu cara seder-
hana untuk menemukan suara seseorang, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, yakni cukup dengan menanyakan pertanyaan "Apa yang
dituntut oleh situasi hidup saya saat ini; apa yang seharusnya saya
lakukan dalam tanggung jawab saya, tugas-tugas saya saat ini;
langkah bijaksana apa yang perlu diambil?" Jika kita hidup dengan
menjalani jawaban-jawaban yang diberikan oleh nurani, ruang yang
kita miliki antara stimulus dan respons menjadi semakin besar dan
nurani akan bersuara semakin jelas.
Tujuan hidupku adalah menyatukan
Kesenanganku dengan kewajibanku
Seperti dua mata membuat satu pandangan
Hanya jika cinta dan kebutuhan adalah satu
Dan pekerjaan menjadi permainan
Maka keinginan akan benar-benar terlaksana
Bagi Surga dan masa depan.4
ROBERT FROST
Saat lain yang amat signifikan untuk menemukan suara atau
panggilan Anda adalah pada saat Anda memilih karier, pekerjaan
atau sebuah tujuan mulia yang akan Anda kejar. Ingatlah untuk
menanyakan pertanyaan-pertanyaan fundamental yang mewakili keempat kecerdasan—tubuh, pikiran, hati, dan jiwa. Apa yang saya lakukan dengan senang hati dan bisa saya lakukan dengan baik? Haruskah saya melakukannya? Bisakah saya menghidupi diri saya
— 524 —
Lampiran 1
dengan melakukan hal itu? Bisakah saya belajar untuk menjadi
semakin baik dalam melakukan hal itu? Apakah saya bersedia untuk
membayar harga yang diperlukan untuk belajar? Jim Collins, dalam
bukunya yang menggugah, Good to Great, mendorong orang-orang
maupun berbagai organisasi untuk menanyakan pertanyaan "Dalam
hal apa saya bisa menjadi yang terbaik di dunia?" Saya tahu paling
tidak satu jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini berlaku bagi
semua di antara kita yang merupakan orangtua. Jika kita telah
menetapkan pikiran kita, kita akan bisa menjadi yang terbaik di
dunia untuk membesarkan anak-anak kita sendiri. Tak ada orang
lain yang peduli sebesar kasih sayang kita.
Seratus tabun dari sekarang, tidak akan ada artinya jenis mobil
apa yang saya kendarai, jenis rumah yang saya tinggali, berapa
banyak uang yang saya punya di rekening bank saya ataupun seperti
apa baju yang saya pakai. Tetapi dunia mungkin akan bisa
menjadi sedikit lebih baik karena saya berperan penting dalam
kehidupan seorang anak.
ANONIM
Mengabaikan, Menafikan, atau Mengkhianati
Kecerdasan Spiritual Kita
Apa yang terjadi terhadap tubuh jika kita melanggar nurani dan
integritas kita? Anda sering bisa melihatnya pada raut muka seseorang,
atau di mata mereka. Biasanya mereka mengabaikan tubuh
mereka; mereka akan mengalami keletihan atau mungkin bahkan
sudah mengalaminya. Pikiran mereka umumnya akan penuh dengan
dalih-dalih rasionalisasi yang sebenarnya hanya mengatakan berbagai
kebohongan untuk membuat agar sesuatu tampak masuk akal.
Mereka merasa bersalah. Rasa salah ini sebenarnya merupakan suatu
525
Tujuan hidupku adalah menyatukan
Kesenanganku dengan kewajibanku
Seperti dua mata membuat satu pandangan
Hanya jika cinta dan kebutuhan adalah satu
Dan pekerjaan menjadi permainan
Maka keinginan akan benar-benar terlaksana
Bagi Surga dan masa depan.4
ROBERT FROST
Seratus tahun dari sekarang, tidak akan ada artinya jenis mobil
apa yang saya kendarai, jenis rumah yang saya tinggali, berapa
banyak uang yang saya punya di rekening bank saya ataupun seperti
apa baju yang saya pakai. Tetapi dunia mungkin akan bisa
menjadi sedikit lebih baik karena saya berperan penting dalam
kehidupan seorang anak.
ANONIM
Lampiran 1
emosi yang amat sehat jika memang terjadi pelanggaran pada in-
tegritas dan nurani, dan berdasarkan itu kita diingatkan untuk me-
ngubah sesuatu, tetapi dalih-dalih kita akan berusaha menutupi
rasa salah itu, dan energi kita tergerogoti karenanya. Mereka tidak
punya rasa damai dalam diri. Kemampuan mereka untuk menilai
jadi cacat. University of California di Berkeley meringkaskan salah
satu hasil penelitian mereka dalam sebuah terbitan berkala dengan
ungkapan berikut: "Mencapai kebaikan dengan melakukan
kebaikan."
Apa yang terjadi terhadap hati? Orang-orang tersebut akan ke-
hilangan kontrol terhadap emosi mereka, kemampuan mereka untuk
memahami orang lain, untuk berempati dengan orang lain. Kemampuan
mereka untuk memiliki welas asih (compassion) dan cinta
kasih kepada orang lain akan mengalami penurunan yang amat
tajam.
— 526 —
Lampiran 2
TINJAUAN LITERATUR TENTANG
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
Secara umum ada lima pendekatan tentang teori kepemimpinan
yang muncul pada abad kedua puluh. Pendekatan ini meliputi:
sifat, perilaku, kekuasaan/pengaruh, situasional dan integratif.
Teori-teori kepemimpinan 'manusia agung', yang mendominasi pem-
bahasan kepemimpinan sebelum tahun 1900, menjadi pendahulu
munculnya teori-teori kepemimpinan yang menekankan sifat-sifat
pemimpin. Untuk melengkapi pandangan tersebut, para ahli teori
mulai memberikan perhatian yang lebih besar pada faktor-faktor
situasional dan lingkungan. Selanjutnya, dikembangkan pula teori-
teori integrasi antara manusia dan situasi, psikoanalisis, pencapaian
peran, perubahan, tujuan dan berbagai kebetulan yang menyebabkan
orang bisa menjadi pemimpin. Teori-teori kepemimpinan yang ber-
kembang sejak 1970 didasarkan pada salah satu teori fundamental
ini.
— 527 —
Pada saat seseorang menjadi lebih baik, dia akan memahami dengan
semakin jelas kejahatan yang masih terdapat di dalam dirinya.Jika
seseorang menjadi lebih buruk, dia semakin tidak memahami
keburukan yang ada di dalam dirinya. Seseorang yang agak buruk
tahu bahwa dia tidak terlalu baik; seseorang yang amat buruk
berpikir bahwa dia baik-baik saja. Ini hanya pemikiran logis saja.
Anda memahami tidur saat Anda bangun, bukan pada saat
Anda tidur. Anda bisa melihat kesalahan saat mengerjakan soal
aritmatika jika pikiran Anda bekerja dengan tepat; sementara pada
saat melakukannya Anda tidak bisa melihatnya. Qrang-orang yang
baik tahu mengenai kebaikan maupun keburukan; orang-orang yang
buruk tidak mengetahui keduanya.5
C.S. LEWIS
Lampiran 2
— 528 —
Lampiran 2
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN: TINJAUAN LITERATUR
— 529 —
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN: TINJAUAN LITERATUR
Lampiran 2
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN: TINJAUAN LITERATUR
530
Lampiran 2
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN: TINJAUAN LITERATUR
Integratif:
— 531 —
Lampiran 2
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN: TINJAUAN LITERATUR
532 —
Lampiran 2
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN: TINJAUAN LITERATUR
— 533 —
Lampiran 2
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN: TINJAUAN LITERATUR
— 534
Lampiran 2
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN: TINJAUAN LITERATUR
— 535
Lampiran 2
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN: TINJAUAN LITERATUR
— 536 —
Lampiran 2
Referensi yang Dibaca
Bass, B.M. Bass and Stogdill's Handbook of Leadership: Theory, Research,
and Managerial Applications, edisi ke-3- London: Collier Macmillan,
1990.
Bennis, W.G. An Invented Life: Reflections on Leadership and Change.
Reading, Mass.: Addison-Wesley, 1993.
Buckingham, M., and D.O. Clifton. Discover Your Strengths. New
York: Free Press, 2001.
Buckingham, M., and C. Coffman. First, Break All the Rules: What
the World's Greatest Managers Do Differently. New York: Simon &
Schuster, 1999.
Collins, J.C. Good to Great: Why Some Companies Make the Leap... and
Others Don't. New York: HarperCollins Publishers, 2001.
Fairholm, G. W Capturing the Heart of Leadership: Spirituality and
Community in the New American Workplace. Westport, Conn.: Praeger,
1997.
Fairholm, G.W Perspectives on Leadership: From the Science of Manage
ment to Its Spiritual Heart. Westport, Conn.: Quorum Books, 1998.
Gardner, H. Leading Minds: An Anatomy of Leadership. New York:
BasicBooks, 1995.
Gardner, J.W On Leadership. New York: Collier Macmillan, 1990.
Jaques, E., and S.D. Clement. Executive Leadership: A Practical Guide
to Managing Complexity. Arlington, Va.: Cason Hall, 1991.
Kouzes, J.M., and B.Z. Posner. The Leadership Challenge: How to
Keep Getting Extraordinary Things Done in Organizations. San Fran
cisco: Jossey-Bass, 1995.
Renesch, J., ed. Leadership in a New Era: Visionary Approaches to the
Biggest Crisis of Our Time. San Francisco: New Leaders Press, 1994.
Senge, P.M. The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning
Organization. New York: Currency Doubleday, 1990.
— 537 —
Lampiran 2
Ulrich, D., J. Zenger, and N. Smallwood. Results-Based Leadership:
How Leaders Build the Business and Improve the Bottom Line. Boston
Harvard Business School Press, 1999-
Vaill, PB. Managing as a Performing Art: New Ideas for a World of
Chaotic Change. San Francisco: Jossey-Bass, 1989.
Wheatley, M J. Leadership and the New Science: Learning about Organi
zation from an Orderly Universe. San Francisco: Berrett-Koehler,
1992.
Wren, J.T. Leader's Companion: Insights on Leadership through the Ages.
New York: The Free Press, 1995.
Yuki, G. Leadership in Organizations, 4th ed. Upper Saddle River,
N.J.: Prentice-Hall, 1998.
— 538 —
Lampiran 3
PENDAPAT-PENDAPAT MENGENAI
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN
Penulis dan Referensi Pernyataan: Manajemen lawan Kepemimpinan
Warren Bennis
Bennis, W. G. (1994). "Leading
Change: The Leader as the Chief
Transformation Officer." Dalam J.
Renesch (Ed.), Leadership in a
New Era: Visionary Approaches to
the Biggest Crisis of Our Time (hal.
102-110). San Francisco: New
Leader Press.
"Manajemen mengusahakan agar orang melakukan
apa yang perlu dilakukan. Kepemimpinan mengusahakan
agar orang memiliki keinginan untuk melakukan
apa yang perlu dilakukan. Manajer mendorong.
Pemimpin menarik. Manajer memberi perintah.
Pemimpin berkomunikasi."
Bennis, W. G. (1993). An invented
Life: Reflections on Leadership and
Change. Reading, MA: Addison-
Wesley.
"Pemimpin adalah orang yang melakukan hal yang
benar; manajer adalah orang yang melakukan dengan
cara yang benar."
Carter-Scott, C (1994). "The Differences
Between Management
and Leadership." Manage, 10 + .
"Pemimpin menaklukkan konteks—kondisi sekitar
yang tak dapat diduga, turbulen, membingungkan
dan kadang-kadang tampak berkonspirasi melawan
kita dan sudah pasti akan mencekik kita jika kita
biarkan begitu saja—sedangkan manajer menyerah
terhadap hal itu. Manajer mengelola; pemimpin ber-
inovasi. Manajer adalah salinan; pemimpin adalah
benda aslinya. Manajer mempertahankan; pemimpin
mengembangkan. Manajer berfokus pada sistem dan
struktur; pemimpin berfokus pada manusia. Manajer
bergantung pada kontrol; pemimpin mengilhami ter-
bentuknya kepercayaan. Manajer memiliki jangkauan
pandang yang pendek; pemimpin memiliki perspektif
jarak jauh. Manajer menanyakan bagaimana dan
kapan; pemimpin bertanya apa dan mengapa. Manajer
memusatkan pandangannya pada hasil masa lalu;
pemimpin memusatkan pandangannya pada cakra-
wala masa depan. Manajer meniru; pemimpin men-
ciptakan. Manajer menerima kondisi yang ada; pemimpin
menantang kondisi itu. Manajer adalah ser-
dadu klasik yang baik; pemimpin adalah dirinya
sendiri. Manajer melakukan berbagai hal dengan cara
yang benar; pemimpin melakukan berbagai hal yang
benar."
— 539 —
Lampiran 3
— 540 —
Lampiran 3
541 —
Lampiran 3
Penulis dan Referensi Pernyataan: Manajemen lawan Kepemimpinan
James M. Burns
Burns, J. M. (1978). Leadership.
New York: Harper and Row.
Transaksional (manajemen) lawan Transformasional
(kepemimpinan)
Kepemimpinan transaksional: kepemimpinan sema-
cam ini terjadi jika seseorang membuat inisiatif untuk
melakukan hubungan dengan orang lain, dengan tu-
juan untuk melakukan pertukaran nilai antara ber-
bagai benda. Kepemimpinan transformasional: kepemimpinan
semacam ini terjadi jika satu orang atau
lebih berhubungan dengan orang-orang lain dengan
cara tertentu sehingga pemimpin dan pengikut saling
mengangkat masing-masing ke tingkat motivasi dan
moralitas yang lebih tinggi. Tujuan mereka, yang
pada awalnya mungkin terpisah sekalipun berkaitan,
seperti dalam kepemimpinan transaksional, pada
akhirnya akan menyatu.
Peter Drucker
Dalam Galagan, P. A. (1998). Peter
Drucker: Training & Development,
52, 22-27.
"Ujian sebenarnya bagi seorang pemimpin bukanlah
apa yang dicapainya. Melainkan apa yang terjadi
saat mereka sudah tidak lagi memimpin. Proses
suksesi itulah yang menjadi ujian. Jika perusahaan
mengalami kolaps pada saat para pemimpin yang
hebat dan karismatik meninggalkannya, apa yang
mereka lakukan sebenarnya bukanlah kepemimpinan.
Dengan amat terus terang harus dikatakan bahwa
mereka hanya melakukan penipuan.
"... Saya selalu menekankan bahwa kepemimpinan
adalah tanggung jawab. Kepemimpinan adalah
akuntabilitas. Kepemimpinan adalah mengambil
tindakan ...
"...Gagasan yang memisahkan antara manajemen
dan kepemimpinan adalah omong kosong— sama
omong kosongnya dengan memisahkan manajemen
dari kewirausahaan, Keduanya adalah bagian dan
potongan dari pekerjaan yang sama. Keduanya
memang berbeda, tetapi perbedaannya hanya seperti
tangan kanan dan tangan kiri atau hidung dan mulut.
Keduanya merupakan bagian dari tubuh yang sama."
Richard Pascale
Dalam Johnson, M. (1996).
"Taking the Lid Off Leadership."
Management Review, 59-61.
"Manajemen adalah pelaksanaan kewenangan dan
pengaruh untuk mencapai tingkat kinerja yang setara
dengan tingkat yang sebelumnya pernah dicapai...
Kepemimpinan adalah mewujudkan apa yang tidak
akan terwujud dengan cara lain ... [dan akan] selalu
diikuti dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan pada
ujung-ujung terjauh dari apa yang dianggap bisa
diterima."
George Weathersby
Weathersby, G. B. (1999).
"Leadership versus Management."
Management Review, 88, 5 + .
"Manajemen adalah pengalokasian sumber daya yang
terbatas untuk mencapai sasaran organisasi, me-
netapkan prioritas, merancang pekerjaan dan strategi
pencapaian hasil-hasil. Yang paling penting,
manajemen berkaitan dengan pengendalian. Kepemimpinan,
di sisi lain, berfokus pada penciptaan
visi bersama. Ini berarti memotivasi orang untuk
berkontribusi terhadap visi tersebut dan mendorong
mereka untuk menyelaraskan kepentingan pribadi
mereka dengan kepentingan organisasi. Ini berarti
melakukan persuasi, bukan memberi perintah."
— 542 —
Lampiran 3
Penulis dan Referensi Pernyataan: Manajemen lawan Kepemimpinan
John Mariotti
Mariotti, J. (1998). "Leadership
Matters." industry Week, 247,
70 + .
"Orang-orang yang 'dikelola' dengan baik mungkin
akan kehilangan kecenderungan untuk memberikan
daya upaya yang diperlukan untuk mencapai keber-
hasilan —kecuali jika mereka memiliki pemimpin-
pemimpin yang baik. Para pemimpin yang hebat
bisa menghasilkan hasil-hasil yang luar biasa dari
orang-orang biasa. Manajer-manajer yang hebat
hanya akan mendapatkan hasil yang direncanakan
dengan baik dan kadang-kadang terlaksana dengan
baik, tetapi jarang mendapatkan keberhasilan besar
yang muncul dari semangat dan komitmen antusias
yang diinspirasikan oleh kepemimpinan sejati.
Pemimpin adalah arsitek. Manajer adalah pem-
bangun. Keduanya diperlukan, tetapi tanpa adanya
arsitek, tidak ada hal yang spesial untuk dibangun."
Rosabeth Moss Kanter
Kanter, R. M. (1989). "The New
Managerial Work." Harvard Business
Review, 85 +.
"Dasar-dasar usang dari kewenangan manajerial telah
keropos, dan perangkat-perangkat kepemimpinan
baru mulai mengambil tempat mereka. Para manajer
yang kekuasaannya didapatkan dari hierarki dan
sudah terbiasa dengan kontrol pribadi yang terbatas,
sedang belajar untuk mengubah perspektif mereka
dan memperlebar cakrawala mereka. Pekerjaan
manajerial yang baru dilakukan dengan memandang
ke luar wilayah tanggung jawab yang telah
didefinisikan. Tujuannya adalah untuk meraba
peluang-peluang dan membentuk tim-tim proyek
yang disusun dari setiap kelompok yang relevan
untuk menangani proyek tersebut. Hal ini
memerlukan komunikasi dan kolaborasi antarfungsi,
antardivisi, dan antarperusahaan yang aktivitas dan
sumber dayanya saling bertemu. Dengan demikian,
pangkat, jabatan atau kedudukan resmi akan menjadi
faktor yang semakin kurang penting dalam
keberhasilan pekerjaan manajerial yang baru,
sedangkan pengetahuan, keahlian, dan kepekaan
untuk menggerakkan orang-orang dan memotivasi
mereka agar melakukan yang terbaik akan
memainkan peranan yang semakin penting."
Tom Peters
Peters, T. (1994). Thriving on
Chaos. New York: Alfred A.
Knopf.
Peters menarik kesimpulan dari konsepsi Bennis serta
Kouzes dan Posner mengenai kepemimpinan seperti
yang diringkas sebelum ini. Peters yakin bahwa
"Mengembangkan sebuah visi, dan lebih penting
lagi, berusaha mencapainya secara gigih, adalah
elemen yang esensial dari kepemimpinan... Visi
memiliki tempat yang sama pentingnya dengan
kehormatan dalam dunia penyelia atau manajer
madya."
— 543 —
Lampiran 3
Dengan mengerjakan proyek ini, saya diingatkan kembali bahwa
kita akan bisa memahami dengan lebih baik jika kita bisa melihat
hal yang kontras. Coba lihat sebuah ringkasan mengenai perbedaan
antara kepemimpinan dan manajemen (Gambar A3.1):
GAMBAR A3.1
— 544 —
Lampiran 4
BIAYA TINGGI AKIBAT RENDAHNYA
TINGKAT KEPERCAYAAN
Mahan Khalsa, penulis, konsultan sekaligus rekan kerja saya,
telah menyusun salah satu cara yang paling membuka
hati agar tim eksekutif korporasi mau berubah. Jika Anda
ingin agar organisasi Anda cukup rendah hati sehingga perubahan
bisa dimulai dan terus dijalankan, orang-orang Anda harus merasakan
beban dari kondisi yang ada. Anda bisa mempergunakan serangkaian
pertanyaan untuk menciptakan beban kondisi itu untuk menyiapkan
pikiran orang agar mau melakukan perubahan.
Proses ini dilakukan dengan menanyakan dua jenis pertanyaan
yang membawa ke inti permasalahan: 1) pertanyaan-pertanyaan bukti
(bagaimana, apa, di mana, yang mana, siapa, dan kapan ... secara
spesifik) yang menyediakan fakta-fakta mengenai sebuah situasi,
bahkan jika fakta itu bukanlah fakta yang utama, dan 2) pertanyaan-
pertanyaan dampak yang membawa ke inti permasalahan—salah satu
pertanyaan yang paling kuat dari pertanyaan semacam itu adalah
"Lalu apa yang terjadi?"
Berikut ini adalah percakapan hipotesis antara Anda dan seorang
rekan kerja, manajer atau eksekutif, sebagai contoh mengenai cara
mempergunakan alat diagnostik ini untuk mengetahui biaya tinggi
akibat rendahnya tingkat kepercayaan. Proses ini bisa dipergunakan
oleh orang dari level apa pun yang memiliki akses terhadap informasi
yang dibutuhkan:
— 545 —
Lampiran 4
Rekan kerja: "Orang-orang kita tidak saling mempercayai."
Pada tahap ini, Anda bisa menanyakan pertanyaan-pertanyaan
bukti seperti, "Secara spesifik, orang-orang yang mana yang tidak
saling mempercayai? Kapan kejadian tidak saling mempercayai itu
benar-benar tampak? Dari mana Anda tahu bahwa tingkat kepercaya-
an rendah?" Selanjutnya, jika Anda ingin menemukan dampak dari
rendahnya tingkat kepercayaan di dalam organisasi, Anda harus
menanyakan pertanyaan dampak.
Anda: "Dan jika orang tidak saling mempercayai, lalu apa
yang terjadi?"
Rekan kerja: "Orang-orang tidak akan saling berbagi informasi."
Sekali lagi, Anda bisa menanyakan pertanyaan bukti lebih banyak
seperti, "Secara spesifik, orang-orang yang mana yang tidak mau
berbagi informasi? Informasi apa yang tidak mereka bagi? Bagaimana
Anda tahu mereka tidak berbagi informasi?" Sampai titik tertentu,
mungkin Anda akan siap untuk turun satu tingkat lagi mendekati
dampak, dan Anda bertanya:
Anda: "Dan jika orang tidak saling berbagi informasi, lalu
apa yang terjadi?"
Rekan kerja: "Proyek-proyek dan aktivitas-aktivitas mereka tidak
selaras dengan tujuan-tujuan bisnis perusahaan."
Sekali lagi, Anda bisa menanyakan pertanyaan-pertanyaan bukti
seperti, "Secara spesifik, dalam sasaran-sasaran apa mereka tidak
selaras? Proyek-proyek dan aktivitas-aktivitas apa saja? Apa yang
membuat Anda tahu bahwa hal itu tidak selaras?" Lalu Anda menanyakan
pertanyaan dampak selanjutnya.
— 546 —
Lampiran 4
Anda: "Dan jika orang tidak selaras dengan sasaran-sasaran
bisnis perusahaan, lalu apa yang terjadi?"
Rekan kerja: "Hal itu menyebabkan meningkatnya biaya pengem-
bangan produk baru."
Sekarang, rekan kerja Anda telah memberi Anda sesuatu yang
benar-benar bisa diukur berkaitan dengan rendahnya tingkat kepercayaan:
meningkatnya biaya pengembangan produk baru. Jika Anda
melihat atau mendengar sebuah pendapat yang bisa diukur, Anda
lalu menanyakan lima pertanyaan emas:
1. Bagaimana Anda mengukurnya?
2. Bagaimana kondisinya saat ini?
3. Bagaimana kondisi yang Anda inginkan?
4. Berapa besar nilai perbedaannya?
5. Perhitungan jangka panjangnya bagaimana (jangka waktu
manajemen yang sesuai)?
Jadi saat rekan kerja Anda mengatakan, "Hal itu meningkatkan
biaya pengembangan produk baru" Anda bisa mengajukan lima
pertanyaan emas tersebut.
Anda: "Bagaimana kamu mengukur biaya pengembangan
produk baru?"
Rekan kerja: "Biaya proyek yang dikeluarkan untuk setiap produk
baru yang diluncurkan."
Anda: "Berapa jumlahnya saat ini?"
Rekan kerja: "$500,000"
— 547 —
Lampiran 4
Anda: "Menurutmu, pantasnya berapa besarnya?'
Rekan kerja: "Mestinya cuma sekitar $350.000."
Anda:
"Jadi selisihnya $150.000. Berapa banyak produk
baru per tahun yang kamu hasilkan?"
Rekan kerja: "Dua puluh."
Sekarang Anda tinggal menghitung bersama rekan kerja atau
tim Anda.
Anda:
"Berarti $150.000 per produk baru dikalikan dengan
20 produk baru ... secara kasar berarti sekitar 3 juta
dolar per tahun. Jadi pemborosannya akan sebesar
itu?"
Rekan kerja: "Sebenarnya mungkin jumlah itu malah terlalu kecil.'
Anda:
"Jadi dengan menganggap bahwa biaya-biaya tidak
berubah, selama tiga tahun ke depan kita harus
menghadapi masalah senilai sembilan juta dolar?"
Rekan kerja: "Saya rasa begitu.
Dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan dampak, Anda akan
menemukan bahwa dari satu dimensi saja, "kepercayaan rendah",
akan timbul beban biaya terhadap perusahaan sebesar sembilan juta
dolar selama tiga tahun mendatang. Anda mungkin perlu melakukan
pekerjaan tambahan untuk memastikan angka tersebut, tetapi paling
tidak Anda sudah memiliki titik awal yang bisa diukur untuk
dicari, dan pencarian Anda akan terfokus pada sesuatu yang spesifik.
Jika rekan kerja Anda bisa melihat masalah ini dalam bentuk biaya
— 548 —
Lampiran 4
yang memiliki jumlah uang tertentu, mereka akan menyadari bahwa
perubahan memang merupakan hal yang amat diperlukan.
Perhatikan bahwa Anda harus menanyakan campuran antara pertanyaan-
pertanyaan bukti dan pertanyaan-pertanyaan dampak sampai
proses tanya jawab tersebut sampai ke inti dari permasalahan, dan
baru kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan emas. Sepanjang
proses tersebut, orang lain atau tim bertindak sebagai pihak yang
sanggup berpikir sendiri. Anda hanya bertindak sebagai pemandu,
mentor. Dalam kenyataannya, Anda memberikan pembelajaran
dengan menjadi mentor tanpa menimbulkan ancaman terhadap
rekan-rekan kerja Anda, karena mereka tetap menjadi inti kekuatan.
Pertanyaan-pertanyaan ini adalah himpunan pertanyaan yang
memiliki pengaruh kuat dan mampu menembus sangat dalam, dan
memungkinkan orang untuk secara obyektif sampai pada biaya-
biaya pribadi dan organisasi, berkaitan dengan tantangan organisasi
yang merupakan keprihatinan mendalam bagi Anda.
Yang paling signifikan, proses ini tidak hanya akan membentuk
sebuah budaya keterbukaan di dalam tim dan organisasi Anda, tetapi
juga akan memperkuat ikatan kepercayaan di antara Anda.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.franklincovey.com/
letsgetreal.
— 549 —
Lampiran 5
MENERAPKAN 4 DISIPLIN
PELAKSANAAN
4Disiplin Pelaksanaan adalah sesi kerja satu hingga tiga hari bagi
semua orang di dalam sebuah organisasi. Sesi-sesi kerja ini bisa
dijalankan dengan peserta dari tim kepemimpinan senior, tim operasi-
onal, manajer, atau kontributor individual. Sesi-sesi ini difasilitasi
oleh konsultan FranklinCovey. Klien juga bisa mendapatkan lisensi
dan sertifikat untuk memimpin diskusi-diskusi ini sendiri. Dalam
sesi-sesi kerja ini, para peserta dipandu melalui sebuah proses untuk
melakukan klarifikasi tujuan-tujuan mereka yang paling penting,
menentukan pengukuran-pengukuran dan Papan Skor untuk tujuan-
tujuan tersebut, memecahkan tujuan-tujuan ke dalam berbagai akti-
vitas dan perilaku baru, dan mempelajari sebuah proses akuntabilitas
untuk mempertahankan komitmen terhadap pencapaian tujuan.
Kami membantu organisasi untuk menjalankan strategi dan dengan
cepat menyebarkan tujuan-tujuan berjenjang ke seluruh organisasi,
menciptakan pemahaman yang lebih besar terhadap tujuan-tujuan
penting dan strategi sekaligus membentuk komitmen yang lebih
kuat terhadapnya. Kami telah membantu organisasi dari segala ben-
tuk dan ukuran untuk mengimplementasikan metodologi ini, ter-
masuk organisasi-organisasi dalam kelompok Fortune 100. Untuk
informasi lebih lanjut mengenai 4 Disiplin Pelaksanaan, silakan meng-
hubungi 021-572-0761, fax. 021-572-0762 atau menghubungi situs
web kami pada www.dunamis.co.id.
— 550 —
Lampiran 6
HASIL-HASIL XQ
SURVEI xQ mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai
tujuan-tujuan terpenting. Evaluasi xQ mengukur "kesenjangan
pelaksanaan", yaitu jurang antara tujuan yang ditetapkan dan tin-
dakan untuk mencapainya. Istilah "xQ" adalah singkatan dari
"execution quotient" atau "ukuran kemampuan pelaksanaan."
Setelah melakukan survei terhadap sekitar 2,5 juta orang mengenai
efektivitas para manajer mereka, dan bekerja sama dengan
Harris Interactive (penyusun Harris Poll), FranklinCovey telah me-
ngembangkan sebuah metode untuk mengukur kemampuan pelaksanaan
sebuah organisasi.
Hasil-hasil dari penelitian xQ amat mencengangkan dan memu-
singkan; ternyata memang ada jurang yang menganga lebar dalam
pelaksanaan tujuan, seperti yang diungkapkan oleh angka-angka
persentase berikut:
— 551 —
Lampiran 6
Masalah Pelaksanaan
Person yang Setuju
FOKUS ORGANISASI: Apakah semua karyawan berfokus pada
tujuan-tujuan organisasi?
22%
KUALITAS SASARAN TIM: Apakah tim-tim kerja memiliki
sasaran-sasaran yang jelas dan terukur?
9%
PERENCANAAN TIM: Apakah tim-tim kerja melakukan
perencanaan bersama untuk mencapai sasaran mereka?
16%
KOMUNIKASI TIM: Apakah tim-tim kerja memiliki pemahaman
bersama dan dialog yang kreatif?
17%
KEPERCAYAAN TIM: Apakah tim-tim kerja berfungsi dalam
sebuah lingkungan kerja yang aman, "menang-menang"?
15%
PEMBERDAYAAN TIM: Apakah tim-tim kerja memiliki sumber
daya yang memadai dan kebebasan untuk melakukan
pekerjaan mereka?
15%
AKUNTABILITAS TIM: Apakah para anggota tim saling
meminta akuntabilitas untuk komitmen mereka?
10%
PENGUKURAN TIM-KUALITAS: Apakah pengukuran-
pengukuran keberhasilan dipantau secara akurat dan terbuka?
10%
SASARAN-SASARAN KERJA INDIVIDU: Apakah para anggota
tim memiliki sasaran pekerjaan yang jelas, terukur dan
didasarkan pada tenggat waktu yang jelas?
22%
KETERLIBATAN INDIVIDUAL: Apakah para anggota tim
memiliki motivasi yang tinggi? Apakah mereka merasa
dihargai?
22%
PERENCANAAN INDIVIDUAL: Apakah para anggota tim
secara sistematis melakukan penjadwalan terhadap prioritas-
prioritas mereka?
8%
INISIATIF INDIVIDUAL: Apakah para anggota tim mengambil
inisiatif individual dan tanggung jawab terhadap hasil-hasilnya?
13%
ARAH ORGANISASI: Apakah strategi dan tujuan-tujuan
organisasional dipahami secara tepat oleh setiap orang?
23%
KERJA SAMA ORGANISASI: Apakah antartim bekerja lintas
fungsi dengan mulus?
13%
KELAYAKAN DIPERCAYA ORGANISASI: Apakah organisasi
menghormati berbagai nilai dan komitmennya?
20%
— 552 —
Lampiran 6
Masalah Pelaksanaan
Person yang Setuju
PERBAIKAN KINERJA ORGANISASI: Apakah ada pendekatan
yang konsisten, sistematis?
13%
KOMITMEN INDIVIDUAL: Apakah orang-orang di dalam
organisasi memiliki komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi?
39% merasa amat setuju
atau setuju
DUKUNGAN ORGANISASI: Apakah manajemen puncak secara
aktif mendukung sasaran-sasaran tim kerja?
45% menyatakan setuju
atau sangat setuju
FOKUS TIM: Apakah kelompok kerja Anda sepenuhnya dan
secara tekun berfokus pada tujuan-tujuannya yang terpenting?
14%
ALOKASI WAKTU INDIVIDUAL: Berapa banyak waktu yang
benar-benar dipergunakan oleh orang-orang di dalam
organisasi untuk mengerjakan tujuan-tujuan terpenting?
60%
TABEL 14
— 553 —
Lampiran 6
Temuan-temuan Penting dari Penelitian xQ FranklinCovey
Temuan Penting Cara Pengukuran
Hanya sekitar sepertiga menyatakan bahwa
mereka memiliki pemahaman yang jelas
mengenai tujuan yang hendak dicapai oleh
perusahaan.
Hanya sekitar 1 dari 6 yang secara tekun
berfokus pada tujuan-tujuan yang paling
penting.
Apakah para pemimpin mengomunikasikan
tujuan-tujuan terpenting mereka?
Apakah para pekerja melihat arah dan
hubungan yang jelas antara tugas-tugas
mereka dan tujuan-tujuan perusahaan?
Sekitar 1 dari 5 berpikir demikian.
Apakah orang-orang sepenuhnya memiliki
semangat dan berkomitmen untuk mencapai
tujuan-tujuan perusahaan mereka? Sekitar
1 dari 10 berpikir demikian.
Hanya 1 dari 3 yang memiliki sasaran-
sasaran kerja yang didefinisikan dengan
jelas.
Para pekerja menghabiskan 1 jam dari setiap
4 jam untuk pekerjaan-pekerjaan yang
mendesak tetapi tidak relevan.
Para pekerja menghabiskan 1 jam dari setiap
5 jam untuk berurusan dengan politik dan
birokrasi.
Hanya sekitar setengah dari jumlah pekerja
yang disurvei merasa bahwa pekerjaan
mereka memungkinkan mereka untuk
memberikan semua yang bisa mereka
berikan.
Hanya 3 dari 5 orang yang merasa bahwa
mereka bisa mengekspresikan diri mereka
secara terbuka dalam pekerjaan.
37% memilih pilihan "Saya dengan jelas
memahami dasar-dasar dari arah strategis
organisasi saya."
14% memilih pilihan "Kami secara tekun
terus berfokus pada tujuan-tujuan kami yang
terpenting."
44% menyatakan bahwa organisasi mereka
telah mengomunikasikan dengan jelas
tujuan-tujuan mereka yang terpenting.
22% rnelaporkan bahwa mereka melihat
arah dan hubungan yang jelas antara
sasaran-sasaran mereka dan tujuan-tujuan
organisasi.
9% memilih pilihan "Amat bersemangat dan
berkomitmen."
33% rnelaporkan memiliki sasaran-sasaran
kerja dalam bentuk "tertulis."
Para responden memperkirakan bahwa 23%
waktu mereka dihabiskan untuk aktivitas-
aktivitas yang memiliki sedikit relevansi
dengan tujuan-tujuan penting tetapi
menuntut diberikannya perhatian pada saat
itu juga.
Para responden memperkirakan bahwa
sekitar 17% dari waktu mereka dihabiskan
pada aktivitas-aktivitas yang kontraproduktif
seperti berurusan dengan birokrasi internal,
saling bertengkar sendiri, menutup-nutupi
permasalahan, dll.
48% setuju dengan pernyataan ini: Mayo-
ritas orang di dalam organisasi saya memiliki
jauh lebih banyak bakat, kemampuan,
kecerdasan, dan kreativitas daripada yang
dibutuhkan atau bahkan diizinkan dalam
pekerjaan mereka sekarang ini.
58% setuju dengan pernyataan ini: Saya
merasa aman untuk mengungkapkan
pendapat saya secara terbuka tanpa takut
adanya pembalasan/hukuman.
— 554 —
Lampiran 6
Temuan Penting
Sekitar 2 dari 5 orang menyatakan bahwa
mereka bekerja di dalam atmosfer yang
"menang-menang."
Kurang dari setengah yang bertemu dengan
manajer mereka paling tidak satu bulan
sekali untuk meninjau kemajuan terhadap
sasaran-sasaran kerja mereka.
Hanya setengah jumlah orang yang disurvei
yang diminta akuntabilitasnya terhadap
anggaran mereka.
Beban kerja yang berlebihan, kurangnya
sumber daya pendukung, dan prioritas kerja
yang tidak jelas adalah tiga hambatan
terbesar untuk pelaksanaan.
Sekitar 3 dari 5 orang tidak mempercayai
bahwa perusahaan mereka akan memegang
komitmen terhadap para karyawannya.
Tim-tim bekerja secara tidak berhubungan
satu sama lain; hanya terjadi amat sedikit
kerja sama aktif lintas fungsi.
Hanya sekitar sepertiga yang menyatakan
bahwa mereka memiliki pengukuran yang
jelas mengenai keberhasilan mereka
mencapai tujuan.
TABEL
Cara Pengukuran
43% setuju bahwa "kami memegang prinsip
yang menyatakan 'keberhasilan saya adalah
keberhasilan Anda juga.'"
48% menyatakan demikian.
50% setuju atau amat setuju dengan
pernyataan ini: Kami diminta untuk
bertanggung jawab agar selalu dalam batas-
batas anggaran.
Saat ditanya mengenai 3 hambatan terbesar
untuk pelaksanaan, 31% memilih "beban
kerja yang berlebihan," 30% memilih
"kurangnya sumber daya pendukung," dan
27% memilih "prioritas kerja yang tidak
jelas atau berubah-ubah."
43% menyatakan bahwa perusahaan
tempat mereka bekerja "secara konsisten
menghormati komitmen terhadap orang-
orangnya."
Saat ditanya mengenai tim-tim lain dalam
organisasi, 28% setuju dengan pernyataan:
Kami secara aktif saling membantu untuk
mencapai tujuan kami masing-masing.
35% setuju dengan pernyataan: Pengukuran
sudah jelas.
15
— 555 —
Lampiran 6
Jika Anda tertarik untuk menjalani sendiri Survei xQ untuk mela-
kukan penilaian terhadap kemampuan diri, tim dan organisasi Anda
untuk berfokus dan melaksanakan prioritas-prioritas utamanya secara pri-
badi, kunjungi www.The8thHabit.com/offers. Ikuti saja petunjuk-
petunjuk yang diberikan. Anda akan bisa melakukan survei tersebut
tanpa dikenakan biaya. Setelah menyelesaikan survei tersebut, Anda
akan menerima sebuah Laporan xQ yang meringkas nilai Anda dan
membandingkannya dengan sebuah skor rata-rata gabungan dari
ribuan organisasi yang telah diukur. Informasi lebih lanjut akan
diberikan mengenai bagaimana Anda bisa mengukur tim atau organisasi
secara keseluruhan.
— 556 —
Lampiran 7
KISAH MAX
SEKARANG MARI KITA LIHAT bagaimana kerangka kerja kepemim-
pinan praktis dalam buku ini bisa diaplikasikan terhadap
kasus Max dengan cara berpikir seperti pemimpin yang
akan memerankan diri sebagai bilah kemudi kecil.
APA SEBENARNYA yang bisa dilakukan oleh Max? Bosnya, Pak
Harold, adalah orang yang gila kontrol. Dia memiliki mentalitas
berkekurangan, takut kepada atasannya, dan tidak mengetahui cara
untuk mengubah sesuatu kecuali dengan mempergunakan model
"bos yang berkuasa" dari Era Industri. Dia melakukan itu dengan
mengontrol, mengatur dan memberikan motivasi dengan gaya
"wortel-dan-cambuk."
Semangat Max patah. Dia frustrasi dan tak berdaya. Dia bisa
terus saja menjadi kodependen. Itu adalah alternatif pertama. Dia
bisa melawan atau bahkan mengumpulkan orang-orang lain untuk
melawan, atau dia bisa keluar dari pekerjaannya. Ini adalah alternatif
kedua. Atau dia bisa dengan bijaksana menjalankan inisiatif di dalam
lingkaran pengaruhnya sendiri. Ini adalah Alternatif Ketiga.
— 557 —
Lampiran 7
Salah satu pendekatan Alternatif Ketiga adalah dengan memper-
gunakan pendekatan bilah kemudi kecil dengan menerapkan ethos-
pathos-logos dengan Pak Harold (memberikan rekomendasi—tingkat
inisiatif yang keempat). Tadinya, Max hanya mempergunakan logos
(pikiran/logika) dalam memberikan rekomendasinya dan melakukan-
nya pada saat yang paling tidak tepat, yaitu pada saat Pak Harold
baru saja ditegur keras oleh atasannya karena pelanggaran pedoman
perusahaan, sekalipun pedoman itu di mata Max merupakan hal
yang amat keliru. Secara singkat, Max melakukan sesuatu yang
berada jauh di luar Lingkaran Pengaruhnya, sehingga pesan yang
disampaikannya sama sekali tidak bisa ditangkap oleh Pak Harold,
walaupun dia memang melakukan tindakan proaktif untuk "me-
nyelamatkan" seorang pelanggan. Hal ini benar-benar mematahkan
semangat Max, dan siklus kodependensi reaktif melaju dengan lebih
kencang.
Lingkaran pengaruhnya menjadi semakin kecil (Lihat Gambar
A7.1).
GAMBAR A7.1
Lalu bagaimana Max bisa menjalankan ethos-pathos-logos? Men-
jalankan ethos berarti bahwa ia secara proaktif dan sepenuh hati
menjalankan pekerjaannya dengan amat baik dan membantu orang
— 558 —
Lampiran 7
lain dengan cara apa pun yang mungkin dilakukan. Harus diakui
bahwa dia terpasung oleh pedoman layanan pelanggan yang justru
tak bersahabat dengan pelanggan, tetapi dia bisa berusaha untuk
menghasilkan bisnis secara positif dan kreatif. Dia tidak berbicara
buruk mengenai Pak Harold. Dia akan melakukan yang terbaik
yang bisa dilakukan di dalam kondisi yang ada dan berperan menjadi
sumber daya untuk membantu orang-orang lain—di dalam Lingkaran
Pengaruhnya dan di luar pekerjaannya. Dia tidak mengkritik, dia
melengkapi.
Lalu dia bisa meminta pertemuan lagi dengan Pak Harold, dan
kali ini dia mendengarkan, benar-benar mendengarkan, dan mau
dipengaruhi oleh apa yang dia pahami. Contohnya, mungkin Pak
Harold sudah pernah mengalami masalah dengan orang-orang muda
yang kreatif dan tidak berpengalaman yang "memberikan janji ber-
lebihan namun tidak mampu memenuhinya", sehingga menimbulkan
masalah bagi perusahaan—sebuah kesulitan yang akhirnya dibeban-
kan kepada Pak Harold. Untuk mencegah adanya orang-orang lain
yang melakukan hal-hal bodoh seperti itu, dia menetapkan aturan-
aturan yang tidak fleksibel, yang mengatur setiap orang sampai hal
yang sekecil-kecilnya, dan akibatnya, seluruh budaya di unit tersebut
menjadi tidak berdaya.
Setelah Pak Harold merasa dipahami, banyak dari energi negatif
dan defensif akan menguap. Anda tidak bisa bertengkar dengan
seseorang yang dengan tulus berusaha untuk memahami Anda. Ini
adalah buah dari pathos, atau penyelarasan emosional. Setelah dengan
akurat mengungkapkan kembali keprihatinan-keprihatinan dan
keberatan-keberatan Pak Harold, Max kemudian bisa mempergunakan
logos—mungkin dengan menyarankan sebuah program percon-
tohan percobaan dengan cukup satu orang pelaksana (Max) yang
dijalankan selama tiga bulan, dengan kesempatan untuk melakukan
hal-hal baru yang kreatif untuk mendapatkan pelanggan-pelanggan
baru dan menjual lebih banyak kepada pelanggan-pelanggan yang
telah ada. Karena telah merasa dipahami dan telah meningkat ke-
percayaannya kepada Max karena sikapnya yang kooperatif serta
— 559 —
Lampiran 7
ketekunannya (ethos) dan empati (pathos), Pak Harold bersedia untuk
menjalankan gagasan proyek percontohan (logos), yang hanya menim-
bulkan sedikit dampak buruk namun memberikan potensi dampak
baik yang amat besar.
Misalnya, Max berhasil menaikkan penjualannya sebesar 25 persen
dalam waktu tiga bulan. Dia kembali ke Pak Harold dan menyaran-
kan agar program percontohan tersebut dilanjutkan dan menambah
tiga orang tenaga penjual lain yang diyakini Max sanggup menjalani
program baru tersebut. Pak Harold setuju. Mereka kemudian juga
berhasil meningkatkan pemasukan sebesar 25 persen. Kemudian,
keempat tenaga penjual tersebut datang ke Pak Harold, dengan
memberikan saran mengenai sebuah program pelatihan bagi semua
tenaga penjual dengan kriteria sertifikasi yang ketat sehingga akan
bisa menyaring bibit-bibit terbaik dan mencegah adanya orang yang
melanggar aturan dan menimbulkan dampak buruk bagi perusahaan.
Pak Harold setuju, karena bersemangat melihat hasil penjualan baru
yang cukup besar.
Secara singkat, melalui proses ethos-pathos-logos (membuat reko-
mendasi—tingkat inisiatif keempat), Max menjadi pemimpin bagi
bosnya dan menjadi sumber pengaruh yang kuat bagi keseluruhan
perusahaan.
Harus diakui, skenario ini adalah fiktif, dan masalah Pak Harold
mungkin sepenuhnya bukan seperti yang dikisahkan. Sekalipun demi-
kian, Max bisa memberikan respon lain sesuai dengan masalah apa
yang dihadapi Pak Harold dan meningkatkan hasil yang diperoleh
serta pengaruhnya dengan cara yang berbeda.
Intinya, Max menemukan suara untuk pekerjaannya melalui visi,
disiplin dan gairah yang dipandu oleh nurani.
Saya juga telah belajar bahwa sebagian besar dari "bos yang
buruk" biasanya adalah bagian dari budaya kodependen dan hanya
meniru perilaku yang mereka lihat ditimpakan pada mereka. Siklus
ini bisa diputuskan oleh satu orang yang menjadi kekuatan kreatif
bagi kehidupannya sendiri.
— 560 —
Lampiran 7
Sekarang mari kita pikirkan apa yang terjadi jika Pak Harold
mengalami pencerahan, sementara Max sudah telanjur menjadi sese-
orang yang kodependen. Alternatif pertama adalah dengan "tetap
pada jalur semula"—tetap dengan menekan, memotivasi, meng-
ancam, mengajak bersahabat, mengundang ke pesta, memuji—atau
singkatnya, memperlakukannya dengan memberi wortel-dan-cambuk
(model Era Industri).
Alternatif kedua adalah untuk "menyerah," membiarkan Max
untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Akibatnya, akan
bisa terjadi konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginkan. Pak
Harold bisa mendapatkan peringatan atau dipecat oleh atasannya,
karena tidak menjalankan tugasnya mengawasi anak buahnya, dan
menunjukkan kepemimpinan yang lemah. Lebih jauh lagi, pende-
katan ini bisa menimbulkan adanya "bola-bola liar" yang berusaha
untuk memberikan janji-janji sepihak dan tidak realistis hanya untuk
memenuhi target penjualan mereka.
Alternatif Ketiga adalah dengan sepenuhnya mengakui kesalah-
annya dalam menghukum kreativitas Max untuk menyelamatkan
hubungan dengan seorang pelanggan, dan dengan tulus meminta
maaf akan hal itu. Max, yang masih bersikap kodependen, mungkin
tidak percaya terhadap pendekatan "lunak" ini dan terus melakukan
"sesuai yang diinginkan perusahaan." Pak Harold perlu berbagi
dengan Max secara tulus mengenai apa sebenarnya yang telah diala-
minya atau dihadapinya, lalu mengatakan dengan penuh ketulusan
dan secara spesifik, "Maaf Max, kamu menjadi korban karena saya
melemparkan rasa frustrasi saya terhadap apa yang harus saya hadapi
kepadamu. Kamu telah melakukan hal yang hebat dengan melakukan
kerja tambahan tanpa diminta dengan melayani pelanggan tersebut.
Tetapi di sisi lain, saya mendapat tekanan untuk memberikan
hasil lebih banyak, dengan memakai sumber daya lebih sedikit.
Saya juga cemas jangan-jangan akan muncul lagi 'bola-bola liar'
yang melakukan hal-hal bodoh dan membuat saya mengalami
masalah lebih banyak. Akibatnya, saya tidak tahu cara mengatasinya
selain dengan membuat peraturan-peraturan yang ketat. Tetapi, Max,
— 561 —
Lampiran 7
dengan kamu ternyata saya memang salah. Pada saat itu saya tidak
tahu cara yang lebih baik. Sekarang saya telah punya waktu untuk
berhenti sejenak dan merenungkannya kembali dan ingin benar-
benar mempelajari saranmu. Saya berharap bahwa kita bisa melaku-
kan sesuatu yang tidak akan menimbulkan malapetaka yang lain.
Bisakah kamu membantu saya untuk memahami lebih jauh mengenai
pandanganmu?"
Kedalaman dari ketulusan dan kesungguhan yang diberikan oleh
Pak Harold mungkin akan mendorong Max untuk juga lebih tulus.
Komunikasi yang sejati—secara horizontal dan bukan vertikal—
antara dua manusia yang sama-sama berkutat menghadapi masalah
yang sama, mungkin bisa membawa mereka ke Alternatif Ketiga
yang sinergis seperti yang dijelaskan sebelumnya saat kita melihat
pada pertanyaan—'Apa yang secara realistis bisa dilakukan oleh
Max?'
Dalam kedua kejadian tersebut, perhatikan urutan prosesnya,
pendekatan dari dalam keluar, dan dasar-dasar pribadi utuh yang
ada di situ. Perhatikan perpindahan dari tingkat pribadi ke tingkat
hubungan yang tulus dan saling mempercayai, yang akhirnya mem-
bentuk sebuah pengaturan organisasional (program percontohan, yang
terus berkembang saat kepercayaan dan kelayakan dipercaya sudah
tumbuh).
Ini benar-benar merupakan sebuah solusi Alternatif Ketiga yang
pada awalnya tak dibayangkan oleh siapa pun. Solusi ini tumbuh
dari komunikasi kreatif dan akan menimbulkan ikatan mendalam
pada hubungan. Selain itu, hal ini juga akan menciptakan sebuah
"sistem kekebalan organisasi" yang bisa menangani masalah-masalah
sulit atau yang tiba-tiba muncul secara mendadak, di masa men-
datang.
Sekali lagi, saya sepenuhnya sadar bahwa ini hanyalah skenario
susunan saya dan bisa saja semua hal justru bergerak ke arah yang
sepenuhnya berlawanan. Tetapi saya tidak sedang mencoba untuk
mengajari Anda mengenai praktik-praktik (cara-cara atau hal-hal yang
— 562 —
Lampiran 7
perlu dilakukan), tetapi mengenai prinsip-prinsip—yakni prinsip-
prinsip yang berlaku secara universal yang menjadi dasar dari berbagai
macam praktik dalam bentuk apa pun. Saya hanya mempergunakan
Kisah Max sebagai sebuah gambaran dari praktik yang mungkin
bisa dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip fundamental tersebut.
Sekarang marilah mundur sedikit dan berteori. Pertama, lihatlah
pada Max dalam skenario pertama. Dalam proses di mana Max
menjadi pemimpin dari Pak Harold ini, perhatikan keempat peran
yang dijalankannya. Keempat peran ini pasti akan dilakukan dalam
skenario apa pun yang berjalan. Pertama-tama, panutan. Max berusaha
menjadi panutan dalam hal inisiatif dan membentuk ethos. Dia menjadi
panutan empati dengan menjalankan pathos dan keberanian
dalam mencapai logos. Saat kedua pihak berinteraksi secara sungguh-
sungguh, komunikasi yang sinergis berlangsung dan mendapatkan
Alternatif Ketiga, alternatif yang jauh lebih baik daripada pendekatan
menang-kalah ala komando dan kontrol yang selama ini dijalankan
oleh Pak Harold dan amat jauh lebih baik daripada jika Max hanya
melakukan pekerjannya sesuai aturan dan "menjilat."
Sekali lagi, esensi dari menjadi panutan, baik sebagai individu
atau tim, bisa ditemukan dalam 7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat
Efektif.
Peran kedua—perintis—diwakili oleh program percontohan
menang-menang yang membuat Max maupun Pak Harold bisa ber-
sepakat, yakni mendapatkan pemasukan yang lebih besar bagi per-
usahaan, melalui layanan pelanggan yang memberikan upaya ekstra
secara kreatif, dengan panduan dari nilai-nilai yang jujur dan penilaian
yang baik. Memberikan panutan kelayakan dipercaya dan komunikasi
yang tulus akan bisa memberikan kepercayaan yang diperlukan untuk
melakukan perintisan jalan. Dengan demikian, suara Max akan
berbaur dengan suara organisasi dalam program percontohan ini.
Peran ketiga—penyelaras—terjadi saat Pak Harold secara resmi
menyetujui program percontohan perintisan, pertama dengan Max,
kemudian dengan tiga orang lain, lalu dengan seluruh renaga penjual.
— 563 —
Lampiran 7
Penyelarasan berarti menyusun struktur, sistem dan proses yang
diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
perintisan jalan di dalam pedoman yang telah disepakati. Suara-
suara yang saling berbaur ini akan semakin dipupuk dan diperkuat.
Tiga peran ini—panutan, perintis dan penyelaras—memungkin-
kan terjadinya. pemberdayaan sehingga pada awalnya Max, dan selan-
jutnya orang-orang lain, bisa mempergunakan kemampuan penilaian
mereka maupun kreativitas yang telah mereka latih untuk melakukan
apa pun yang diperlukan untuk mendapatkan dan mempertahankan
pelanggan sesuai dengan pedoman-pedoman yang telah disepakati.
Dengan cara ini, aturan-aturan tidak lagi menghalangi kemampuan
penilaian. Anda tidak bisa meminta seseorang untuk bertanggung
jawab pada hasil jika Anda menetapkan cara yang harus mereka
pakai dan menetapkan aturan-aturan ketat pada mereka. Pem-
berdayaan memungkinkan terjadinya otonomi terarah sehingga suara
masing-masing orang dihargai dan diekspresikan.
Sekarang mari melihat pada skenario kedua di mana Pak Harold
tercerahkan dan menjadi seorang pekerja pengetahuan. Dia men-
jalankan keempat peran kepemimpinan yang sama—dengan memilih
Alternatif Ketiga daripada tetap menjalankan apa yang selama ini
dijalankan atau menyerah pada tuntutan.
Hal ini dimulai dari dalam dengan peran panutan. Pak Harold
secara tulus mengakui kesalahannya dan mengawali sebuah
komunikasi yang sinergis. Saat kepercayaan terbangun dan menjadi
"lebih nyata," solusi perintis bisa dibentuk (program percontohan
terbatas). Kewenangan formal Pak Harold bergabung dengan kewi-
bawaan moralnya yang telah berkembang, dan dia meresmikan atau
melembagakan program percontohan satu orang ini. Penyelarasan ini
membuat hal tersebut sebagai sesuatu yang sah di dalam budaya ini
dan memungkinkan Max untuk memiliki otonomi dan mempergunakan
kreativitas maupun fleksibilitasnya untuk mencari peluang-
peluang baru. Dengan kata lain, ini adalah peran pemberdaya.
Saat segala hal berjalan dengan baik {menjadi panutan bagi sebuah
tim yang saling melengkapi), orang-orang lain akan terlibat untuk
— 564 —
Lampiran 7
memasuki jalur yang baru (perintisan jalan), ditumbuhkan oleh
struktur, sistem dan proses yang selaras yang pada akhirnya memungkinkan
semua orang yang telah memenuhi kriteria untuk mendapatkan
pemberdayaan.
— 565 —
Lampiran 8
PENDEKATAN FRANKLINCOVEY
KINERJA UNGGUL SECARA BERKELANJUTAN... merupakan hal yang
amat berat untuk dicapai dalam bisnis bagi sebagian besar
organisasi. Sudah pasti bahwa hampir semua orang bisa
memberikan hasil yang hebat untuk satu atau dua kuartal. Tetapi
tantangan yang sebenarnya adalah menciptakan sebuah budaya
organisasi yang bisa memberikan hasil yang konsisten dari tahun ke
tahun.
Yang luar biasa, ternyata hanya sedikit organisasi yang bisa me-
lakukannya. Coba lihat statistik dari terbitan-terbitan bisnis ter-
kemuka berikut ini:
• Profit from the Core: hanya 111 dari 1.854 perusahaan (13 persen)
yang sanggup menghasilkan pertumbuhan yang menguntungkan
secara terus-menerus dalam masa 10 tahun.
• Good to Great: hanya 126 dari 1.435 perusahaan (9 persen) yang
selama satu dasawarsa atau lebih sanggup memberikan kinerja
yang lebih unggul daripada rata-rata peningkatan indeks bursa
saham. Lebih jauh lagi, hanya 11 dari 1.435 perusahaan itu
(kurang dari 1 persen) yang memenuhi kriteria penelitian itu
dalam hal kinerja unggul secara berkelanjutan.
• Creative Destruction: hanya 160 dari 1.008 perusahaan (16 persen)
yang diteliti selama jangka waktu tiga puluh tahun yang masih
tetap berdiri.
— 566 —
Lampiran 8
• Stall Points: Hanya 5 persen dari perusahaan Fortune 50 yang
berhasil mempertahankan tingkat pertumbuhan mereka.
Memberikan kinerja yang unggul sambil membangun kemam-
puan untuk melakukannya lagi dan terus melakukannya adalah defi-
nisi yang tepat bagi sebuah organisasi yang hebat. Namun sebagian
besar organisasi dan para pemimpinnya gagal untuk mencapai hal
ini. Akar dari kegagalan mereka terletak pada pendekatan yang
mereka pakai.
KISAH ANGSA BERTELUR EMAS
Suatu hari, seorang petani miskin menemukan sebuah telur emas
yang berkilauan di kandang angsa peliharaannya. Pada awalnya,
dia berpikir bahwa hal itu mungkin hanya tipuan, tetapi setelah
berpikir ulang, dia memutuskan untuk membawa telur itu ke pasar
dan mencoba mencari tahu berapa harganya.
Petani itu tak bisa mempercayai keberuntungan yang didapat-
kannya. Telur tersebut benar-benar terbuat dari emas murni! Dia
menjadi semakin bersemangat pada hari berikutnya saat angsa tersebut
mengeluarkan sebuah telur emas lagi. Dari hari ke hari, dia
bangun tidur dan buru-buru pergi ke kandang angsanya dan menemukan
telur emas lagi. Dalam waktu singkat, dia menjadi luar
biasa kaya.
Tetapi sayangnya, saat dia kaya, dia menjadi serakah dan tidak
sabar. Dia tidak sanggup lagi untuk menunggu dari hari ke hari
untuk mendapatkan telur-telur emas tersebut. Akhirnya petani tersebut
memutuskan untuk membunuh angsa itu dan mengambil
telur-telur emas yang ada di perutnya sekaligus. Tetapi saat dia
membelah perut angsanya, dia menemukan bahwa perut itu kosong.
Tidak ada telur emas—dan sekarang juga tidak ada cara untuk
mendapatkan telur emas itu lagi. Petani itu telah menghancurkan
satu-satunya cara yang bisa menghasilkan telur-telur emas tersebut.
— 567 —
Lampiran 8
Dalam fabel ini ada sebuah prinsip penting untuk kinerja organi-
sasi. Kinerja unggul yang bisa bertahan terus-menerus adalah hasil
dari dua hal: apa yang dihasilkan (telur-telur emas) dan kemampuan
untuk menghasilkannya (angsa).
Jika organisasi hanya berfokus untuk menghasilkan telur-telur
emas (mencapai hasil-hasil yang dituntut hari ini) dan mengabaikan
angsa (membangun kapabilitas untuk mencapai hasil-hasil di masa
mendatang), dalam waktu singkat mereka akan kehilangan aset
yang menghasilkan telur-telur emas tersebut. Di sisi lain, jika organisasi
hanya memperhatikan angsa tanpa tujuan untuk menghasilkan
telur-telur emas, dalam waktu singkat mereka tidak akan punya
apa-apa untuk memberi makan angsa tersebut. Kuncinya terletak
pada keseimbangan.
Mungkin organisasi Anda tampak seperti ini:
Saat dihadapkan dengan tekanan untuk memberikan hasil, kami
memberikan segala yang diperlukan. Kami menciptakan sebuah
program untuk menggerakkan pasukan dan mendorong setiap
orang untuk mencapai sasaran yang mendesak tersebut. Pada saat
tertentu sasarannya mungkin adalah target penjualan. Krisis yang
lain mungkin adalah target pengurangan biaya. Di waktu yang
lain mungkin hal lainnya lagi. Kami terus-menerus bersikap reaktif,
bergerak tanpa henti dari satu "sasaran kritis" atau "inisiatif darurat"
ke kondisi lainnya yang serupa. Masalahnya adalah kami selalu
kurang berinvestasi pada manusia, proses atau peralatan yang kami
perlukan untuk benar-benar meningkatkan bisnis kami. Sebagai
hasilnya, kami tidak pernah bisa mencapai ritme kinerja yang
konsisten.
Atau organisasi Anda tampak seperti ini:
Kami berinvestasi amat besar pada manusia dan budaya selama
bertahun-tahun. Dasar pemikiran yang kami pakai adalah bahwa
orang-orang yang hebat dan berbakat, dengan sistem-sistem dan
— 568 —
Lampiran 8
teknologi terbaik, secara otomatis akan menghasilkan kinerja unggul
yang berkelanjutan. Perusahaan kami merupakan tempat yang amat
menyenangkan untuk bekerja, tetapi kemudian masa-masa sulit
harus kami hadapi. Kami menemukan bahwa kami tidak benar-
benar memiliki kemampuan untuk menghadapi kompetisi yang
sengit dan kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan. Kami
dipaksa untuk memotong semua investasi yang telah biasa dinikmati
oleh orang-orang selama masa-masa keemasan kami. Orang-orang
di dalam perusahaan menjadi kehilangan kepercayaan, semangat
merosot drastis dan banyak orang terbaik kami meninggalkan perusahaan.
FranklinCovey telah mempelajari sendiri pelajaran ini dengan
cara yang menyakitkan, karena kami sendiri juga telah mengabaikan
keseimbangan antara produksi dan kemampuan produksi ini di masa
lalu. Karena itu pelajaran ini telah menjadi sebuah pembelajaran
"yang dialami secara langsung" dan pendekatan kami memiliki dasar
keyakinan yang lebih kuat, lebih dari sekadar landasan teori.
Di FranklinCovey, kami melakukan pendekatan terhadap keingin-
an untuk mencapai kinerja unggul terus menerus dari kedua sisi.
Kami membantu berbagai organisasi untuk berfokus dan menghasilkan
hasil-hasil yang diharapkan. Kami juga membantu mereka
untuk meningkatkan kemampuan para pemimpin dan kontributor
individual sehingga bisa memberikan kinerja yang prima.
Di dalam kedua sisi ini (Mencapai Hasil dan Membangun
Kapabilitas), FranklinCovey bekerja dengan klien dalam tiga jenis
"tugas yang harus diselesaikan." Ketiganya mewakili tiga bidang
inti keagungan yang terdapat dalam Kebiasaan ke-8: keagungan
organisasi, keagungan kepemimpinan dan keagungan pribadi.
— 569 —
Lampiran 8
Mencapai Hasil
Tugas 1. Melaksanakan Prioritas Prioritas Panting. Kami membantu para klien untuk mencapai
hastl-hasil yang telah ditetapkan, seperti meningkatkan penjualan, mengimplementasikan
inisiatif-inisiatif organisasi atau meningkatkan kualitas, dengan meningkatkan komitmen
dan kejelasan terhadap prioritas-prioritas utama, serta membangun proses-proses pelaksanaan
untuk mencapai prioritas-prioritas ini. Hal ini akan membangun keagungan organisasi.
Membangun Kapabilitas
Tugas 2. Pengembangan Kepemimpinan dan Manajemen. Kami membantu para klien untuk
membangun kepemimpinan yang bertahan lama berdasar karakter, membangun tim dan
kemampuan untuk mencapai hastl-hasil yang unggul. Hal ini akan membangun keagungan
kepemimpinan.
Tugas 3. Efektivitas Individu. Kami membantu organisasi untuk meningkatkan pengetahuan,
keahlian dan kinerja pribadi dari angkatan kerja mereka, untuk mencapai hasil-hasil yang
lebih besar sebagai individu dan tim. Hal ini akan membangun keagungan pribadi.
GAMBAR A8.1
— 570 —
Lampiran 8
Pikirkan sejenak mengenai bagaimana cara Anda membangun
sebuah tim olahraga yang harus bertanding di dalam kompetisi
yang sengit. Dengan memberikan investasi pada kualitas dan pem-
bentukan atlet, tim Anda akan semakin meningkat permainannya.
Pemain-pemain yang lebih berkualitas akan membangun tim yang
lebih baik. Pada saat yang sama, sebagus apa pun pemain-pemain-
nya secara individual, tim tersebut hanya akan menang jika mereka
bisa bekerja bersama untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan
secara terus-menerus "melaksanakan permainan" dengan penuh ke-
sempurnaan.
Apa yang Anda inginkan adalah para pemain yang hebat dan
pelaksanaan yang hebat. Sebuah tim yang sanggup memberikan
kinerja secara konsisten dari musim ke musim. Ini adalah inti dari
pendekatan FranklinCovey: menerjemahkan kapabilitas organisasi
menjadi hasil-hasil spesifik secara berkelanjutan, yang akan meng-
hasilkan sebuah organisasi yang unggul.
— 571 —
Dapatkan koleksi ebook lain yang tak kalah serunya hanya di:
http://jowo.jw.lt
SPONSOR
37